Mekanisme Penyebaran Informasi Bencana Terus Dikembangkan

Melalui penyebaran informasi ini antisipasi dan penanganan bencana berjalan efektif.

Prayogi/Republika.
Kabut dan hujan menutupi gedung bertingkat di Kawasan kuningan, Jakarta, Ahad (24/1). Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan menyampaikan curah hujan di Jakarta dalam 10 hari ke depan diprediksi merupakan kategori menengah yaitu Intensitas kategori menengah berkisar 50-150 mm, Kendati demikian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap harus mewaspadai bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, banjir bandang dan sebagainya. Ditambah lagi, cuaca ekstrem yang melanda ibu kota tercatat cukup sering terjadi.Prayogi/Republika.
Rep: Zainur Mashir Ramadhan, Inas Widyanuratikah, Bowo Pribadi Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Zainur Mashir Ramadhan, Inas Widyanuratikah, Bowo Pribadi

Baca Juga

JAKARTA --  Penyebaran informasi peringatan sistem peringatan dini berperan penting dalam upaya mitigasi bencana. Melalui penyebaran informasi ini diharapkan akan menjadikan antisipasi dan penanganan kebencanaan berjalan efektif. 

Dalam webinar Kebencanaan di Era Siaran TV Digital, berdasarkan keterangan pers yang diterima, belum lama ini, Direktur Pengembangan Pita Lebar Kementerian Komunikasi dan Informatika, Marvels Situmorang mengungkap, hal yang penting dari TV Digital adalah akan dilengkapi dengan fitur Early Warning System (EWS). EWS adalah sistem penyampaian informasi bencana.

Pada alat bantu penerima siaran televisi digital yang disebut set up box memiliki mekanisme pemberitahuan informasi digital bencana alam sedini mungkin pada suatu lokasi tertentu.

“Informasi kebencanaan yang disampaikan melalui EWS TV Digital. Informasi mengenai otoritas pengirim informasi bencana, jenis bencana, waktu kejadian bencana, posisi terjadinya bencana, karakteristik bencana, statistik bencana dan lokasi-lokasi yang terkena bencana,” ujar Marvels.

10 kebiasaan siaga bencana - (Republika)

“Ini semua akan tersampaikan pada televisi digital di lokasi-lokasi yang berpotensi terdampak bencana. EWS memberikan informasi peringatan dini bencana kepada masyarakat sehingga jumlah korban dapat diminimalkan,” sambungnya.

Kominfo, terangnya saat ini menjadi pusat data diseminasi informasi bencana. Informasi dari Kementerian/Lembaga yang berkompeten terkait bencana, seperti BMKG, Kementerian Kehutanan, BNPB, terkumpul menjadi satu data yang kemudian diseminasi dilakukan oleh Kominfo.

Selama ini informasi tentang kebencanaan baru sebatas melalui sistem telekomunikasi seperti SMS Blast. Nantinya, dalam konteks TV Digital, informasi kebencanaan akan disampaikan melalui lembaga penyiaran.

 

 

BNPB melalui Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencanna (BNPB), Wisnu Wijaya, mengatakan sistem peringatan dini paling baik berada di genggaman masyarakat. Artinya, sistem peringatan dini tersebut bisa disematkan di telepon genggam atau smartphone masyarakat.

Ia mencontohkan sistemnya bisa seperti google map. "Early warning yang terbaik saat ini saya pikir itu ada dalam bentuk genggaman. Menurut saya, early warning terbaik itu google map. Misalnya, saya mau ke Thamrin merah semua, tidak perlu pakai polisi, tidak perlu pakai tentara, saya akan belok ke yang tidak merah," kata Wisnu, dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, belum lama ini.

Menurutnya, distribusi penggunaan telepon genggam di Indonesia sangat padat. Hampir seluruh daerah masyarakatnya memiliki telepon genggam, khususnya masyarakat Pulau Jawa. Ia juga mengatakan, potensi bencana banyak terjadi di Pulau Jawa.

Selain itu, ia menambahkan, sebuah peringatan dini mestinya tidak bisa hanya disampaikan. Masyarakat juga harus dipastikan paham terkait peringatan dini yang diberikan. Selanjutnya, sebuah peringatan dini haruslah mendorong masyarakat untuk melakukan sesuatu.

Terpisah, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto mengungkap dalam sosialisasi, BPBD selalu menekankan kepada masyarakat untuk memanfaatkan berbagai peralatan peringatan dini berbasis kearifan lokal, misalnya ‘kentongan’.

“Sejak dahulu kentongan sudah menjadi salah satu alat komunikasi mapun alat tradisional yang digunakan untuk menyebarluaskan peringatan dini kepada masyarakat dalam satu lingkungan.

Saat ini kentongan pun juga masih efektif jika dioptimalkan sebagai salah satu alat peringatan dini karena bunyi kentongan cukup khas. “Kalau bunyi sirene bisa dari apa saja, namun kalau bunyi kentongan tetap khas,” lanjutnya.

Cara tersebut juga untuk menyiasati sistem peringatan dini berbasis teknologi yang masih terbatas. Maka ada baiknya pemanfaatan kentongan di optimalkan lagi sebagai tanda atau peringatan dini dalam mengantisipasi kebencanaan.

 

 
Berita Terpopuler