Sumpah Pemuda dan Realita Bahasa Indonesia

Sumpah Pemuda dan Realita Bahasa Indonesia

Sumpah Pemuda
Rep: Adichandra S Red: Retizen

Sumpah Pemuda Sebagai Refleksi Penggunaan Bahasa Indonesia (https://pixabay.com/id/photos/rinjani-indonesia-puncak-lombok-1155956)

Sebuah bait ke-3 Sumpah Pemuda berbunyi "Kami putra-putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia". Bahasa Indonesia menjadi pondasi ketiga bagi pemuda yang menjadi sorotan penting dalam menjalani kehidupan. Namun, bagaimana realita sesungguhnya tentang penggunaan Bahasa Indonesia?.

Lantas, apa sebenarnya pemuda itu?. Menurut UU 40 Tahun 2009, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Hal ini menunjukkan, pemuda bisa disebut sebagai sosok rakyat Indonesia saat menginjak kelas 2 SMA.

Pada dasarnya, sumpah pemuda perlu menjadi sebuah momentum untuk mengingatkan pentingnya mempelajari Bahasa Indonesia sebagai dasar komunikasi penduduk Indonesia. Hal ini disebabkan, realita penggunaan Bahasa Indonesia saat ini bisa dibilang tengah memasuki fase kritis.

Saar ini, perkembangan teknologi telah merambah ke seluruh remaja Indonesia. Beragam musik dan video dari luar negeri kini mudah diakses melalui komputer hingga ponsel pintar. Di sisi lain, perkembangan teknologi yang masif membuat beberapa tenaga pengajar kewalahan dalam mengelola pendidikan Bahasa Indonesia yang sesuai untuk didalami kalangan remaja.

Sebagai gambaran, saat ini selera musik di kalangan remaja adalah lagu barat dan lagu Korea. Betapa banyak lagu-lagu dari idol Korean Pop (K-Pop) yang sering menempati peringkat teratas dalam trending YouTube. Selain itu, banyak ditemukan lagu-lagu barat yang memiliki jumlah penonton hingga puluhan juta akun YouTube.

Hal ini lambat laun membuat penggunaan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari kian meningkat. Menurut laman parekampunginggris.co, ada sejumlah bahasa gaul "ala anak Jaksel" yang populer digunakan seperti literally, basically, prefer, like, dan sebagainya.

Contoh lainnya, ada sejumlah kalangan remaja yang menggunakan kata Worth it dan recommended sebagai penunjuk sebuah produk layak dibeli. Hal ini membuat penggunaan bahasa Indonesia seolah "disusupi" oleh bahasa asing.

Apa yang harus dilakukan untuk menyikapi hal ini?. Menurut saya, tenaga pengajar dan orangtua perlu menanamkan berbahasa Indonesia yang intensif sejak dini kepada anak-anak hingga remaja. Di sisi lain, bagi kalangan remaja sepertinya perlu diterapkan interaksi Bahasa Indonesia yang baik dan benar selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.

 
Berita Terpopuler