Inisiatif untuk Melibatkan Banyak Muslim dalam Film Dirintis

Upaya mempromosikan banyak Muslim dalam pembuatan film diluncurkan.

Muslim Amerika
Rep: Rossi Handayani, Meiliza Laveda Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Rossi Handayani, Meiliza Laveda

Baca Juga

WASHINGTON -- Sebuah upaya mempromosikan banyak Muslim dalam pembuatan film diluncurkan oleh kelompok advokasi Pillars Fund bekerja sama dengan The Walt Disney Company. Nantinya kerja sama ini akan menghadirkan Pillars Muslim Artist Database menyediakan profil untuk aktor, sutradara, sinematografer, teknisi suara, dan profesional lain yang bekerja di industri film di Amerika Serikat (AS). 

Sutradara, produser, dan eksekutif casting dapat mencari melalui profil di jaringan dan mengundang artis yang ingin mereka ajak berkolaborasi. Inisiatif tersebut muncul menyusul laporan sebelumnya pada tahun ini yang menemukan kelangkaan karakter Muslim yang digambarkan dalam film-film populer. Kalaupun ada karakter tersebut terbatas pada stereotip negatif.

"Komunitas kami sebagian besar telah hilang dari belakang dan di depan kamera selama beberapa dekade. Ini tidak hanya menyebabkan kesalahan representasi yang mengerikan tentang Muslim di layar, tetapi ada seluruh demografis seniman berbakat yang kurang dimanfaatkan," kata Pendiri dan Presiden Pillars Fund Kashif Shaikh dalam sebuah pernyataan, dilansir dari laman TRT World pada Kamis (11/11).

Infografis Konflik Israel Palestina Tingkatkan Islamofobia - (Republika)

"Pilars sangat berterima kasih kepada Disney karena telah bermitra dengan kami dalam sumber daya yang penting dan bersejarah ini. Kami membuatnya lebih mudah dari sebelumnya untuk menemukan profesional Muslim untuk bekerja pada proyek film atau televisi," lanjut dia.

Selain itu, Pillars Fund telah bekerja sama dengan sejumlah seniman Muslim terkemuka untuk mengantarkan Pilar Artist Fellowship. Program ini akan memberikan 25 ribu dolar AS dalam bentuk uang tunai tanpa batas bersama dengan bimbingan dari selebriti seperti Riz Ahmed, Hasan Minhaj, Mahershala Ali dan Nida Manzoor.

"Sebagai bagian dari upaya Reimagine Tomorrow kami untuk memperkuat suara-suara yang kurang terwakili dan cerita yang tak terhitung, kami merasa terhormat untuk mendukung Database Artis Muslim Pilar yang baru," kata Wakil Presiden Senior dan Chief Diversity Officer di Disney, Latondra Newton.

 

 

"Basis data adalah alat tambahan untuk tim dan materi iklan kami di seluruh industri untuk digunakan saat mereka mengembangkan cerita yang lebih inklusif," lanjutnya.

Berbasis di Chicago, Pillars Fund terlibat dalam laporan Juni 2021 tentang penggambaran Muslim di layar bersama dengan Annenberg Inclusions Initiative dari University of Southern California (USC) dan lainnya.

Berjudul 'Missing & Maligned: The Reality of Muslims in Popular Global Movies', studi inovatif ini mengungkapkan sejauh mana karakter Muslim hilang atau digambarkan secara negatif di 200 film, yang dirilis antara 2017 dan 2019 di AS, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Kurang dari 10 persen dari mereka menunjukkan karakter Muslim di layar, dan dari 8.965 karakter berbicara yang dianalisis, hanya 1,6 persen adalah Muslim.

Sementara, kurang dari 24 persen karakter Muslim adalah perempuan. Sebanyak 181 dari 200 film (90,5 persen) bahkan tidak menampilkan karakter berbahasa Muslim. Hanya enam film yang menampilkan karakter Muslim dalam peran utama solo, duo, atau ansambel.

Beasiswa 25 ribu dolar Amerika untuk seniman muda Muslim akan diputuskan oleh komite penasihat yang melibatkan aktor Mahershala Ali dan Ramy Youssef dan komedian Hasan Minhaj.

Beasiswa 

Belum lama ini, Aktor Inggris Riz Ahmed meluncurkan upaya serupa dalam upaya mengubah representasi Muslim dalam film.  Upaya tersebut dilakukannya merespons setelah sebuah penelitian menunjukkan Muslim hampir tidak terlihat dan ditampilkan secara negatif. Ahmed yang merupakan aktor film Sound of Metal mengatakan rencana program ini akan mencakup pendanaan dan pendampingan di tahap awal karier.

“Representasi Muslim dalam film adalah negatif seperti orang-orang yang terbunuh dan negara-negara yang diserang,” kata Ahmed dalam sebuah pernyataan. 

Ahmed menegaskan data dalam studi tersebut aktual. “Studi ini menunjukkan kepada kita skala masalah dalam film populer dan biayanya diukur dalam potensi dan nyawa yang hilang,” ujar dia.

Studi yang berjudul Missing and Maligned oleh Annenberg Inclusion Initiative menemukan kurang dari 10 persen film terlaris yang dirilis dari 2017-2019 dari AS, Inggris, Australia, dan Selandia Baru menampilkan setidaknya satu karakter Muslim. Saat tampil, karakter Muslim ditunjukkan sebagai orang luar atau orang yang mengancam. Sekitar sepertiga, mereka adalah pelaku kekerasan dan lebih dari setengahnya menjadi sasaran kekerasan.

 “Muslim tinggal di seluruh dunia tapi penonton film hanya melihat dari sudut pandang yang sempit. Padahal Muslim lain yang kita tahu adalah pebisnis, teman, tetangga yang kehadirannya merupakan bagian dari kehidupan modern,” kata salah seorang penulis studi al-Baab Khan, dilansir Al Arabiya, Jumat (11/6).

Ahmed mengatakan sumbangan pendanaan bisa mengubah situasi yang akan mendapatkan lebih banyak aktor, penulis, dan produser Muslim dalam industri film dan TV. “Jika saya tidak menerima beasiswa dan sumbangan pribadi, saya tidak akan bisa menghadiri sekolah drama,” ucap dia.

 

 
Berita Terpopuler