Menjaga Harapan Saat Sulit, Lihatlah Kehidupan Rasulullah

Sepanjang hidupnya Rasulullah selalu menghadapi ujian yang begitu berat.

Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi)
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Keadaan seorang mukmin harus selalu berada di antara ketakutan dan harapan. Hal ini sama seperti seekor burung yang menggunakan kedua sayapnya untuk terbang ke tujuannya, dimana dua sayap ini adalah ketakutan dan harapan, dengan tujuannya adalah surga.

Baca Juga

Tidak ada keraguan jika hidup ini penuh dengan kesulitan dan ujian. Cara untuk menanganinya adalah kunci kesuksesan seseorang. Cara mengatasi stres yang benar harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan cara Nabi Muhammad SAW, karena Beliau adalah panutan Muslim.

Seorang mahasiswa di universitas AOU yang mempelajari studi Islam, Umm Muadh, menyebut Muslim perlu melakukan perjalanan kembali ke masa lalu untuk belajar dan mencoba menerapkan cara Nabi menangani bencana yang menimpanya. Salah satu yang perlu dilakukan adalah harus ikhlas dalam setiap tindakan.

Dilansir di About Islam, Kamis (27/1), saat ini umat Islam di seluruh dunia sedang menderita atau lebih buruk kehilangan nyawa mereka. Ia pun mempertanyakan bagaimana kita sebaiknya mengatasi semua situasi yang menyedihkan itu?

"Mari kita lihat sekilas penderitaan Nabi (SAW) dan bagaimana dia menanganinya. Bahkan sebelum Nabi lahir, ayahnya meninggal. Ketika dia berusia 6 tahun, ibunya juga meninggal. Dia hanya memiliki kakeknya yang sangat menyayanginya," ujar dia.

 

 

Namun sayangnya, sang kakek juga segera meninggal, ketika Nabi Muhammad berusia 8 tahun. Setelah itu, pamannya Abu Thalib membawanya di bawah perwaliannya. Dari semua kengerian yang bisa dialami seorang anak, sang nabi telah melalui semuanya.

Ketika Nabi Muhammad diberkati sebagai utusan Allah, ia menghadapi banyak kesulitan berat. Pertama, dia menjadi orang buangan bagi rakyatnya. Orang yang sama yang dulu memujinya sekarang menjauhinya.

Namun, Nabi menanggung sikap mereka dengan kesabaran dan kebaikan. Kemudian ketika orang-orang mulai menerima pesannya, orang-orang Quraisy mulai menyiksa mereka.

"Ketika Anda melihat orang yang Anda cintai diperlakukan dengan kasar, hati Anda secara alami melompat seolah ingin menolong mereka. Nabi Muhammad melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana orang-orang terkasih dan sahabat-sahabatnya disiksa secara brutal," lanjutnya.

Bukannya membalas dengan cara hina yang sama, Nabi disebut tetap teguh dalam kesabaran, doa dan perjuangan. Allah SWT menerima doa Nabi dan membawa perubahan bagi manusia. Mereka harus pergi ke Abyssinia.

 

 

Kemudian, Nabi harus berurusan dengan dua kesedihan yang besar. Hal ini dayang dari pamannya Abu Thalib dan istri tercinta Khadijah. Abu Thalib yang merupakan pemimpin kaum Quraisy, adalah salah satu alasan kaum Quraisy tidak bisa mencelakai Nabi Muhammad (SAW). Sementara, Khadijah membantu Nabi dengan kebutuhan keuangannya. Dua pilar pendukungnya hancur.

Kondisi ini cukup untuk membuat siapa pun bisa kehilangan harapan dalam hidup dan terjun ke dalam depresi. Namun, Nabi SAW bekerja menuju masa depan yang lebih sehat. Allah SWT memberi kemudahan karena Nabi tulus dalam imannya.

"Ketika kehidupan Nabi semakin dalam bahaya, dia harus berhijrah. Bayangkan meninggalkan kota Anda, komunitas Anda, kenyamanan rumah Anda sendiri di mana Anda dapat melakukan apa yang Anda inginkan. Nabi Muhammad harus meninggalkan Makkah," ucap Umm Muadh.

Setelah di Madinah, Allah SWT memberkati Nabi Muhammad dengan banyak berkah. Dia memiliki rumah, keluarga dan komunitas. Yang terpenting, dia memiliki kebebasan beragama. Nabi pernah mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya, tetapi dia bertahan.

Nabi memiliki tujuan untuk bertahan dalam perjuangan hidup ini dengan cara yang menyenangkan Allah SWT, yang akan membawanya ke rahmat Allah dan surga-Nya yang tiada habisnya. Dia berdiri teguh dan tulus di dalamnya sepanjang hidup.

 

Ada banyak panutan yang bisa ditiru jika seorang Muslim mau membiasakan diri dengan sifat dan perilaku Nabi Muhamamd SAW. Nabi adalah panutan dalam semua bidang kehidupan, serta tidak akan salah seseorang dalam hal apa pun jika dia tetap berpegang pada apa yang dikhotbahkan dan dilakukan oleh-Nya.

 

Dari Umar bin Khattab ra, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bahwa amal perbuatan itu tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya. Maka barang siapa berhijrah untuk mencari keuntungan duniawi atau untuk menikahi seorang wanita, maka hijrahnya itu karena apa yang dia hijrahkan”". (HR. al-Bukhari) 

 
Berita Terpopuler