Amartha Dorong Perempuan di Pedesaan Jadi Pengusaha

Amartha telah menyalurkan pendanaan ke pengusaha perempuan di 3.165 desa di Jatim

Republika/Dadang Kurnia
Chief Commercial Officer Amartha, Hadi Wenas. Perusahaan fintech peer-to-peer lending, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) terus berupaya mendorong tumbuhnya UMKM yang dimotori perempuan di pedesaan, melalui penyaluran modal. Tidak terkecuali di Jawa Timur.
Rep: Dadang Kurnia Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perusahaan fintech peer-to-peer lending, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) terus berupaya mendorong tumbuhnya UMKM yang dimotori perempuan di pedesaan, melalui penyaluran modal. Tidak terkecuali di Jawa Timur.

Chief Commercial Officer Amartha, Hadi Wenas mengungkapkan, hingga September 2021 pihaknya mencatatkan penyaluran modal sebesar Rp 320,5 miliar khusus untuk area Jawa Timur.

"Pendanaan disalurkan 100 persen kepada perempuan pengusaha mikro yang tersebar di 3.165 desa di Provinsi Jawa Timur," ujar Wenas di Surabaya, Jumat (15/10).

Wenas menjelaskan, pihaknya mengelola lebih dari 170.000 mitra yang tersebar di 23 kota di Provinsi Jawa Timur, seperti Surabaya, Pacitan, Jombang, Banyuwangi, dan daerah lainnya. Mitra Amartha menjalankan UMKM yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari perdagangan, industri rumah tangga, maupun kerajinan tangan.

"Namun sektor perdagangan merupakan sektor yang paling dominan dipilih oleh mitra Amartha, porsinya mencapai 60 persen," ujar Wenas.

Wenas menyampaikan, potensi pengembangan UMKM di wilayah Jawa Timur cukup besar dan terbilang cukup stabil di tengah tantangan pandemi Covid-19. Ini terlihat dari catatan tingkat pengembalian atau repayment rate wilayah Jawa Timur yang mencapai 98,17 persen.

"Memang perolehan ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain di luar pulau Jawa yang mencapai 99 persen. Namun, mengingat kondisi pandemi Covid-19 di Jawa lebih tinggi daripada di luar Jawa, perolehan ini sudah cukup baik dan bisa ditingkatkan seiring dengan perbaikan ekonomi pascaCovid-19," kata Wenas.

Wenas mengakui, perkembangan bisnis Amartha di Jawa Timur tidak lepas dari adanya kolaborasi yang sinergis dengan sektor perbankan. Salah satunya Bank Jatim yang telah bergabung sebagai pendana institusi di Amartha sejak tahun 2020 lalu. Bank Jatim saat itu berkomitmen menyalurkan pendanaan sebesar Rp 500 miliar melalui Amartha untuk mendongkrak potensi UMKM di Jawa Timur. 

 

Amartha juga menjalin kerja sama dengan beberapa Bank Perkreditan Rakyat di Jatim. Sebut saja BPR Pujon Jaya Makmur, yang bergabung sebagai pendana institusi di Amartha dengan komitmen pendanaan sebesar Rp 3,2 miliar. Kemudian ada BPR Nusumma dengan komitmen pendanaan sebesar Rp 12 miliar.

Wenas menambahkan, dalam upaya memastikan perkembangan UMKM di Jawa Timur dan menjaga kualitas pinjaman dari para mitra, Amartha menjalankan strategi dengan mengkombinasikan sistem online-offline atau sistem hybrid. Pada sistem online, Amartha mengoptimalkan penggunaan teknologi machine learning untuk menentukan credit scoring yang akurat.

"Ini berfungsi untuk menganalisa kemampuan bayar peminjam, melalui data historikal pengembalian pinjaman, tingkat kehadiran dalam majelis, hingga analisa psikometri," kata Wenas.

Pada sistem offline, Amartha mengerahkan tenaga lapangan yang bertanggung jawab untuk memonitor perkembangan usaha para mitra di pedesaan. Khusus wilayah Jawa Timur, Amartha didukung oleh lebih dari 900 orang tenaga lapangan yang mengelola 111 poin di berbagai kabupaten di Jawa Timur.

Para tenaga lapangan bertugas untuk memberikan edukasi literasi keuangan dan digital, memonitor kehadiran peserta dalam majelis, dan membantu para mitra di pedesaan untuk mendapatkan layanan keuangan inklusif. 

 

“Porsi online dan offline masih seimbang, yakni 50:50. Ke depannya, Amartha berencana untuk memperbesar porsi online menjadi 70:30. Oleh sebab itu, saat ini kami mulai mengembangkan layanan keuangan digital yang mudah dipahami oleh para borrower di pedesaan," ujar Wenas.

 
Berita Terpopuler