Inggris Khawatir Oksimeter Bias Rasial, Maksudnya?

Oksimeter nadi dikhawatirkan memiliki bias rasial.

Reiny Dwinanda/Republika
Pulse oximeter menjadi alat yang direkomendasikan ada di rumah semasa pandemi Covid-19. Pembacaannya bisa kurang akurat pada orang berkulit gelap.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid telah mengumumkan penyelidikan terhadap pengembangan oksimeter yang diduga bias rasial secara sistemik. Perangkat medis yang penting saat pandemi Covid-19 ini dikembangkan di negara yang didominasi kulit putih.

Penyelidikan dilakukan di tengah kekhawatiran pembacaan oksimeter mungkin kurang akurat untuk orang yang memiliki warna kulit gelap. Inggris berencana untuk menggandeng Amerika Serikat dalam mengidentifikasi penyebab orang dari ras maupun etnis minoritas memiliki kondisi kesehatan yang lebih buruk.

Baca Juga

Temuan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran bahwa orang-orang dari kelompok etnis tertentu yang mungkin terinfeksi Covid-19, namun tidak terdiagnosis dengan akurat. Hal itu berpotensi menyebabkan ribuan kematian yang seharusnya bisa dihindari.

Dalam sebuah artikel di Sunday Times, Javid mengatakan, sangat mudah untuk mengandalkan sebuah mesin dan berasumsi bahwa setiap orang mendapatkan pengalaman yang sama. Faktanya tidak demikian..

"Tetapi teknologi diciptakan dan dikembangkan oleh orang-orang, sehingga bias, meskipun tak disengaja, juga dapat menjadi masalah di sini," ujar Javid, seperti dikutip laman Times Now News, Kamis (25/11).

Apa itu oksimeter nadi?

Pulse oximeter berfungsi untuk memperkirakan tingkat saturasi oksigen atau jumlah oksigen dalam darah seseorang. Mengingat beberapa pasien Covid-19 mungkin perlu dirawat di rumah sakit, perangkat ini telah menjadi alat penting dalam menentukan apakah seseorang memiliki tingkat oksigen yang sangat rendah dan memerlukan rawat inap.

Perangkat ini bekerja dengan dijepitkan ke jari, kemudian sinar cahaya merah dan inframerah akan lewat menembus jari. Susunan yang penting dari darah adalah hemoglobin yang jenuh dengan oksigen.

Hemoglobin teroksigenasi menyerap cahaya merah inframerah pada tingkat yang lebih besar dibandingkan hemoglobin terdeoksigenasi. Hal ini juga memungkinkan lebih banyak cahaya merah untuk melewati daripada hemohlobin terdeoksigenasi.

Dengan mengukur tingkat cahaya yang melewati jari, oksimeter nadi dapat menghitung tingkat saturasi oksigen pada seseorang. Tingkat normal saturasi oksigen darah biasanya di 95 hingga 100 persen.

Jadi, bagaimana ras berpengaruh dalam pembacaannya?

Beberapa penelitian telah menemukan bukti bahwa oksimeter oksimeter nadi mungkin menunjukkan pembacaan yang tidak akurat bagi mereka yang memiliki kulit lebih gelap, yaitu yang lebih banyak pigmentasi.

Berbicara kepada The New York Times, Direktur Laboratorium Penelitian Hipoksia di University of California, Philip Bickler, mencatat bahwa pigmen di kulit seseorang menyebarkan cahaya di sekitarnya sehingga sinyalnya berkurang.

"Ini seperti menambahkan statis ke sinyal radio Anda. Anda akan mendapatkan lebih banyak gangguan, lebih sedikit sinyal," ujarnya.

Pengembangan perangkat ini, terutama di negara-negara yang didominasi kulit putih, telah memicu kekhawatiran bahwa mungkin ada bias sistemik yang mendasari. Ujungnya, hasil pembacaan berpotensi merugikan bagi pasien dengan kulit lebih gelap.

Sebuah surat untuk editor The New England Journal of Medicine berjudul "Racial Bias in Pulse Oximetry Measurement" membahas sebuah penelitian yang tampaknya mengonfirmasi hal ini. Para peneliti mengamati lebih dari 10.700 pasang pembacaan saturasi oksigen yang diambil menggunakan oksimeter nadi dan metode tes gas darah arteri. 

Sebanyak 1.333 pasien kulit putih dan 276 pasien kulit hitam terlibat. Studi menemukan bahwa oksimeter nadi melebih-lebihkan tingkat oksigen 3,6 persen pada pasien kulit putih. Sementara itu, error-nya 12 persen pada pasien kulit hitam. Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk menguatkan hasil awal.

Bagaimana Inggris menyikapi masalah ini?

Javid mengungkapkan bahwa Inggris akan bekerja sama dengan pihak berwenang di Amerika Serikat untuk menyelidiki bias rasial dalam perangkat medis. Ia berharap, dari situ dapat teridentifikasi mengapa orang-orang dari ras atau etnis minoritas (dan wanita) memiliki hasil kesehatan yang lebih buruk.

"Sudah ada makalah penelitian tentang ini dan tidak ada yang melakukan apa-apa," katanya membahas bias rasial dalam kedokteran.

Javid menyebut, meskipun mungkin ini tidak disengaja, namun bagaimanapun mengisyaratkan potensi masalah sistemik dengan perangkat medis dan mungkin lebih jauh dari itu dengan buku teks medis. Tujuan menyeluruh tinjauan Inggris adalah untuk mencapai standar gkobal baru untuk perangkat medis yang dirancang untuk memasukkan pengujian orang-orang banyak ras sebelum perangkat tersebut ada di pasaran.

 
Berita Terpopuler