Timnas Palestina Siap Melenggang ke Piala Dunia Amputee

Skuat nasional Asosiasi Sepak Bola Amputasi Palestina mendapatkan dukungan ICRC.

Reuters
Bendera Palestina
Rep: Rizki Jaramaya Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Kekurangan fisik tidak menghalangi pemuda Palestina untuk berpartisipasi dalam skuat nasional sepak bola. Pertama kalinya dalam sejarah, Palestina memiliki tim nasional sepak bola yang digawangi para pemuda, dengan kaki yang diamputasi.

Baca Juga

Tim nasional tersebut diluncurkan pada Jumat (3/12),  bertepatan dengan Hari Internasional untuk Penyandang Disabilitas. Skuat nasional Asosiasi Sepak Bola Amputasi Palestina mendapatkan dukungan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).  Skuat tersebut terdiri atas 20 pemuda Palestina yang kehilangan bagian tubuh mereka, ketika ikut terlibat dalam perang dengan Israel maupun kecelakaan.

Para pemain menggunakan kruk dan kaki palsu untuk bermain sepak bola saat mereka berlatih di sebuah stadion di Kota Gaza. Mereka berpartisipasi dalam Piala Dunia Sepak Bola Amputee yang akan digelar di Turki pada Maret 2022.

Salah satu pemain sepak bola yang bergabung dengan skuat tersebut, Ahmed Alkhodari (23 tahun), kehilangan kakinya pada Maret 2019 saat Great March of Return. Ketika itu, ratusan warga Palestina tewas dan puluhan ribu terluka dalam tembakan Israel. Setidaknya 156 orang yang terluka harus menghadapi amputasi.

Alkhodari mengatakan kepada Aljazirah, dia ingin berpartisipasi dalam turnamen di luar Palestina. Menurut Alkhodari, partisipasinya dalam tim nasional telah menambah nilai bagi kehidupannya. Dia meyakini, timnya akan meraih sukses di kejuaraan internasional di seluruh dunia. 

 

 

Pemain lainnya yaitu, Ibrahim Madi (30 tahun), mengungkapkan antusiasmenya menjadi bagian dari tim nasional tersebut. Dia mengatakan, menjadi bagian dari tim nasional Palestina dapat mengurangi rasa sakit mental dan fisik yang dideritanya.

"Berada di sini sangat berarti bagi saya.  Ini mengkompensasi semua rasa sakit mental dan fisik yang saya derita setelah kehilangan kaki saya,” ujar Madi, dilansir Aljazeraa, Ahad (5/12).

Madi mengingat kembali hari-hari tergelap dalam hidupnya. Kaki Madi terpaksa diamputasi karena terkena tembakan peluru oleh tentara Israel pada 2018, dalam demonstrasi di perbatasan Gaza. “Saya menghabiskan 11 hari dalam rasa sakit yang tak tertahankan di rumah sakit. Dokter kemudian memutuskan untuk mengamputasi kaki saya," kata Madi, mengenang momen pilu yang dihadapinya.

Sekretaris Jenderal European Amputee Football Federation, Simon Baker, membantu meningkatkan keterampilan dan memberikan pelatihan kepada wasit serta pelatih sejak tiga tahun lalu. Kaki Baker juga mengalami amputasi.

Baker pertama kali melakukan perjalanan ke Gaza pada 2019 untuk mengerjakan proyek tim sepak bola amputee, sebagai konsultan di ICRC. Di Jalur Gaza, Baker telah melatih 15 pelatih, 12 wasit, dan 80 pemain yang diamputasi. Dari 80 pemain yang dilatihnya, sebanyak 20 pemain dipilih memperkuat tim nasional yang akan bertanding dalam Piala Dunia Sepak Bola Amputee tahun depan.

 

 

"Proyek ini melewati beberapa tahap dalam memilih 20 pemain terbaik untuk memperkuat tim nasional. Kami berharap akhir Maret nanti timnas sudah bisa bertanding di Piala Asia dan lolos ke Piala Dunia 2022 di Istanbul,” ujar Baker.

Menurut Baker, kekurangan fisik yang dimiliki oleh para pemain bukan untuk dikasihani. Baker mengatakan, penyandang disabilitas dapat menjadi anggota masyarakat yang berharga.

"Kami tidak ingin orang mengasihani mereka dan kasihan pada mereka karena mereka tinggal di Gaza. Ini adalah kisah bahagia dan positif yang keluar dari Gaza," kata Baker.

Juru bicara ICRC di Gaza, Suhair Zaqout,  mengatakan, Palestina telah menorehkan sejarah baru dengan membentuk tim nasional amputee yang pertama. Zaqout menyoroti peran organisasinya dalam mendukung penyandang disabilitas, terutama di Jalur Gaza yang mengalami konflik dan siklus kekerasan. 

“Kami mendukung olahraga bagi orang yang diamputasi sebagai jendela untuk mencapai integrasi sosial dan psikologis,” kata Zaqout.

Zaqout mengatakan, ICRC mendukung lima olahraga lain untuk orang yang diamputasi di Gaza, termasuk bola basket, atletik, bersepeda, dan tenis meja. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sekitar 1600 orang yang diamputasi tinggal di Jalur Gaza.

 
Berita Terpopuler