Siapakah Sosok Orang Jahil yang Disebut dalam Alquran?

Alquran dalam Surah Al-A'raf ayat 199 menyebut sosok jahil.

Republika/Agung Supriyanto
Alquran
Rep: Umar Mukhtar, Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Umar Mukhtar,  Fuji Eka Permana

Baca Juga

JAKARTA -- Alquran dalam Surah Al-A'raf ayat 199 menyinggung soal bagaimana menghadapi orang bodoh. Siapakah sosok yang disebut orang-orang bodoh (al-jahil) tersebut?

Cendikiawan Muslim, Dr Yusuf Al-Qaradawi dalam laman alarab.qa menjelaskan,  orang bodoh adalah seseorang yang gemar mengganggu orang lain dengan ucapannya yang menghina, mengejek, dan memfitnah. Orang-orang bodoh semacam ini tidak perlu ditanggapi atau dipedulikan. Jangan biarkan mereka mengisi ruang kehidupan dan pikiran kita.

"Dunia terlalu mudah untuk diduduki dengan menanggapi hal-hal semacam itu. Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan jika menangani orang bodoh. Misalnya membalas keburukan dengan keburukan, atau hal-hal lain yang sejenis,"katanya.

Al-Qaradawi mengungkap, orang bodoh bukan berarti orang yang tidak berpendidikan. Orang yang bergelar doktor pun bisa menjadi orang bodoh. Karena, kebodohan tidak berkaitan dengan ijazah. Kebodohan erat kaitannya dengan akhlak.

"Jika seseorang menuruti hawa nafsunya dan tidak bisa mengendalikan pikirannya yang kemudian terejawantahkan ke dalam perilaku yang buruk, maka dialah orang bodoh, meski sudah mengantongi banyak ijazah,"kata dia.

Diungkapnya, Alquran sendiri telah menunjukkan siapa orang bodoh itu. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS An-Nisa ayat 17)

Karena itu, orang yang bodoh adalah orang yang tidak taat dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Selama dia melakukan maksiat, maka ia bodoh. Kebodohan tentang akhirat, dan kebodohan tentang surga dan neraka, membuatnya jatuh ke dalam maksiat.

Allah SWT berfirman, "Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS An-Nahl ayat 119)

 

Syekh Burhanuddin Ibrahim Az-Zarnuji Al-Hanafi, dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, menjelaskan, seseorang yang menuntut ilmu harus bertujuan mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. 

"Karena Islam itu dapat lestari kalau pemeluknya berilmu. Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu," kata dia.

Syekh Az-Zarnuji juga menukil perkataan ulama dalam sebuah syair: "Orang alim yang durhaka bahayanya besar, tetapi orang bodoh yang tekun beribadah justru lebih besar bahayanya dibandingkan orang alim tadi. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat, dan tidak layak dijadikan panutan."

Sikap 

Islam mengajarkan tentang bagaimana berperilaku baik kepada sesama manusia. Namun bagaimana jika seorang Muslim dihadapkan pada seorang yang bodoh? Dan bagaimana sebaiknya sikap kita kepada orang bodoh tersebut?

Alquran dalam Surah Al-A'raf ayat 199 menjelaskan bagaimana cara seorang Muslim berakhlak mulia kepada sesama manusia. Allah SWT berfirman, "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." (QS Al-A'raf ayat 199)

Kitab-kitab tafsir menyebutkan, ayat tersebut merupakan kumpulan dari akhlak yang mulia. Perbuatan mulia pertama yang disebut dalam ayat itu ialah menjadi orang yang pemaaf, dan bukan menjadi orang yang sering mengucapkan terima kasih.

Sebab, memaafkan adalah sesuatu yang melebihi dari yang dibutuhkan. Perbuatan selanjutnya yang disebut dalam ayat tersebut ialah mengajak orang lain untuk melakukan perbuatan yang makruf atau baik. Berbuat baik adalah perkara yang sebetulnya sudah diketahui banyak orang dan ini kaitannya dengan sesuatu benar atau salah.

Berikutnya, yang disebut dalam ayat itu yakni 'jangan pedulikan orang-orang bodoh'. Dalam hidup bermasyarakat, tentu ada saja orang-orang yang termasuk kategori tersebut. Ketika kita ingin menasehatinya atau mengajaknya pada kebaikan, niat baik kita biasanya malah dimentahkan.

Tanda Orang Riya dan Bodoh Beragama - (Republika.co.id)

"Jauhi orang bodoh, karena orang bodoh hanya menjadi pengganggu manusia lainnya, dan kita tidak bisa membantunya," demikian penjelasan laman Elbalad atas ayat 199 Surah Al-A'raf.

Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayat al Hidayah menjelaskan, bila ingin mencari sahabat yang bisa tolong-menolong dalam menuntut ilmu, urusan agama dan dunia. Maka perhatikan lima syaratnya.

Salah satu syaratnya, bersahabat dengan orang yang berakal karena tidak ada kebaikan bersahabat dengan orang yang bodoh. Sebab akibatnya akan membawa pada permusuhan dan dan menyakitkan hati. Musuh yang berakal lebih baik daripada sahabat yang bodoh.

T

erkait hal ini Sayyidina Ali pernah memberi nasihat. "Jangan engkau bersahabat dengan orang yang jahil atau bodoh, jauhi dia. Berapa banyak orang yang jahil yang telah membinasakan orang alim ketika ia bersahabat dengannya."

"Seseorang itu akan dinilai mengikuti tingkatan sahabat yang ia berjalan dengannya. Karena bagi segala sesuatu ada ukuran dan keserupaannya."

"Maka begitulah halnya hati yang menyerupai hati yang lain. Ia akan menunjukkan hubungan ketika adanya pertemuan (persahabatan)."

Dalam kitab Bidayat al Hidayah, Imam Al Ghazali menjelaskan lima syarat memilih sahabat. Di antaranya memilih sahabat orang yang berakal, orang yang baik akhlaknya, orang yang shaleh, jangan bersahabat dengan orang yang tamak dunia dan bersahabat dengan orang yang benar atau jujur.   

 

 

 

 
Berita Terpopuler