Serang Anak, Omicron Bisa Akibatkan Batuk Croup

Croup umumnya tidak berbahaya, namun dapat membuat orang tua khawatir.

AP/Emrah Gurel
Perawat menggendong bayi positif Covid-19. Infeksi SARS-CoV-2 varian omicron cenderung mengusik saluran pernapasan atas hingga membuat anak berisiko mengembangkan batuk croup.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Omicron, varian baru SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, kelihatannya memengaruhi anak-anak di bawah usia lima tahun dengan cara baru, yakni batuk menggonggong dengan suara keras yang dikenal sebagai croup. Meskipun croup umumnya tidak berbahaya, hal itu bisa menakutkan bagi orang tua yang merasa khawatir mengenai bayi dan balita mereka yang terlalu muda untuk mendapatkan vaksin Covid-19 namun terinfeksi virus ini.

Baca Juga

Dokter mengatakan, kemungkinan besar ini terjadi karena tampaknya omicron cenderung lebih banyak mengusik saluran pernapasan atas  dibandingkan paru-paru. Apa efeknya pada anak?
 
"Saluran pernapasan anak-anak kecil sangat sempit sehingga sedikit peradangan saja bisa menyumbatnya," kata ahli penyakit menular pediatrik dan Direktur Program Penelitian Vaksin Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee, Buddy Creech, seperti dikutip laman NBC News, Jumat (7/1/2022).
 
Creech menyebut, anak dengan saluran udara kecil yang sedang radang akan mengeluarkan suara yang khas ketika bernapas. Radang pada saluran napasnya dapat menyebabkan batuk yang terdengar seperti gonggongan anjing atau anjing laut.
 
Creech mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya telah mencatat "presentasi mirip croup" pada anak kecil yang dites positif Covid-19. Bagian atas saluran udara anak-anak menjadi sangat bengkak ketika itu terjadi.
 
"Ada batuk menggonggong yang khas," ujarnya.
 
Sejumlah virus musiman, termasuk parainfluenza dan virus pernapasan synctial, dapat menyebabkan croup dan infeksi saluran pernapasan yang disebut bronkiolitis. Sekarang, sepertinya Covid-19, khususnya varian omicron, harus ditambahkan ke dalam daftar itu.
 
"Sejauh ini, varian omicron tampaknya tidak separah varian delta," kata Kepala Penasehat Medis Presiden, Anthony Fauci dalam pengarahan Tim Tanggap Covid-19 Gedung Putih.
 
Namun, Fauci juga mengingatkan, penyebaran omicron yang cepat di tingkat komunitas dapat membuat lebih banyak anak dirawat di rumah sakit. Padahal, sebagian besar di antara anak-anak belum divaksinasi.
 
Seorang ahli paru anak di University of Virginia, Saif Al Qatarneh, mengaku juga telah mencatat peningkatan diagnosis tersebut seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 pediatri. Al Qatarneh mengatakan, dia dan rekan-rekannya khawatir tentang apa yang mungkin terjadi dalam beberapa pekan mendatang karena omicron terus menyebar di Amerika Serikat.
 
"Kondisi saat ini masih dua atau tiga pekan lagi dari puncak omicron.
Pemikiran yang cerdas adalah bersiap-siap untuk lebih banyak pasien yang terkena bronkiolitis pada anak-anak dan bayi," ujarnya.

Mudah didiagnosis
Kabar baiknya, croup dan bronkiolitis merupakan penyakit yang mudah diagnosis oleh dokter. Tak butuh dokter senior untuk bisa mengenalinya.
 
"Croup adalah salah satu penyakit menular pertama yang dipelajari ketika magang di pediatri," kata Kepala Dokter di Rumah Sakit Anak New Orleans Mark Kline.
 
Tim Kline juga telah mencatat peningkatan croup terkait Covid-19.
Sementara itu, ahli penyakit menular pediatri di University Hospital Rainbow Babies & Children's Hospital di Cleveland, Amy Edwards, mendapati hal serupa.
 
"Sebagai dokter anak, melihat lebih banyak anak dengan croup dan bronkiolitis "menenangkan", itu karena kami telah menghadapi kondisi itu sepanjang karier kami," ujarnya.
 
Edwards mengakui, bunyi batuk croup bisa menakutkan untuk didengar, tetapi itu tidak berarti ada masalah dengan paru-paru. Ia menjelaskan, perawatan utama croup adalah menjaga saluran udara bagian atas tetap terbuka dan bersih sampai peradangan mereda.
 
Penderita croup mungkin memerlukan obat steroid beberapa hari, tetapi keluhan ini sering hilang dengan sendirinya. Edwards menyebut, terkadang anak-anak dengan bronkiolitis membutuhkan dukungan oksigen atau perawatan pernapasan sebelum pulih sepenuhnya.
 
Risiko rawat inap karena valsin tertinggal
Edwards dan yang lainnya meyakinkan orang tua bahwa sebagian besar anak kecil dengan Covid-19 cenderung mengalami gejala sakit yang ringan. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa beberapa anak bahkan yang sebelumnya sehat dapat mengalami komplikasi serius yang memerlukan rawat inap.
 
Faktanya, analisis NBC News terhadap data kesehatan dan layanan kemanusiaan menemukan bahwa setidaknya 16 negara bagian telah memecahkan rekor jumlah rawat inap anak yang terkait Covid-19.
 
"Hampir 40 persen rawat inap di rumah sakit anak Texas di Houston, termasuk anak-anak di bawah usia lima tahun," kata ahli patologi yang merupakan salah satu pemimpin Pusat Komando Covid-19 di RS Jim Versalovic.
 
Vaksin adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri terhadap infeksi. Namun, suntikan tersebut tidak tersedia untuk anak-anak kecil dalam waltu dekat.
 
Creech yang juga merupakan salah satu peneliti utama untuk uji klinis Moderna KidCOVE memperkirakan peluncuran vaksin untuk anak-anak kecil tidak lebih awal dari musim panas ini. Versalovic dan Texas Children's sebagai salah satu tempat uji klinis pediatri Pfizer-BioNTech juga mengatakan, dirinya tidak mengharapkan vaksin untuk anak usia dini sampai akhir tahun ini.
 
Para ahli mengatakan, pertahanan terbaik untuk anak-anak yang tidak divaksinasi adalah dengan mengamankan mereka. Artinya, kelilingi mereka dengan orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar yang divaksinasi.
 
"Bagi mereka yang tidak divaksinasi, ini akan menjadi perjalanan yang sulit. Itu mungkin termasuk anak-anak kecil kita, jadi kita benar-benar harus melindungi mereka sebaik mungkin," ujarnya.

 
Berita Terpopuler