Pangeran William Ungkap Alasan Mau Menyamar Jadi Penjual Majalah di Jalanan

Pangeran William sempat ikut menjajakan majalah Big Issue di London.

AP/Toby Melville/Pool Reuters
Pangeran William dari Inggris. Beberapa waktu lalu, Pangeran William ikut berjualan majalah The Big Issue yang membantu tunawisma dan orang-orang dengan masalah finansial.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangeran William menyamar menjadi penjual majalah The Big Issue di jalanan London, Inggris beberapa pekan lalu. Kini, ia menjelaskan alasannya bersedia melakukan hal itu.

Duke of Cambridge tidak menonjolkan diri saat menjual majalah Inggris yang dikenal karena mendukung para tunawisma dan orang-orang yang berjuang secara finansial. Ayah tiga anak ini terlihat mengenakan rompi merah dan topi yang serasi saat dia menjual majalah kepada orang yang lewat di jalan.

Pangeran William menyebut pengalaman itu membuka matanya. Pria berusia 40 tahun ini pun bertekad terus memainkan perannya dalam membantu mereka yang paling membutuhkan.

Terkait ulang tahun ke-40-nya, William telah menulis secara eksklusif untuk majalah tersebut tentang hari-harinya di jalanan London.

"Saya ingin mengalami sisi lain dan melihat bagaimana rasanya menjadi penjaja Big Issue. Waktu itu benar-benar membuka mata saya," tulisnya, seperti dilansir laman Page Six, Rabu (22/6/2022).

Ketika menjual edisi majalah kepada orang yang lewat, William menghabiskan satu jam dengan Dave Martin, penjaja Big Issue. Dia duduk dengan Martin yang mewawancarainya untuk edisi terbaru.

Baca Juga

Keduanya juga menjadi bintang sampul edisi khusus majalah tersebut. Martin memberi tahu Duke of Cambridge tentang pekerjaannya menjual majalah, dengan mengatakan, "Itu membuat saya tak lagi menggelandang. Memberi saya rasa hormat. Saya menjadi peminta-minta saat itu. Penjaja majalah lain mengatakan saya bisa melakukan sesuatu yang jauh lebih baik lalu membawa saya ke kantor Big Issue."

William kemudian mengingat bagaimana mendiang ibunya, Putri Diana, membawanya ke tempat penampungan tunawisma. Ketika itu, dia berusia 11 tahun. Pengalaman tersebut menanamkan nilai-nilai yang dibawa oleh kerajaan sejak saat itu.

"Orang-orang yang kehilangan tempat tinggal tidak dapat membangun kembali kehidupan mereka tanpa sejumlah hal, salah satunya adalah rasa hormat dan harga diri," tulisnya.


"Saya selalu menggunakan platform saya untuk membantu menceritakan kisah-kisah itu dan untuk membawa perhatian dan tindakan kepada mereka yang sedang berjuang. Saya berencana untuk melakukannya dalam usia 40 tahun ini, bahkan lebih dari yang banyak daripada yang sudah saya perbuat di masa lalu."

 
Berita Terpopuler