Satgas Covid-19: Cakupan Vaksinasi Booster Nasional Baru 24 Persen

Cakupan vaksinasi Covid-19 di 28 dari 34 provinsi masih di bawah 30 persen.

Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan menunjukan tabung berisi vaksin Covid-19 di Polsek Jagakarsa, Jakarta, Jumat (17/6/2022). Menurut data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jumlah penerima vaksin dosis penguat atau bosster di Indonesia mencapai 48,2 juta jiwa atau 23,17 persen dari total masyarakat yang menjadi target penerima vaksin booster di Indonesia berjumlah sekitar 208 juta jiwa. Sejumlah pakar kesehatan mengatakan bahwa vaksin Covid-19 yang beredar di masyarakat saat ini masih efektif untuk menekan laju penyebaran varian baru BA4 dan BA5.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan cakupan vaksinasi penguat (booster) secara nasional baru 24 persen.Menurut Wiku, cakupan tersebut belum tampak signifikan.

Baca Juga

"Selain itu, 28 dari 34 provinsi, cakupan vaksinasinya juga masih di bawah 30 persen," ujar Wiku dalam konferensi pers daring diikuti di Jakarta, Jumat (1/7/2022).

Menurut Wiku, hanya Bali yang cakupan vaksinasinya sudah di atas 50 persen. DKI Jakarta dan Kepulauan Riau cakupan vaksinasinya di atas 40 persen, sementara DIY, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur di atas 30 persen.

Wiku mengatakan sejak dimulai pada bulan Januari 2022, progres vaksinasi booster terbilang lebih lambat dibandingkan dengan dosis satu dan dosis dua. Pada awal pelaksanaan vaksinasi dosis satu dan dua, cakupan dapat meningkat 60 persen dalam kurun waktu enam bulan, yaitu antara bulan Juni sampai dengan Desember 2021.

"Namun, pada vaksinasi booster pada kurun waktu yang sama, sejak Januari hingga Juni 2022, cakupan baru meningkat sebesar 20 persen," ungkap Wiku.

Peningkatan cakupan vaksin booster, menurut Wiku, membutuhkan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Ia pun meminta pemerintah daerah untuk menjaga daerahnya masing-masing dengan kembali menggalakkan vaksinasi booster dan memastikan masyarakat sudah teredukasi dengan baik tentang pentingnya vaksinasi dosis penguat.

"Mohon juga dapat segera koordinasi dengan Kementerian Kesehatan mengenai ketersediaan dan distribusi vaksin sesuai dengan kebutuhan," kata Wiku.

Wiku mengatakan Indonesia telah kembali mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 secara global maupun nasional setelah munculnya subvarian baru omicorn, yaitu BA.4 dan BA.5. Berdasarkan data dari GISAID bahwa dalam satu bulan terakhir, lebih dari 99 persen varian yang dilaporkan dari Indonesia adalah varian omicron, termasuk kedua varian tersebut.

Wiku mengatakan secara geografis persebaran varian omicron cukup merata, baik di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Selain itu, terjadi tren kenaikan keterisian tempat tidur di rumah sakit darurat di Wisma Atlet.

Namun, rata-rata dampak varian omicron ini terpantau tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi di berbagai negara. Ilmuwan berpendapat bahwa hal ini karena adanya hybrid immunity yang ditimbulkan baik karena vaksinasi maupun infeksi Covid-19 yang dialami sebelumnya, menurut Wiku.

Berkaca dari hal ini, pemerintah Indonesia berusaha tetap optimal dalam melakukan seluruh upaya pengendalian, baik melalui vaksinasi maupun implementasi protokol kesehatan. Dari naik turunnya riwayat kasus Covid-19, menurut Wiku, pemerintah menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat sebagai perilaku yang diterapkan secara berkelanjutan.

"Prinsipnya, kita harus tetap siaga, disiplin, dan pantang lalai baik saat kondisi kasus Covid-19 naik maupun melandai," ujar dia.

 

 
Berita Terpopuler