Prediktor Paling Awal Demensia Justru Bukan Hilang Ingatan: Gaya Berjalan

Prediktor paling awal demensia justru bukan hilang ingatan melainkan gaya berjalan.

pixabay
Ilustrasi penderita demensia. Cara berjalan dapat menjadi prediktor paling awal demensia.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demensia, istilah umum untuk sekelompok gejala yang terkait dengan penurunan otak, menyerang sebagian besar populasi seiring bertambahnya usia. Menemukan tanda-tanda peringatan dini adalah kunci untuk menyesuaikan gaya hidup maupun memperpanjang kualitas hidup.

Kebanyakan orang menganggap kehilangan ingatan sebagai tanda penurunan otak yang menentukan, tetapi bukti menunjukkan bahwa itu tidak selalu merupakan indikator pertama. Para peneliti dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Dementia and Geriatric Cognitive Disorders berusaha mencari tahu gejala mana yang menunjukkan demensia praklinis dalam praktik umum.

Selain itu, apakah subjek dengan demensia praklinis memiliki frekuensi kontak yang meningkat dengan dokter umum mereka. Tahap praklinis sering dianggap sebagai proses yang terjadi sebelum diagnosis klinis gangguan kognitif dipertimbangkan.

Untuk mengumpulkan temuan, individu dengan demensia praklinis dan kontrol non-demensia dipilih dari Dutch GP Registration Network (RNH). Analisis dilakukan secara terpisah untuk setiap periode 12 bulan, dalam lima tahun sebelum diagnosis demensia.

Apa yang dipelajari para peneliti?
Dalam lima tahun sebelum diagnosis, subjek dengan demensia praklinis mengunjungi dokter umum mereka lebih sering daripada kelompok kontrol. Anehnya, gangguan gaya berjalan adalah "prediktor paling awal", menurut para peneliti.

"Keluhan kognitif adalah prediktif untuk demensia dalam tiga tahun sebelum diagnosis," tulis para peneliti, seperti dilansir dari Express.co.uk, Selasa (22/2/2022).

Semua gejala lain, kecuali gejala vaskular, bersifat prediktif pada tahun sebelum diagnosis. Menurut para peneliti, sensitivitas tertinggi untuk gejala kognitif dan gangguan gaya berjalan pada tahun sebelum diagnosis.

Disimpulkan bahwa demensia praklinis dikaitkan dengan peningkatan frekuensi kontak antara pasien dan dokter umum setidaknya lima tahun sebelum diagnosis demensia. Peneliti menyebut, gangguan gaya berjalan dan keluhan kognitif adalah gejala awal demensia praklinis.

NHS menjelaskan, meskipun tidak ada obat untuk demensia saat ini, diagnosis dini berarti kemajuannya dapat diperlambat dalam beberapa kasus. Dengan begitu, penderita mungkin dapat mempertahankan fungsi mental mereka lebih lama.

Baca Juga

Diagnosis membantu orang dengan demensia mendapatkan perawatan dan dukungan yang tepat. Itu juga dapat membantu mereka dan orang-orang yang dekat dengan mereka untuk mempersiapkan masa depan.

Badan kesehatan itu menyatakan, dengan pengobatan dan dukungan, banyak orang mampu menjalani kehidupan yang aktif dan terpenuhi dengan demensia. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui untuk demensia.

Beberapa faktor hanya sedikit meningkatkan risiko seseorang sementara yang lain membuatnya jauh lebih mungkin bahwa orang tersebut akan mengembangkan kondisi tersebut.

"Bagi kebanyakan orang, faktor risiko terbesar untuk demensia adalah penuaan dan gen," jelas Alzheimer's Society (AS).

Risiko seseorang terkena demensia juga dapat ditingkatkan dengan faktor berikut:
- Jenis kelamin
- Etnis
- Jumlah "cadangan kognitif", kemampuan otak untuk mengatasi penyakit
- Kondisi kesehatan lainnya, jika ada
- Gaya hidup, misalnya, merokok dan penggunaan alkohol berlebihan
- Paparan polusi udara.
- Beberapa faktor risiko demensia tidak dapat dihindari, seperti penuaan dan gen.

 
Berita Terpopuler