Muslim di Tripura tak Berdaya Hadapi Kekerasan Berulang

Polisi Tripura mengatakan gambar-gambar kekerasan yang beredar di media sosial palsu.

AP/Panna Ghosh
Muslim di Tripura tak Berdaya Hadapi Kekerasan Berulang. Seorang prajurit paramiliter berpatroli melewati sebuah toko yang terbakar di desa Rowa, sekitar 220 kilometer dari Agartala, di negara bagian Tripura, India, Rabu, 27 Oktober 2021. Ketegangan tinggi di beberapa bagian negara bagian Tripura pada Jumat setelah serangkaian serangan terhadap minoritas Muslim. Serangan itu sebagai pembalasan atas kekerasan terhadap umat Hindu di perbatasan Bangladesh awal bulan ini. Polisi mengatakan setidaknya satu masjid, beberapa toko dan rumah milik Muslim dirusak sejak Selasa. 
Rep: Rossi Handayani/Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rossi Handayani, Kiki Sakinah, Andrian Saputra

Baca Juga

TRIPURA -- Buntut dari kekerasan yang terjadi di negara bagian Tripura, India membuat Muslim takut beraktivitas. Seorang pengemudi, Bapuji Mia (56 tahun) diserang saat sedang duduk di luar rumahnya di distrik Chamtila Panisagar, Tripura, negara bagian India yang berbatasan dengan Bangladesh. Dia diserang sekelompok anggota kelompok Hindu sayap kanan Vishwa Hindu Parishad (VHP).

Peristiwa ini berlangsung secara bersamaan di beberapa distrik di negara bagian timur laut yang terpencil di mana Muslim tinggal sebagai minoritas. Ini terjadi setelah lebih dari 3.000 aktivis Hindu mengadakan protes, Selasa malam (26/10) yang dengan cepat berubah menjadi kekerasan. Belasan masjid dirusak dan toko-toko milik Muslim dibakar dan dirusak.

Serangan itu terjadi sebagai aksi pembalasan setelah umat Hindu di Bangladesh diserang oleh Muslim awal bulan ini. Tujuh orang tewas dan properti, termasuk kuil dan rumah milik umat Hindu, dirusak di kota Cumilla setelah desas-desus menyebar di media sosial bahwa Alquran dinodai pada festival tahunan Hindu Durga Puja.

Di Panisagar, umat Islam berjumlah kurang dari sembilan persen dari 4,2 juta penduduk Tripura. Penduduk desa di daerah itu mengatakan mereka tidak pernah menyaksikan tingkat permusuhan komunal ini. 

"Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Kami hidup seperti saudara dan tumbuh bersama. Ada semua orang Hindu yang tinggal di sekitar kami, dan kami (Muslim) hanya tiga keluarga di sini," kata Mia.

 

Dengan kehidupan yang terancam, keluarga tersebut  tetap berada di dalam rumah. Seorang petani, Fakhur-Uddin (67), belum mengunjungi masjid setempat untuk sholat semenjak kekerasan terjadi. VHP disebut meneriakkan slogan-slogan melawan Islam dan Muslim yang ofensif dan merendahkan.

Sekitar enam kilometer jauhnya di desa lain, Rowa, demonstrasi sama yang dipimpin oleh VHP dan kelompok sekutu BJP lainnya, Bajrang Dal menyerang beberapa toko. Pemilik toko kain Muhammad Sanohar Ali (40) mengatakan enam atau tujuh orang dari unjuk rasa menyerang dua rumah di lingkungan itu, tetapi polisi berusaha menghentikan mereka.

Salah satu penduduk desa mengatakan kelompok yang menyerang mereka mengumumkan melalui mikrofon selama beberapa hari terakhir meminta semua umat Hindu untuk keluar dan memprotes apa yang terjadi pada saudara-saudara Hindu mereka di Bangladesh. Ali mengatakan kelompok itu terus berteriak, "Apa yang terjadi pada umat Hindu di Bangladesh akan terjadi pada umat Islam di sini".

Kepala kota setempat, seorang pemimpin BJP Binoy Bhushan Das mengatakan apa yang terjadi di wilayahnya tidak menguntungkan dan situasi sekarang terkendali. “Kekerasan memang terjadi dan itu tidak baik. Tapi polisi sudah mengambil alih sekarang. Akan ada ganti rugi bagi mereka yang menderita kerugian. Dan masjid-masjid juga diberi keamanan,” katanya kepada TRT World.

Das juga mengatakan insiden di Bangladesh adalah masalah besar dan telah menyakiti perasaan orang-orang di sini. Polisi setempat mengatakan mereka telah menangkap seorang pelaku dan penyelidikan atas masalah tersebut akan menyeluruh.

Seorang anak laki-laki Muslim mengibarkan bendera selama prosesi menandai peringatan kelahiran Nabi Muhammad, di Mumbai, India, Selasa, 19 Oktober 2021. - (AP/Rajanish kakade)

 

Seorang wartawan dari daerah itu mengatakan BJP yang berkuasa telah merusak kerukunan di masyarakat tempat mereka tinggal. “Sejak BJP berkuasa, selalu ada gangguan. Ada pemilihan kepala daerah yang akan terjadi, jadi orang-orang bermain kotor untuk membuat terobosan,” katanya.

Polisi Tripura di media sosial mereka mengatakan gambar-gambar dari kekerasan yang beredar di media itu palsu. “Orang-orang tertentu dengan menggunakan ID media sosial palsu menyebarkan berita/rumor palsu di Tripura. Diinformasikan situasi hukum dan ketertiban di negara bagian tersebut benar-benar normal,” kata polisi di Twitter.

Setelah insiden serangan dan pelecehan serupa dilaporkan oleh media lokal, polisi meningkatkan keamanan dan memberlakukan pembatasan pertemuan lebih dari empat orang. Komunitas Muslim juga telah melaporkan kejadian tersebut ke polisi dan telah mengajukan pengaduan resmi.

Ketua Partai Islami Andolan Bangladesh Mufti Syed Rezaul Karim prihatin atas serangan terhadap Muslim di Tripura. "Muslim di berbagai negara bagian di India sekarang takut dan tidak berdaya. Dalam keadaan ini, pemerintah India harus menangkap teroris Hindu ekstrem yang menyerang umat Islam dan membawa para penjahat ke pengadilan," kata Karim dalam sebuah pernyataan Sabtu malam, dilansir di Anadolu Agency, Senin (1/11).

Ia mendesak pihak berwenang India segera meningkatkan penjagaan untuk melindungi properti Muslim, termasuk masjid guna memastikan perdamaian dan ketenangan. Jika tidak, insiden di India ini dapat memicu protes di seluruh dunia. Karim juga mendesak media internasional memainkan peran dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia atas Muslim atau komunitas mana pun di India.

Umat Muslim sholat dan berbuka puasa pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Masjid Jama, di New Delhi, India, Rabu, 14 April 2021. - (AP/Manish Swarup)

 

Seorang penulis yang tinggal di kota Kanpur, India utara, Rohit Ghosh mengatakan mayoritas orang di India ingin hidup damai dengan orang-orang dari agama lain. Menurutnya, hanya sedikit orang yang menciptakan suasana kebencian terhadap komunitas minoritas.

"Mereka memiliki kepentingan mereka sendiri," ujarnya.

Avinash Sharma, yang tinggal di kota selatan Chennai, mengatakan beberapa teman dekatnya adalah Muslim dan dia tidak akan berpikir menyakiti mereka dengan cara apa pun. Ia mengatakan, mereka telah hidup dengan Muslim dan tidak pernah merasa mereka berbeda dari komunitas Muslim.

Asisten profesor di departemen agama dan budaya dunia di Universitas Dhaka Abdullah Al Mahmud mengatakan Islam tidak pernah mendukung kekerasan. Dia mengatakan sebagai tetangga terdekat India, pemerintah Bangladesh harus berkomunikasi melalui saluran diplomatik dengan otoritas India dan meminta mereka meningkatkan langkah keselamatan dan keamanan untuk perlindungan minoritas Muslim.

"India adalah negara sekuler dan demokratis sehingga semua orang memiliki hak bebas menjalankan agama mereka dan menikmati kebebasan berekspresi," kata Al Mahmud.

Organisasi sosial keagamaan Muslim terbesar di India bernama Jamiat Ulama-i-Hind akan memperbaiki masjid yang terdampak selama kerusuhan di negara bagian timur laut Tripura pada pekan lalu. Tim pencari fakta yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Moulana Hakimuddin Qasmi mengunjungi berbagai wilayah negara bagian untuk menilai dampak kerusakan. 

 
Berita Terpopuler