Pakar Ulas Faktor Kesuksesan Film KKN di Desa Penari

KKN di Desa Penari menjadi film horor terlaris.

Youtube
Poster film KKN di Desa Penari. Sinema arahan Awi Suryadi ini menjadi film horor terlaris.
Rep: Dadang Kurnia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar kajian sinema Universitas Airlangga (Unair) Igak Satrya Wibawa mengatakan, kesuksesan film KKN di Desa Penari menjadi momen bagus bagi industri perfilman setelah dua tahun menghadapi tantangan pandemi Covid-19. Igak menjelaskan, ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan KKN di Desa Penari.

Pertama, utas atau thread Twitter yang sempat viral beberapa waktu lalu. Hal itu membuat orang penasaran hingga tujuh juta penonton telah menyaksikannya di bioskop.

Baca Juga

"Utas Twitter sudah tentu berpengaruh karena bagaimanapun orang sudah mengetahui dan memahami utas itu sama halnya dengan novel atau cerpen yang sukses. Bedanya ini adalah sebuah utas," ujarnya, Jumat (27/5/2022).

Faktor kedua, menurut Igak, rasa keingintahuan dan ketidaksabaran penonton untuk mengetahui bentuk visual dari utas viral itu. Apalagi, KKN di Desa Penari sempat menunda penayangannya beberapa kali.

"Ada yang bilang penundaan banyak dari marketing. Sebetulnya tidak juga karena memang momennya "pas". Mereka mau tayang, tapi karena pandemi, jadinya banyak larangan," ujar Igak.

Faktor ketiga, pada saat yang bersamaan tidak banyak film-film Indonesia lain yang muncul. Momentum ini jadi sangat pas bagi penayangan KKN di Desa Penari. Oleh karena itu, banyak orang berbondong-bondong untuk menyaksikan film tersebut.

Di samping tiga hal tersebut, Igak juga menerangkan bahwa tema horor menjadi sebuah pasar di mana sumber-sumber di dalamnya tidak akan habis karena dapat digali secara terus-menerus. Ketika pasarnya tersedia, maka film horor akan selalu ditonton oleh banyak orang.

"Katakanlah orang Bali dengan kekuatan magisnya, maka mereka merasa dekat secara personal. Termasuk juga setan-setan seperti kuntilanak, genderuwo, pocong, tuyul, atau sejenisnya. Itu bagian dari mitos dan kepercayaan karena kita tahu dan dekat, sehingga kita akan berbagi kedekatan secara psikologis juga," ujar alumnus Curtin University itu.

 
Berita Terpopuler