Pemerintah Akui Lengah Terkait Bencana Banjir Bandang di Sumbar yang Kali Ini Mematikan

Menurut Muhadjir harus ada perhatian khusus dalam penanganan bencana di Sumbar.

ANTARA FOTO/Andry Denisah
Warga melintas disamping mobil yang terseret saat banjir bandang akibat luapan Kali Lasolo di Kelurahan Sanua, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (7/3/2024). Kelurahan Sanua menjadi lokasi banjir bandang terparah dengan jumlah jiwa terdampak sekitar 42 ribu jiwa dan belum mendapatkan bantuan air bersih.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui pemerintah agak lengah terkait bencana banjir bandang dan banjir lahar dingin yang melanda beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Menurutnya, saat ini Kemenko PMK terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari solusi permanen dalam mengatasi lahar dingin akibat letusan Gunung Marapi hingga banjir bandang di Sumbar.

Baca Juga

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa mencari solusi yang permanen, utamanya bagaimana mengatasi lahar dingin dari Gunung Marapi, itu yang utama. Memang sudah bisa dipastikan sebetulnya kalau habis erupsi, kemudian ada banjir, itu pasti nanti akan diikuti, yang itu yang kemarin mungkin agak lengah kita, dan ini menjadi pelajaran yang sangat berharga walaupun sangat menyakitkan," kata Muhadjir, di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Meski belum meninjau langsung ke lapangan, ia menegaskan bahwa penanganan sudah dilakukan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan SAR Nasional, dan tentunya berkoordinasi dengan Gubernur Sumbar.

"Nanti saya akan segera datang ke sana untuk mencari solusi permanennya seperti apa, karena kita tidak ingin terjadi berulang-ulang, dan saya sudah meminta kepada Pak Kepala BNPB untuk sementara fokus di Sumatera Barat, yang lain akan kita selesaikan lah," tuturnya.

Muhadjir memerinci, bencana banjir bandang dan lahar dingin kali ini adalah rentetan bencana yang terjadi di Sumbar dalam waktu relatif berdekatan. Setelah kejadian tanah longsor di Pesisir Selatan, kemudian disusul banjir bandang di Padang, dan saat ini banjir bandang plus lahar dingin yang sangat mematikan.

"Kalau yang banjir bandang di Padang Panjang itu kan kemarin hanya sekitar 13-20 meter, sekarang ini sangat tinggi," ucapnya.

Menurut Muhadjir, Sumbar adalah provinsi dengan tingkat risiko kebencanaan palinggi di Indonesia. Untuk 2023 saja, dari 5.400 kejadian bencana di Indonesia, 460-nya terjadi di Sumbar.

"Untuk itu, memang harus ada perhatian khusus dalam penanganan bencana di Sumatera Barat," ujar Muhadjir.

Sebagai informasi, sedikitnya 52 orang tewas dan 17 lainnya hilang usai banjir lahar dingin menghancurkan rumah, gedung, dan fasilitas umum di Provinsi Sumatra Barat. Pencarian orang hilang dilanjutkan pada Selasa karena beberapa alat berat telah ditambahkan ke lokasi kejadian untuk membantu operasi, kata Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat Ilham Wahab.

"Jumlah jasad yang telah ditemukan saat ini ada 52 orang, dan jumlah yang masih hilang sebanyak 17 orang. Angka ini akan terus berubah karena orang-orang terus melaporkan tentang anggota keluarga mereka yang hilang," ujar Ilham.

 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta untuk disiagakannya petugas pemantau aliran sungai yang berhubungan dengan Gunung Marapi sebagai langkah antisipasi banjir lahar dan hujan susulan di Sumbar. Permintaan itu merupakan salah satu poin rekomendasi yang diberikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada para pimpinan tim gabungan penanganan darurat saat melakukan peninjauan ke lima kabupaten/kota terdampak bencana di Sumbar, Selasa.

Dwikorita saat ditemui di Kantor Bupati Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa, mengatakan otoritas terkait patut untuk segera melaksanakan rekomendasi itu karena tugas dan fungsi pemantau bukanlah hal yang sepele, yakni sebagai penanda ada bahaya bencana di lapangan.

"Tugaskan mereka untuk secara khusus melihat aliran air sungai dari hulu-hilir kalau tiba-tiba berubah menjadi lebih deras maka segera kosongkan wilayah setempat dari masyarakat atau hentikan kegiatan apapun," kata dia.

 

Menurut dia, sebelumnya telah dijelaskan dalam beberapa hari ke depan, BMKG memprakirakan akan ada potensi banjir lahar hujan susulan dari Gunung Marapi. Hal demikian dipicu oleh masih tingginya potensi turun hujan berintensitas sedang, lebat dan sangat lebat selama sepekan ke depan atau berdasarkan analisis tim meteorologi berlangsung sampai dengan 22 Mei 2024.

Sementara hujan itu berpeluang menggugurkan endapan material lahar, bebatuan kecil dan besar hingga berdiameter 3- 4 meter dari puncak dan lereng Gunung Marapi yang baru erupsi beberapa waktu. Guyuran hujan yang bercampur partikel lahar pasir, bebatuan itu menjadikan aliran pekat yang sanggup mengangkut sebuah mobil truk dan memporakporandakan pemukiman penduduk.

Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang diterima BMKG melaporkan bahwa sebanyak 28 jalur aliran lahar Gunung Marapi yang berhulu ke sungai pada sisi Utara, Selatan dan Timur gunung api itu, di antaranya merupakan wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Panjang yang dilanda bencana pada Sabtu (11/5/2024).

"Harapannya tak hanya selama masa darurat bencana, tapi kalau bisa seterusnya permanen karena keberadaan pemantau aliran sungai ini adalah solusi agar prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem yang diterbitkan oleh BMKG setiap harinya bisa ditindaklanjuti langsung oleh masyarakat," ujarnya.

In Picture: Pencarian Korban Banjir Lahar Dingin di Tanah Datar

 

 

​​BMKG pun rencana normalisasi aliran sungai di Sumbar pascabanjir lahar hujan Gunung Marapi dan tanah longsor yang melanda lima kabupaten/kota setempat. Normalisasi atau pengerukan sungai-sungai yang dipenuhi material sisa banjir lahar akan dapat membantu memperlancar aliran air hingga tidak meluap kembali masuk kampung-kampung warga.

"Ada pandangan dari kalangan ahli lingkungan setempat itu juga perlu dilakukan karena aliran sungai mengalami pendangkalan setelah menjadi muara dari guyuran lahar Gunung Marapi," kata Dwikorita.

​​​​​​Berdasarkan pantauan yang dilakukannya bersama dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, Gubernur Sumbar Mahyeldi, Kepala Kepolisian Daerah Sumbar Suharyono diketahui sejumlah sungai di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Padang Panjang jadi wilayah yang butuh perhatian

"Selain itu kami pun melihat lokasi endapan lahar masih seberapa besar karena dikhawatirkan terjadi susulan karena potensi hujan masih ada," ujarnya.

Berdasarkan analisis meteorologi BMKG, potensi turun hujan berintensitas sedang, lebat-sangat lebat masih akan berlangsung selama sepekan ke depan, dengan siklus harian nya diprediksi di atas pukul 14.00 WIB - sore, malam dan dini hari. ​​​​​​Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun sudah mulai melakukan normalisasi aliran sungai yang terdampak bencana banjir lahar hujan Gunung Marapi, Sumbar.

Direktur Air Tanah dan Air Baku Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Dwi Purwantoro mengatakan sebanyak 20 unit alat berat akan disiapkan untuk aktivitas normalisasi aliran sungai-sungai tersebut. Adapun lima-tujuh unit alat berat mulai diturunkan melalukan pengerukan Sungai Batang Katiak, dan yang ada di wilayah Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam. ​​​​​​Kemudian ke wilayah lainnya sebagaimana rekomendasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BMKG, dan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota.

 

10 kebiasaan siaga bencana - (Republika)

 
Berita Terpopuler