Penjelasan Vaksin Covid-19 Bisa Dikembangkan dengan Cepat

Perkembangan vaksin Covid-19 yang cepat membuat sebagian orang ragu dan khawatir.

PxHere
Perkembangan vaksin Covid-19 yang cepat membuat sebagian orang ragu dan khawatir.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga

Oleh: Meiliza Laveda

SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019. Setahun kemudian, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberikan izin pada vaksin Pfizer untuk penggunaan darurat.

Dengan perkembangan penelitian yang cepat, beberapa orang mungkin khawatir vaksin dihasilkan terburu-buru. Ini juga menyebabkan beberapa orang memiliki keraguan terhadap vaksin.

Penelitian yang dilakukan oleh Nature Medicine pada Oktober 2020 mensurvei 19 negara untuk menyelidiki penerimaan vaksin. Para peneliti menemukan 71,5 persen responden mempertimbangkan untuk mengambil vasksin Covid-19 dan 48,1 persen menerima jika vaksin itu direkomendasikan.

Pada Oktober 2021, petugas kesehatan telah mengirimkan lebih dari tujuh miliar dosis vaksin Covid-19 secara global. Namun, keraguan vaksin tetap ada.

Kolaborasi di seluruh dunia

Dalam keadaan normal, pembuatan vaksin bisa memakan waktu 10-15 tahun karena rumitnya pengembangan vaksin. Ketua Penyakit Menular di Stamford Health Dr Michael Parry mengatakan vaksin melatih sistem kekebalan tubuh manusia.

“Vaksin mengandung bagian virus (antigen) yang dilemahkan atau tidak aktif untuk memicu respons imun di dalam tubuh. Vaksin akan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk merespons, sama seperti reaksi pertamanya terhadap patogen yang sebenarnya,” kata Parry. 

Di tengah pandemi global, para peneliti bergerak cepat untuk membagikan data virus korona dengan ilmuwan di dunia.

 

Pendanaan untuk penelitian vaksin Covid-19

Penelitian vaksin bisa dikatakan mahal. Pada tahun 2018, studi di The Lancet Global Health memperkirakan biaya pengembangan awal dan uji keamanan klinis awal vaksin berkisar antara 31–68 juta dolar Amerika. Oleh karena itu, pendanaan dari beragam sumber, seperti pemerintah dan swasta sangat penting dalam pembuatan vaksin Covid-19.

Di Amerika Serikat, Operation Warp Speed ​​(OWS) Trusted Source bermitra dengan beberapa institusi, termasuk National Institutes of Health (NIH) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan 300 juta dosis oleh awal tahun 2021.

“Dengan menyediakan sumber daya dan menanggung risiko keuangan, OWS memungkinkan perusahaan untuk memproduksi dan menimbun dosis vaksin bahkan sebelum perusahaan mengetahui apakah vaksin akan bekerja,” kata Profesor Mikrobiologi di Albany College of Pharmacy and Health Sciences di Albany, Eric J. Yager.

Gugus Tugas Vaksin pemerintah Inggris juga telah menjadi kontributor signifikan untuk berbagai penelitian vaksin. Penerima dana ini membantu mengembangkan vaksin AstraZeneca. Perancang vaksin ini adalah yang pertama mempublikasikan hasil kemanjuran peer review dari uji coba fase 3.

Kolaborasi di seluruh dunia

Dalam keadaan normal, pembuatan vaksin bisa memakan waktu 10-15 tahun karena rumitnya pengembangan vaksin. Ketua Penyakit Menular di Stamford Health Dr Michael Parry mengatakan vaksin melatih sistem kekebalan tubuh manusia.

“Vaksin mengandung bagian virus (antigen) yang dilemahkan atau tidak aktif untuk memicu respons imun di dalam tubuh. Vaksin akan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk merespons, sama seperti reaksi pertamanya terhadap patogen yang sebenarnya,” kata Parry. 

Di tengah pandemi global, para peneliti bergerak cepat untuk membagikan data virus korona dengan ilmuwan di dunia.

Pedoman ketat untuk uji klinis

Dilansir Medical News Today, Selasa (16/11), di AS, FDA dengan cermat meninjau data dari setiap fase uji klinis sebelum memberikan persetujuan. Eks Direktur CDC Center for Global Health Dr. Thomas Kenyon mengatakan sebelum uji klinis dapat dimulai, pemantauan data dan dewan keamanan harus menyetujui protokol penelitian

Uji coba fase 1 berfokus pada keamanan kandidat vaksin. Kemudian uji coba fase 2 memperluas perekrutan mereka dan mungkin mencakup peserta dengan kondisi kesehatan seperti obesitas, kanker, dan diabetes. Para peneliti terus menguji keamanan vaksin dan melihat kemanjuran awal obat serta bagaimana hal itu memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Jika lolos, uji coba masuk ke fase 3 dengan merekrut ribuan peserta untuk mengukur kemanjuran vaksin dalam mencegah penyakit. Dr. Yager mengatakan faktor utama di balik penyelesaian uji klinis yang cepat adalah minat yang tinggi pada sukarelawan untuk studi vaksin. Ini membantu tujuan pendaftaran untuk menjangkau ribuan orang dengan relatif cepat.

 
Berita Terpopuler