Kenaikan Harga Telur yang Diprediksi Berakhir Januari

Kenaikan harga telur dinilai wujud bangkitnya ekonomi pascapembatalan PPKM.

ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Pembeli memilih telur yang dijual di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (27/12/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat meroketnya harga telur di sejumlah wilayah jelang pergantian tahun hingga Rp30.000 per kg dipicu oleh harga pakan yang tinggi
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dedy Darmawan Nasution, Antara

Kenaikan harga bahan pangan sangat dirasakan lonjakannya jelang pergantian tahun. Pedagang sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) di Pasar Slipi Jakarta Barat mengeluhkan kenaikan harga cabai rawit merah dan telur ayam negeri menjelang Tahun Baru 2022.

Seorang pedagang, Sum (67), mengatakan harga cabai rawit merah pada Senin (27/12), mencapai Rp 140.000 per kilogram. "Kalau harga cabai merah hanya Rp 40.000 per kilogram," kata Sum.

Menurut Sum, naiknya harga cabai rawit merah sudah dirasakan sejak pekan lalu, yakni sebelum Hari Raya Natal. "Harga cabai rawit merah ini masih bisa naik sampai setelah Tahun Baru," kata dia.

Pedagang lainnya, Syawal mengatakan, dia mengeluhkan kenaikan harga telur ayam negeri yang pada Senin hari ini mencapai Rp 32.000 per kilogram. "Kemarin harga telur Rp 30.000 per kilogram. Saya kira kemarin itu sudah harga tertinggi," katanya.

Menurut Syawal, harga sembako lainnya relatif stabil menjelang Tahun Baru 2022. Misalnya, harga minyak goreng kemasan kualitas satu Rp 42.000 per dua liter, sedangkan kualitas dua Rp 39.000 per dua liter. Kemudian, harga minyak goreng curah Rp20.000 per liter "Saya berharap harga bahan pokok tetap stabil," kata Syawal.

Kenaikan harga telur tercatat sudah melebihi 25 persen dari harga acuan pemerintah sebesar Rp 24 ribu per kg di level konsumen. Direktur Bahan Pokok dan Penting, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Isy Karim, mengatakan, kenaikan harga telur saat ini lebih karena adanya kenaikan harga pakan dan tingginya permintaan.

Kenaikan permintaan saat ini juga berkaitan dengan momen libur Natal dan tahun baru di mana biasanya terjadi peningkatan konsumsi pangan. Karena itu, Kemendag meyakini kenaikan harga saat ini tidak akan berlangsung dalam waktu panjang. "Perkiraan kami tidak (akan lama)," kata Isy Karim kepada Republika, Senin (27/12).

Isy Karim menjelaskan, untuk membantu masyarakat menengah ke bawah, pemerintah telah memasukkan komoditas telur untuk bantuan sosial. Melalui bantuan tersebut diharapkan beban masyarakat kecil dapat terbantu.

Mengutip Informasi Pangan Jakarta, Senin (27/12) rata-rata harga telur ayam ras di Ibu Kota tembus hingga Rp 31.184 per kg, naik Rp 907 per kg dari hari sebelumnya.

Adapun untuk rata-rata nasional, data terakhir Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag per Jumat (24/12), telur ayam ras dihargai Rp 28.600 per kg. Harga tersebut naik 2,88 persen dari hari sebelumnya sebesar Rp 27.800 per kg.

Sedang ementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan produksi telur hingga akhir tahun ini dalam kondisi normal meski di tengah lonjakan harga di tingkat konsumen. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah mengatakan, sejauh ini tidak langkah pengurangan produksi sekalipun harga telur pernah anjlok beberapa waktu lalu.

"Di hulu produksi cukup dan tidak ada pengurangan pasokan," kata Nasrullah.

Berdasarkan data prognosis produksi telur ayam Kementan, produksi telur ayam hingga akhir tahun ini mencapai 5,15 juta ton. Sementara total kebutuhan masyarakat mencapai 4,9 juta ton. Artinya terdapat surplus sekitar 241,4 ribu ton.

Statistik harga Kementan mencatat, rata-rata harga telur ayam ras di tingkat produsen per 27 Desember 2021 mencapai Rp 24.270 per kg, naik 2,45 persen dari hari sebelumnya yang sebesar Rp 23.690 per kg. Adapun harga dari tingkat produsen itu sudah lebih tinggi dari acuan pemerintah sebesar Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kg.

Nasrullah mengatakan, pada momen akhir tahun ini, perlu adanya koordinasi yang lebih erat antara pemerintah pusat dan daerah serta para pemangku kepentingan lainnya.

"Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang terus mengingatkan kita berkomitmen pada pemenuhan pangan bagi 273 juta rakyat Indonesia adalah prioritas yang harus dipenuhi," ujarnya.

Baca Juga

Pekerja memotong roti untuk di kemas di Jonggrangan, Klaten, Jawa Tengah, Senin (27/12/2021). Naiknya harga telur ayam membuat produsen roti terdampak sehingga harus menaikan harga penjualan roti, seperti roti cake marmer besar dari Rp41.000 menjadi Rp42.000 per roti dan roti pisang keju besar dari Rp55.000 menjadi Rp56.000 per roti - (ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho)





Kenaikan harga telur ayam ras yang tembus hingga lebih dari Rp 30 ribu per kg dinilai para peternak murni akibat hukum pasar. Pasalnya, peningkatan permintaan terhadap telur pada akhir tahun ini cenderung meningkat.

Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso, menjelaskan, ada dua momen yang memacu peningkatan permintaan telur, yakni perayaan Natal serta tahun baru. Aktivitas masyarakat turut mengalami kenaikan setelah pemerintah membatalkan kebijakan PPKM Nataru.

"Kebutuhan dari masyarakat meningkat karena aktivitas yang sudah lama di rumah. Ketika menghadapi liburan, semua kaget. Hotel, restoran, dan warung-warung semuanya bangkit," kata Yudianto.

Ia mengatakan, meningkatkan permintaan telur dari masyarakat diakui oleh para anggota PPN hampir di seluruh wilayah. Industri hotel, restoran, dan katering (horeka) mulai bergeliat di akhir tahun ini dan berdampak pada meningkatkan kebutuhan bahan pangan seperti telur.

Di satu sisi, ia menilai kenaikan permintaan juga dipicu oleh pengadaan bantuan sosial oleh pemerintah. "Kami berterima kasih kepada pemerintah yang ikut membantu masyarakat kurang mampu dengan memberikan bantuan seperti telur karena paling mudah didistribusikan dan disimpan," katanya.

Namun, ia menyarankan agar ke depan pemerintah tidak memberikan bantuan sosial secara sekaligus setiap tiga atau empat bulan sekali. Pasalnya, mekanisme itu membuat efek kejut terhadap permintaan telur. Bantuan yang diberikan rutin setiap bulan akan membuat kondisi permintaan dan penawaran lebih terukur.

Terlepas dari kenaikan harga akibat tingginya permintaan, Yudianto meminta masyarakat tidak perlu khawatir soal kenaikan harga saat ini. Pasalnya, harga pada Januari mendatang akan kembali melandai seiring permintaan yang kembali normal.

Selain permintaan, Yudianto menyampaikan, harga pakan yang tinggi saat ini turut mendongkrak harga. Saat ini harga pakan jadi untuk ayam petelur rata-rata mencapai Rp 7.000 per kilogram naik cukup tinggi sebelum ada kenaikan di mana harga pakan sekitar Rp 5.250 per kg.

Lebih jauh soal pakan, Presiden Peternak Layer Nasional (PLN), Ki Musbar Mesdi, menjelaskan, harga pakan yang tinggi saat ini salah satunya disebabkan oleh harga jagung yang sudah tembus di atas Rp 6.000 per kg. Padahal, pemakaian jagung untuk memproduksi pakan sekitar 50 persen sehingga akan sangat berpengaruh.

Ia mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mengklaim bahwa produksi jagung surplus hingga 2 juta ton. Namun, nyatanya harga tetap tinggi.

"Padahal, kalau kita mau bicara jujur, petani itu paling terima harga jagung di bawah Rp 3.000 per kg dengan kadar air 30 persen. Artinya harga jagung siapa yang menikmati? Ya tengkulak dan pedagang," kata dia

Ia menyarankan agar pemerintah mengambil terobosan kebijakan importasi jagung dengan memberikan rekomendasi impor kepada perusahana-perusahaan perunggasan yang sudah mampu menembus ekspor.

Adapun pengaturan pemaskan impor jagung dapat diatur oleh Kemendag melalui Surat Persetujuan Impor yang disesuaikan dengan jadwal tanam dan panen jagung dalam negeri sehingga tidak merugikan petani. "Urusan ini sebetulnya sederhana," kata dia.

Daging hewan bergizi (ilustrasi) - (republika)

 
Berita Terpopuler