Filipina Terancam Alami Krisis Kesehatan Usai Topan Rai

Pemerintah Filipina mengingatkan ancaman krisis kesehatan usai bencana topan Rai.

AP/Office of The Vice President
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Wakil Presiden, seorang anak laki-laki berjalan di atas pohon yang tumbang akibat Topan Rai di Negros Oriental, Filipina tengah pada Selasa, 21 Desember 2021. Gubernur provinsi Filipina tengah yang hancur akibat Topan Rai pekan lalu memohon di radio Selasa agar pemerintah segera mengirim makanan dan bantuan lainnya, memperingatkan bahwa tanpa bantuan dari luar, pasukan tentara dan polisi harus dikerahkan untuk mencegah penjarahan di tengah meningkatnya kelaparan.
Rep: Fergi Nadira Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Filipina mengingatkan krisis kesehatan usai bencana topan ketika jutaan orang berjuang mendapatkan air bersih dan makanan.

"Sembilan orang meninggal karena dehidrasi akibat diare di Kepulauan Dinagat yang miskin dan pulau resor tetangga Siargao, yang terkenal dengan tempat selancarnya," kata kantor regional departemen kesehatan Filipina seperti dikutip laman Channel News Asia, Sabtu (8/1/2022). 

Baca Juga

Sebanyak 895 kasus diare tercatat di sana sejak topan melanda, sebagian besar di antara mereka kehilangan tempat tinggal. Kasus-kasus ini muncul ketika pemerintah dan lembaga bantuan tengah bergegas membangun fasilitas pengolahan air darurat.

"Sulit dikatakan terkendali. Pasokan air tetap tidak teratur. Kebutuhan pangan mereka belum terpenuhi," kata juru bicara departemen Ernesto Pareja.

Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperingatkan krisis kesehatan yang meningkat di daerah-daerah yang dilanda topan saat mereka meningkatkan respons bencananya.

"Sangat memprihatinkan bahwa orang-orang menjadi sangat sakit dan bahkan meninggal di daerah yang dilanda topan ini," kata Kepala Delegasi Filipina IFRC Alberto Bocanegra dalam sebuah pernyataan, Kamis.

"Topan itu membuat jutaan orang tidak memiliki akses ke air minum bersih, rumah sakit dan fasilitas kesehatan", ujarnya menambahkan.

Tiga pekan setelah Topan Rai melanda pulau-pulau selatan dan tengah, topan menghancurkan ribuan rumah, membuat 370 ribu orang masih berada di pusat evakuasi, dan menewaskan 402 orang. Pemerintah terus mengirimkan pasokan kepada penduduk terdampar yang kehilangan tempat tinggal akibat badai.

Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan persiapan pemerintah untuk badai dan tanggapan awal memang baik. Namun memperingatkan bahwa lebih banyak dukungan diperlukan.

"Kecuali kita bertindak sekarang dan memberikan bantuan makanan yang sangat dibutuhkan untuk keluarga yang terkena dampak, kita berisiko melihat peningkatan pesat kekurangan gizi yang dapat dicegah," kata Country Director dan Perwakilan WFP Brenda Barton.

Pareja mendesak para donor dan lembaga bantuan untuk melanjutkan pekerjaan mereka. "Kepada semua mitra kami, kami berharap mereka tidak menghentikan aliran bantuan. Situasinya tetap tidak stabil," kata Pareja. 

Menurut warga yang selamat Topan Rai sama dengan Topan Super Haiyan, yang menewaskan 7.300 orang atau hilang di seluruh Filipina tengah pada 2013 dan tetap menjadi yang paling mematikan dalam catatan negara itu. Pejabat kesehatan setempat juga memantau infeksi pernapasan setelah setidaknya dua kasus ternyata COVID-19.

 
Berita Terpopuler