NATO Ingatkan Rusia, Jangan Coba Serang Ukraina

NATO menegaskan Rusia akan membayar mahal jika berani melakukan agresi ke Ukraina.

AP/Alexander Zemlianichenko,
Pasukan terjun payung Angkatan Darat Rusia berbaris selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, pada 7 Mei 2021. Pejabat Ukraina dan Barat khawatir bahwa penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina dapat menandakan rencana Moskow untuk menyerang bekas Sovietnya tetangga.
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Kepala aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memperingatkan Rusia agar tidak melakukan tindakan militer apapun terhadap Ukraina. Menurutnya jika terjadi agresi itu, maka harga yang harus dibayar akan mahal.

"Setiap agresi Rusia di masa depan terhadap Ukraina akan datang dengan harga tinggi. Dan memiliki konsekuensi politik dan ekonomi yang serius bagi Rusia," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg seperti dikutip laman Anadolu Agency, Selasa (30/11).

Baca Juga

Stoltenberg akan melakukan pertemuan dengan para menteri luar negeri NATO di ibu kota Latvia, Riga mulai besok. Pertemuan dua hari akan membahas berbagai masalah termasuk pembangunan militer Rusia dekat perbatasan Ukraina ini. 

"Kami juga memantau situasi di perbatasan Ukraina dengan prihatin. Ini adalah kedua kalinya tahun ini Rusia mengumpulkan konsentrasi pasukan yang besar dan tidak biasa di wilayah ini," kata Stoltenberg dalam konferensi pers bersama Presiden Baltik Latvia, Egils Levits.

"Kami melihat senjata berat, artileri, unit lapis baja, drone dan sistem peperangan elektronik dan puluhan ribu pasukan siap tempur," ujarnya menambahkan.

Dia menekankan bahwa Rusia harus menunjukkan transparansi untuk mengurangi ketegangan dan meredakan situasi. "Pendekatan NATO ke Rusia tetap konsisten. Kami menjaga pertahanan dan pencegahan kami tetap kuat, sambil tetap terbuka untuk berdialog dengan Rusia," katanya.

Stoltenberg menekankan bahwa sekutu NATO telah secara signifikan meningkatkan kehadiran mereka di kawasan itu dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh tindakan agresif Rusia terhadap Ukraina pada 2014. Saat itu , Rusia  mencaplok Krimea, mengacaukan Ukraina timur, dan memberikan dukungan untuk separatis di Donbas.

"Dan selama beberapa tahun terakhir, kami telah benar-benar menerapkan kekuatan dari pertahanan kolektif kami sejak akhir Perang Dingin, dengan empat kelompok pertempuran di tiga negara Baltik dan Polandia dan lebih banyak kehadiran angkatan laut, kepolisian udara yang berkelanjutan dan juga kesiapan pasukan yang lebih tinggi," lanjutnya.

"Kami telah melipatgandakan ukuran Pasukan Respons NATO menjadi lebih dari 40 ribu tentara, yang dapat dikerahkan dalam waktu singkat, jika diperlukan," ujarnya menambahkan.

Menjaga Stabilitas Kawasan

Pejabat NATO menilai kegiatan militer Rusia menimbulkan tanda tanya besar. Selain itu para menteri luar negeri NATO pun bakal mengkaji situasi keamanan di Afghansitan, Ukraina, Georgia serta peran NATO dalam mempromosikan stabilitas dan keamanan di kawasan Balkan Barat di tengah meningkatnya ketegangan antara Serbia dan Kosovo serta ambisi separatis di entitas Serbia Bosnia-Herzegovina Republika Srpska.

Konsep Strategis NATO berikutnya dan kontribusi aliansi untuk pengendalian senjata internasional juga akan dibahas. Beberapa sesi pertemuan juga akan dihadiri oleh menteri luar negeri Swedia, Finlandia, Georgia, dan Ukraina, yang semuanya negara non-NATO.

Pertempuran antara pasukan pemerintah Ukraina dan separatis pro-Rusia sejak 2014 di Donbas telah menyebabkan lebih dari 13 ribu orang tewas. Menurut data PBB seperempat dari mereka warga sipil dan sebanyak 30 ribu.


 
Berita Terpopuler