Laporan: Israel akan Dorong AS untuk Serang Iran

Target yang dituju yakni pangkalan-pangkalan Iran di Yaman.

ap/Planet Labs Inc.
Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dan Kepala Badan Intelijen Mossad David Barnea akan mendorong pejabat pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menggelar serangan ke tiga target Iran. Permintaan ini akan disampaikan saat dua pejabat Israel itu berkunjung ke Washington pekan ini.

Berdasarkan laporan tiga stasiun televisi Ahad (5/12) malam kemarin Gantz dan Barnea akan mendesak Amerika untuk mengembangkan 'Rencana B' pada Iran. Sebab perundingan nuklir yang saat ini digelar di Wina mengalami kebuntuan. Times of Israel melaporkan ketiga stasiun televisi itu tidak menyebutkan sumber dari laporannya.

Israel menilai kebuntuan ini menjadi kesempatan untuk menekan AS mengambil sikap yang lebih tegas pada Iran. Selain sanksi yang lebih keras, Israel juga dilaporkan akan meminta Washington mengambil tindakan militer pada Iran.

Stasiun televisi Channel 12 melaporkan target yang menjadi potensi serangan AS pada Iran bukan fasilitas nuklir. Tapi pangkalan-pangkalan Iran yang berlokasi di Yaman. Tujuan dari serangan itu untuk meyakinkan Iran mengambil posisi yang lebih lunak di meja perundingan.

Stasiun televisi itu juga mengatakan Barnea diperkirakan akan mengatakan bahwa Israel harus melanjutkan tindakan pada program nuklir Iran. Pernyataan ini memperkuat dugaan operasi-operasi  Israel pada target-target milik Iran.

Baca Juga

Laporan terbaru mengatakan, AS sudah memperingatkan Israel serangan-serangan tersebut kontra-produktif, sebab Iran membangun kembali fasilitas-fasilitas itu setelah dipukul mundur.

Laporan ini muncul setelah perundingan nuklir yang sempat terhenti lama kembali dihentikan usai digelar selama lima hari. Dalam negosiasi itu Iran menyuarakan rasa frustasi dan pesimistisnya dengan terbuka.

Setelah perundingan di Wina terhenti lagi pekan lalu AS mengatakan tampaknya Iran tidak serius. Pejabat Amerika dan Eropa menuduh Iran melanggar janji-janji sebelumnya. Rusia yang memiliki hubungan kuat dengan Teheran pun turut mempertanyakan komitmen Iran pada proses perundingan ini.

Israel yang hanya sebagai pengamat perundingan meningkatkan retorikanya. Dalam foto yang dirilis badan atom PBB pada 2 Juli 2020 lalu terlihat gedung di fasilitas pengayaan uranium Natanz terbakar. Komplek pabrik uranium itu terletak 322 kilometer sebelah utara Teheran.

"Saya mengajak semua negara yang bernegosiasi dengan Iran di Wina mengambil garis keras dan menegaskan pada Iran mereka tidak dapat memperkaya uranium dan bernegosiasi di saat yang sama, Iran harus membayar harga mahal atas pelanggaran ini," kata Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.

Satu-satunya yang mungkin menggembirakan dari perundingan pekan lalu adalah kesepakatan untuk melanjutkan pembicaraan. Walaupun pejabat pemerintah AS mengatakan tidak bisa mengatakan kapan tepatnya perundingan kembali dimulai.

Negosiasi nuklir ini untuk mengembalikan AS dan Iran pada Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Ini merupakan kesepakatan nuklir antara Iran dan enam kekuatan dunia lainnya.

Mantan Presiden AS Donald Trump menarik Negeri Paman Sam dari kesepakatan itu dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi ekonomi pada Iran. Teheran membalasnya dengan melanggar ketentuan JCPOA seperti meningkatkan kemurnian uranium yang diperkaya.  

Pekan lalu Iran mengambil sikap yang tegas dalam perundingan tersebut. Mereka mengatakan putaran-putaran negosiasi sebelumnya akan dirundingkan ulang. Di tengah perundingan pengawas nuklir PBB mengonfirmasi Iran menaikan kemurnian uranium yang diperkaya hingga 20 persen.

Walaupun Iran mengklaim aktivitas nuklir mereka untuk tujuan damai, tapi program atom telah meningkatkan kekhawatiran. Perundingan nuklir Wina kembali digelar pekan lalu setelah sempat terhenti selama lima bulan karena pemilihan umum di Iran dan berkuasanya ulama garis keras Ebrahim Raisi.

Kecam Israel

Iran mengecam Israel karena turut campur dalam pembicaraan nuklir yang tengah berlangsung di Wina. Hal tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh dalam cicitannya di akun resmi Twitternya, Jumat (3/12) waktu setempat.

"Ketika #ViennaTalks maju, rezim Israel menunjukkan warna aslinya lagi, menyerukan penghentian segera negosiasi," cicit Khatibzadeh seperti dikutip laman Fars News, Sabtu (4/12).

Dia menyinggung secara khusus pernyataan perdana menteri Israel untuk segera menghentikan pembicaraan Wina. "Tidak mengherankan. Dialog selalu dibenci oleh rezim yang asal-usulnya didasarkan pada perang, ketegangan & teror," kata Khatibzadeh.

Dia juga menegaskan bahwa Delegasi di Wina tidak akan mengambil instruksi dari Beit Aghion (kantor rezim Israel). Dalam sambutan yang relevan pada Rabu (1/12) lalu, Khatibzadeh memperingatkan upaya rezim Israel untuk meracuni pembicaraan Wina dan mencegah kemajuannya.

 

 

 
Berita Terpopuler