Covid-19 Belum Selesai, Pandemi Berikutnya Bisa Lebih Buruk

Penemu vaksin Covid-19 AstraZeneca ingatkan potensi pandemi berikutnya.

AP
Profesor dari University of Oxford, Dame Sarah Gilbert, mengingatkan potensi bahaya pandemi berikutnya. Gilbert merupakan penemu vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prof Dame Sarah Gilbert, salah satu pencipta vaksin Oxford/AstraZeneca, mengatakan bahwa dunia tidak boleh melupakan ancaman wabah mematikan baru begitu pandemi saat ini berakhir. Ia menyebut, pandemi ini belum selesai dan yang berikutnya bisa lebih buruk.

"Ini bukan kali terakhir virus mengancam hidup kita dan mata pencaharian kita. Yang benar adalah, yang berikutnya bisa lebih buruk. Bisa lebih menular atau lebih mematikan atau keduanya," ujar Gilbert, seperti dilansir laman The Sun, Senin (6/12).

Gilbert mengatakan, dunia tidak dapat membiarkan situasi yang telah dilalui semua kemudian menemukan kerugian ekonomi yang sangat besar di masa depan. Ini berarti bahwa masih belum ada dana untuk kesiapsiagaan pandemi.

"Kemajuan yang telah kita buat, dan pengetahuan yang telah kita peroleh, tidak boleh hilang. Sama seperti kita berinvestasi dalam angkatan bersenjata dan intelijen dan diplomasi untuk bertahan melawan perang, kita harus berinvestasi pada orang, penelitian, manufaktur, dan institusi untuk bertahan melawan pandemi."

Gilbert yang merupakan profesor dari University of Oxford mendapat apresiasi karena telah menyelamatkan jutaan nyawa melalui perannya dalam merancang vaksin Covid-19. Dia berpengalaman membuat dan menguji vaksin selama lebih dari 10 tahun, terutama menggunakan antigen dari malaria dan influenza, dan memprakarsai proyek vaksin SARS-CoV-2 pada awal 2020 ketika Covid-19 pertama kali muncul di China.

Vaksin yang dikembangkan oleh Gilbert dan timnya sekarang digunakan di lebih dari 170 negara di seluruh dunia. Ahli vaksin tersebut menerima penghargaan pada awal tahun ini untuk layanan sains dan kesehatan masyarakat dalam pengembangan vaksin Covid-19.

 

 

 

Peringatan dari Gilbert datang seiring dengan mengemukanya berita tentang bangsal rumah sakit di Afrika Selatan dipenuhi dengan anak-anak positif Covid-19. Ketika itu, strain super mutan omicron terus menyebar ke seluruh negeri.

"Protein lonjakan varian ini mengandung mutasi yang telah diketahui meningkatkan penularan virus, tapi ada perubahan tambahan yang mungkin berarti antibodi yang diinduksi oleh vaksin atau oleh infeksi varian lain mungkin kurang efektif dalam mencegah infeksi omicron," kata Gilbert.

Sampai sains mengungkapnya lebih jauh, menurut Gilbert, warga dunia harus berhati-hati. Semua perlu mengambil langkah untuk memperlambat penyebaran varian baru ini.

"Tapi seperti yang telah kita lihat sebelumnya, berkurangnya perlindungan terhadap infeksi dan penyakit ringan tidak berarti berkurangnya perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian," ungkapnya.

Omicron terus menyebar

Varian omicron terus menyebar ke berbagai belahan dunia. Pada Senin, Rusia, Nepal, dan Thailand melaporkan temuan kasus pertama varian baru tersebut.

Tak semua kasus di ketiga negara tersebut terkait langsung dengan kedatangan orang dari Afrika Selatan, negara yang pertama membunyikan alarm tentang varian omicron. Di Thailand, kasusnya berasal dari seorang warga negara Amerika Serikat yang tiba dari Spanyol pada 29 November lalu, menurut pejabat kesehatan, Senin.

Baca Juga

Kasus tersebut menjadikan Thailand negara ke-47 yang melaporkan varian baru omicron. Pasien tersebut dilaporkan mengalami gejala ringan.

"Kasus terkonfirmasi pertama varian omicron ditemukan pada pria AS berusia 35 tahun yang tinggal di Spanyol selama setahun," kata Dirjen Departemen Pengendalian Penyakit Opas Karnkawinpong saat konferensi pers.

Sementara itu, Nepal tidak mengumumkan asal negara dua pendatang yang terkonfirmasi omicron. Menurut Kementerian, pasien tersebut ialah WNA berusia 66 tahun yang tiba di Nepal pada 19 November. Satu orang (71 tahun) yang melakukan kontak dengannya dinyatakan positif varian baru Covid-19 pada Ahad.

Di Rusia, kasus omicron ditemukan pada dua orang yang kembali dari Afrika Selatan. Interfax yang mengutip otoritas kesehatan konsumen Rospotrebnadzor melansir bahwa 10 orang yang tiba dari Afrika Selatan terbukti positif Covid-19.

Sementara itu, RIA juga menyebutkan bahwa omicron terdeteksi pada dua orang yang tiba dari Afrika Selatan. Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu menginstruksikan pemerintah agar mempersiapkan skema untuk memerangi omicron dan mengatakan bahwa penting untuk menjaga pasokan obat, oksigen, dan juga tempat tidur rumah sakit.

 
Berita Terpopuler