Peraturan Pembatasan Covid-19 di Prancis Picu Kerusuhan

Pembatasan akibat covid-19 memicu gejolak di Prancis, juga Belanda.

Pixabay
Virus corona (ilustrasi)
Rep: Lintar Satria Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis mengirimkan puluhan pasukan khusus untuk mengembalikan ketertiban di Kepuluan Karibia, Guadeloupe. Di sana, unjuk rasa anti-peraturan pembatasan sosial Covid-19 berakhir dengan kerusuhan dan penjarahan. Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmain mengatakan Prancis mengirimkan 50 anggota pasukan taktik khusus RAID dan GIGN.

GIGN (Groupe d'intervention de la Gendarmerie nationale) dan RAID merupakan unit taktis khusus kepolisian Prancis untuk misi-misi kontra-teroris, penyelamatan sandera, pengawasan ancaman nasional, mengawal pejabat pemerintah dan menangkap kelompok kejahatan terorganisir.

Baca Juga

Unit-unit itu dikirimkan ke toko-toko yang dijarah, orang-orang yang menembak polisi. Unit itu telah menangkap 31 orang dalam semalam.

 
Darmanin mengatakan kekuatan tambahan ini meningkatkan jumlah polisi dan gendarmerie di Guadeloupe menjadi 2.250 personil. Gendarmerie merupakan pasukan militer dengan tugas penegakan hukum di Prancis.

Dikutip Aljazirah Ahad (21/11), pengiriman pasukan ini dilakukan setelah kerusuhan terjadi selama beberapa hari. Pengunjuk rasa berkumpul di sejumlah kota untuk sengaja melanggar jam malam yang diterapkan untuk meredakan kekerasan.

"Malam tadi sangat bergejolak," kata sumber dari kepolisian.

Sumber tersebut menambahkan pasukan keamanan mencatat 'sekitar 20 insiden penjarahan atau upaya perampokan' di kota pinggir laut Pointe-a-Pitre dan Le Gosier di toko perhiasan, bank, tempat taruhan dan pusat perbelanjaan. ia menambahkan 'pasukan gendarmerie yang keluar dari stasiun Kota Saint-Francois disambut lemparan benda-benda yang dibakar'.

"Senjata api digunakan terhadap pasukan kepolisian di empat wilayah yang berbeda," tambah sumber tersebut.

Ia mengatakan satu petugas terluka ringan setelah wajahnya terkena lemparan batu. Sumber kedua dari gendarmerie mengatakan gudang senjata juga telah dijarah.

Di barat Le Petit-Bourg pemadam kebakaran harus memadamkan api di dua toko ponsel yang dijarah. Perwakilan Pemerintah Prancis di Guadeloupe, Alexandre Rochatte mengatakan telah  memberlakukan jam malam dari pukul 18.00 hingga 05.00 waktu setempat setelah gejolak sipil berlangsung selama lima hari.

Dalam kerusuhan tersebut barikade-barikade di jalan-jalan di bakar sementara pemadam kebakaran dan dokter menggelar mogok kerja. Rochatte mengatakan vandalisme di pekerjaan listrik di dekat bendungan terutama di Capesterre-Belle-Eau telah memadamkan listrik banyak pelanggan.

Serikat pekerja menggelar unjuk rasa tanpa batas untuk memprotes kebijakan wajib vaksin Covid-19 bagi pekerja kesehatan. Sementara sebagian besar warga Prancis sudah menerima dua dosis vaksin Covid-19 program vaksinasi di pulau-pulau kekuasaan Prancis masih stagnan. Hingga 16 November sekitar 46 persen orang dewasa di Guadeloupe sudah menerima dosis pertama vaksin Covid-19.

 

 
Tidak hanya Prancis, Belanda juga dilanda kerusuhan unjuk rasa anti-kebijakan wajib vaksin. Aljazirah melaporkan Jumat (19/11) malam polisi Negeri Kincir Angin melepaskan tembakan ke pengunjuk rasa dan tujuh terluka dalam penjarahan yang terjadi di pusat Kota Rotterdam. Penjarahan diawali protes kebijakan pemerintah yang membatasi pergerakan orang-orang yang tidak divaksin.

"Dalam sejumlah kesempatan polisi merasa perlu menarik senjatanya untuk membela diri," kata Walikota Rotterdam Ahmed Aboutaleb.

Penjarah dan perusuh mengamuk di pusat perbelanjaan kota pelabuhan tersebut. Mereka melemparkan api, batu dan petasan ke petugas keamanan.

"Polisi menembak pengunjuk rasa, orang-orang terluka," kata Aboutaleb.

Ia tidak memiliki detail tentang orang-orang yang terluka. Polisi juga melepaskan tembakan peringatan. Aboutaleb mengatakan sejumlah polisi terluka akibat kekerasan dan puluhan ditangkap sementara diperkirakan akan semakin banyak yang ditangkap setelah polisi mempelajari rekaman kamera keamanan.

Situasi mulai tenang pada Jumat malam tapi masih banyak polisi yang berjaga di jalan. Kekerasan ini menjadi peristiwa kerusuhan terburuk di Belanda sejak peraturan pembatasan sosial pandemi virus korona diberlakukan tahun lalu.

Sementara itu Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan situasi virus corona di negaranya sangat buruk. Sehingga kemungkinan untuk menerapkan peraturan pembatasan sosial yang ketat termasuk pada warga yang sudah divaksin tidak dapat diabaikan.

"Situasi kami saat ini, bahkan bila menghasilkan berita peringatan, di mana kami tidak bisa mengesampingkan kemungkinan apa pun," katanya dalam konferensi pers.

Pasar terhuyung-huyung usia prospek kemungkinan Jerman akan kembali ditutup. Obligasi menjadi negatif dan nilai euro serta saham terperosok. Austria akan menjadi negara pertama Eropa barat yang menerapkan kembali pembatasan sosial ketat pada musim semi ini untuk menahan gelombang baru wabah Covid-19.

Pada Jumat (19/11) lalu Jerman melaporkan 52.970 kasus infeksi virus corona dan 201 kasus kematian. Sehingga total angka kasus kematian terkait virus korona Negeri Panzer menjadi 98.739.  

Kanseliri Jerman Angela Merkel mengatakan peraturan pembatasan sosial akan diterapkan di daerah-daerah yang rumah sakitnya terancam tertekan oleh gelombang pasien Covid-19. Termasuk bagi masyarakat yang sudah divaksin maupun yang baru sembuh dari Covid-19.

 
Berita Terpopuler