3 Poin Utama Rakernas Hidayatullah 2021

Rakernas Ormas Hidayatullah 2021 menghasilkan sebanyak 26 kebijakan.

dok Hidayatullah
Suasana penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ormas Hidayatullah 2021 di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah Jakarta, Sabtu (11/12).
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ormas Hidayatullah 2021 menghasilkan sebanyak 26 kebijakan. Tiga di antaranya menjadi poin utama yang harus menjadi perhatian anggota ormas Hidayatullah di seluruh wilayah.

Baca Juga

Humas DPP Hidayatullah, Ustadz Mahladi menyampaikan, poin pertama ialah meminta kepada Dewan Pengurus Wilayah (DPW) yang telah memiliki jaringan di semua kabupaten/kota agar segera memperluas jaringan ke kecamatan dengan pembentukan Dewan Pengurus Cabang (DPC).

"Maka bagi DPW yang belum tercapai 100 persen jaringan di kabupaten/kota (DPD), maka harus segera memenuhi agar bisa tercapai 100 persen kabupaten dan kota," kata Ustadz Mahladi kepada Republika.co.id, Senin (13/12).

Poin kedua yaitu DPW harus mempersiapkan diri dalam melakukan penilaian untuk klasifikasi dan kualifikasi DPW. Poin ketiga, yakni DPW harus mempersiapkan kader-kader yang akan dididik untuk mendapatkan sertifikasi advokat. Selain advokat, DPD juga harus mempersiapkan dai dan guru untuk diberi pemahaman soal hukum.

Ustadz Mahladi menambahkan, saat ini jaringan Hidayatullah telah ada di 34 provinsi, 383 kabupaten/kota, 304 kecamatan, dan 34 kelurahan/desa. Ormas Islam yang telah menginjak usia setengah abad pada 1 Muharram 1443 Hijriah lalu itu telah memiliki 689 Rumah Alquran yang tersebar di seluruh Nusantara.

Rakernas Hidayatullah resmi ditutup oleh Ketua Umum DPP Hidayatullah Dr Nashirul Haq Lc MA di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta, Sabtu (11/12) kemarin. Rakernas tersebut digelar sejak Kamis (9/12).

 

 

Ustadz Nashirul Haq (UNH) dalam arahannya menekankan pentingnya empat kekuatan bagi para kader dai Hidayatullah. "Untuk mencapai kebaikan, ketakwaan untuk kemajuan dakwah memang wajib ada yang namanya washilah," ujarnya dalam keterangan pers.

UNH menjelaskan, washilah tersebut berupa kekuatan-kekuatan penting di dalam diri seorang pemimpin. Pertama, quwwah ruhiyah (kekuatan ruhiyah). Ini meliputi kekuatan moral dan spiritual. Kekuatan ini penting sehingga memang patut ditempatkan pada urutan pertama.

Kedua, quwwah aqliyah atau kekuatan akal. Setelah ruhiyah, yang kemudian perlu dikuatkan adalah akal. "Jadi, pastikan setiap kali kita mengeluarkan gagasan, itu tidak ada yang keluar dari bimbingan wahyu," kata UNH.

Ketiga, lanjut UNH, yaitu quwwah maddiyah atau kekuatan material. Kekuatan ini harus dikendalikan oleh jiwa dan pikiran yang suci. Misalnya Ibnu Mubarok, yang memilih jalan menjadi pebisnis dan dilakukan untuk menjaga izzah atau kemuliaan ulama.

Keempat adalah quwwah idariyah atau kekuatan manajerial. UNH memaparkan, setelah kekuatan material diperoleh, maka selanjutnya perlu dihadirkan kekuatan manajerial. Sebab, berbagai nikmat harta dan fasilitas akan melenakan jika tidak diatur dengan sebaik-baiknya. "Potensi yang ada bisa jadi kekuatan kalau dikonsolidasikan dalam bentuk quwwah idariyah," urainya.

 

Terakhir, UNH berpesan kepada segenap kader untuk tidak pernah mengendurkan semangat dan dedikasi dalam dakwah. "Jika dahulu, saat berada dalam kondisi terbatas kita bisa melahirkan banyak prestasi, maka saat ini kala ada fasilitas dan berbagai nikmat, prestasi kita tidak boleh menurun," tutupnya.

 
Berita Terpopuler