Studi Temukan Efek Positif Teknik Bekam pada Vaksin Covid-19

Studi temukan pemberian teknik bekam setelah vaksin berikan respons kekebalan kuat.

Pixabay
Studi temukan pemberian teknik bekam setelah vaksin berikan respons kekebalan kuat.
Rep: Meiliza Laveda Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Selama 20 tahun terakhir, para ilmuwan telah mengembangkan berbagai obat berbasis asam nukleat sebagai pengobatan dan vaksin. Vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna Covid-19 adalah obat berbasis asam nukleat. Asam nukleat dalam vaksin ini tertutup dan dilindungi oleh nanopartikel lipid yang mengantarkannya melintasi membran sel inang.

Meskipun efektif, obat ini rentan terhadap degradasi selama penyimpanan. Baru-baru ini, para peneliti dari Rutgers, Universitas Negeri New Jersey di Piscataway, dan GeneOne Life Science di Seoul, Korea Selatan mengembangkan metode berdasarkan teknik bekam kuno untuk memberikan obat berbasis asam nukleat. Studi tersebut muncul di jurnal Science Advances.

Terapi bekam

Baca Juga

Terapi bekam adalah metode pengobatan kuno dari Timur Tengah dan Cina. Ini melibatkan cangkir panas yang diletakkan di kulit untuk menciptakan tekanan negatif dan meningkatkan sirkulasi darah. Sejak 1950, dokter telah menggunakan metode ini di China dan tempat lain untuk penyakit seperti jerawat, kelumpuhan wajah, dan sesak napas.

Meskipun bukti manfaat kesehatannya kurang, penulis studi baru menyelidiki teknik serupa sebagai metode yang berpotensial untuk obat berbasis asam nukleat. Untuk menguji metode ini, para peneliti mengumpulkan dua kelompok tikus dan menyuntikkan keduanya dengan vaksin DNA di lapisan atas kulit mereka. Satu kelompok menerima bekam sedangkan kelompok lain tidak.

Para peneliti memantau aktivitas DNA dengan mikroskop fluoresensi. Mereka menemukan ekspresi gen dari vaksin dapat dideteksi pada empat jam setelah vaksinasi.

Namun, pada tikus yang juga menjalani bekam, ekspresi gen terdeteksi pada 1 jam pasca vaksinasi. Pada 24 jam pasca injeksi, para peneliti melihat ekspresi gen terdeteksi delapan kali lebih di antara tikus yang menjalani bekam daripada yang hanya menerima vaksin DNA.

Bekam dan vaksin Covid-19

Selanjutnya para peneliti menyuktikkan tikus dengan vaksin kandidat DNA SARS-CoV-2 sintetis untuk menyelidiki teknologi ini dapat meningkatkan kinerja vaksin Covid-19. Mereka membagi tikus menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang menerima dua suntikan kandidat tanpa bekam pada hari ke-0 dan 14, kedua yang menerima satu vaksin dan bekam pada hari ke-0, dan ketiga yang menerima dua vaksin dan bekam pada hari ke-0 dan 14.

Mereka menemukan tikus yang menerima bekam setelah vaksin memiliki respon kekebalan yang jauh lebih kuat daripada mereka yang hanya menerima vaksin. Selain itu, mereka juga menemukan respon imun pada tikus yang menerima satu vaksin dan bekam tidak jauh berbeda dengan mereka yang menerima dua vaksin dan bekam.

Dilansir Medical News Today, Senin (15/11), mereka mencatat tikus yang menjalani bekam tidak memiliki bukti kerusakan jaringan atau infiltrasi limfosit di daerah yang disuntik. Meski begitu, tetap akan sulit untuk mengkonfirmasi mekanisme yang mendasari bekam karena kompleksitas proses dan kurangnya ketersediaan obat yang digunakan. Penulis Studi Prof Hao Lin mengatakan saat ini prosedurnya ada dua langkah, yaitu vaksin yang diikuti dengan bekam.

“Kami sedang mengerjakan perangkat atau metode kombinasi untuk membuat aplikasi satu langkah, yaitu, injeksi dan hisap dalam satu langkah,” kata Lin.

Menurut Lin, secara teori, metode ini dapat bekerja untuk vaksin Covid-19. Akan tetapi, dia tidak dapat menjawab tanpa pengujian kecuali untuk vaksin DNA.

"Perangkat hisap sedang diuji saat ini dalam uji klinis fase 1 dan fase 2 dari vaksin Covid-19. Dokumentasi untuk memungkinkan pengajuan dengan badan pengatur untuk penggunaan klinis umum dan luas sedang disiapkan,” ujar dia.

Para peneliti menyimpulkan bekam adalah metode yang menjanjikan untuk meningkatkan kinerja obat berbasis asam nukleat. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah itu dapat bekerja pada vaksin Covid-19 ke manusia.

 
Berita Terpopuler