KH Ma'shum Sufya Sang Pendidik dari Gresik (II)

Nama Ihyaul Ulum berasal dari ide Kiai Ma'shum.

ADENG BUSTOMI/ANTARA FOTO
Ilustrasi Pondok Pesantren
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Pondok Pesantren Ihyaul Ulum (PPIU) bukanlah pesantren pertama di Kabupaten Gresik.Sebab, sebelumnya sudah ada Pondok Pesantren Maskumambang. Pendirinya ialah guru Kiai Ma'shum Sufyan, yakni KH Faqih Abdul Jabbar.

Baca Juga

Selain Ponpes Maskumambang, ada pula pesantren yang diasuh oleh Kiai Ahyat. Ulama itu merupakan paman Kiai Ma'shum Sufyan. Di sana pula, ia mengamalkan ilmunya dengan cara mengajar kepada para santri setempat.

Pada 1942, wilayah Kecamatan Dukun, Gresik, dilanda musibah banjir bandang. Area pondok pesantren tempat Kiai Ahyat mengajar juga ikut terdampak bencana itu. Begitu pula dengan Pondok Pesantren Maskumambang. Sejak saat itu, kedua lembaga pendidikan ini semakin menurun reputasinya.

Melihat keadaan itu, Kiai Ma'shum tak tinggal diam. Pantang baginya untuk berpatah arang. Dengan penuh tekad, dirinya mematangkan rencana untuk mendirikan sebuah pondok pesantren di sana.

Setelah berkomunikasi dengan pelbagai pihak, rencana itu lantas diwujudkan. Beberapa waktu berselang, berdirilah lembaga yang didambakan itu. Namanya ialah Pondok Pesantren Ihyaul Ulum. Dari tahun ke tahun, pesantren itu terus mengalami perkembangan, bahkan hingga kini.

 

 

Pendirian pesantren ini berawal saat Kiai Ma'shum baru pulang menuntut ilmu dari Rembang sekitar tahun 1950. Saat itu ia mulai mengajar kan ilmu-ilmu agama Islam di rumahnya sendiri. Kebetulan, kediamannya cukup besar dan luas. Kegiatan belajar-mengajar pun dilaksanakan di bagian atas rumah sekaligus menjadi asrama santri.

Seiring berjalannya waktu, perjuangan Kiai Ma'shum membuahkan hasil. Dakwahnya diterima banyak kalangan. Banyak orang berdatangan untuk menimba ilmu darinya. Maka itu, rumah yang semula dijadikannya tempat belajar lama kelamaan tidak muat lagi. Beruntung, mertuanya kemudian membelikannya sebuah rumah untuk dijadikan sebagai tempat tinggal santri. 

Dengan bantuan masyarakat, dibangunlah sebuah pondok pesantren pada 1 Januari 1951.Itulah cikal-bakal PPIU.

Nama Ihyaul Ulum berasal dari ide Kiai Ma'shum sendiri, yang terinspirasi dari karya monumental Imam Ghazali, Ihya Ulum ad-Din. Ia mengharapkan, pesantren tersebut bisa menghidupkan kembali pengajaran dan pendidikan ilmu-ilmu agama di wilayah Dukun.

Cita-cita yang luhur ini mendapat sambutan serta dukungan dari masyarakat. Wujud dukungan tersebut berupa memercayakan putra-putrinya untuk dididik di pondok pesantren yang baru didirikan tersebut. Seperti pondok-pondok pesantren umumnya, sistem belajar yang berlaku di PPIU pun adalah wetondan sorogan. Kiai Ma'shum mengajar santri-santrinya ba'da ashar dengan mengaji kitab Riyadh ash-Shalihin. Adapun sesudah waktu maghrib, pengajian kitab Alfiyah Ibnu Malik.

 

 

Tak hanya mendirikan pondok pesantren, komitmen Kiai Ma'shum kepada pendidikan agama juga terwujud pada pengembangan pendidikan formal. Pada 1955, dirinya membangun Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah ini dijadikan sebagai bagian dari perkembangan luas PPIU.

Pada 1965, Kiai Mahfudz, yakni putra tertua Kiai Ma'shum, membangun pondok pesantren khusus putri. Lembaga ini menjadi bagian dari keseluruhan PPIU. Peminat pesantren khusus putri tersebut ternyata sangat banyak.

Dengan demikan, bertambahlah tanggung jawab yang dipikul oleh PPIU. Sementara itu, fasilitas yang ada semakin tidak memadai untuk menampung bertambahnya jumlah santri. Maka, pada 8 Desember 1968 dibangunlah sebuah gedung berlantai dua sebagai sarana belajar.

Pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren Ihyaul Ulum juga mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan zaman. Namun, pesantren masih berpegang teguh pada visi dan misi utamanya. Yakni, sebagai tempat penggemblengan kader dai, baik lelaki maupun perempuan.

Tingginya minat belajar dari warga luar Kecamatan Dukun juga mendorong perkembangan PPIU. Pada 1998, berdirilah Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Ihyaul Ulum pada 1998. Sampai saat ini, ada tiga fakultas yang diseleng garakan, yaitu Fakultas Hukum Islam, Fakultas Ekonomi Syariah, dan Fakultas Pendidikan. (ed: hasanul rizqa)

 

"Cita-cita yang luhur ini mendapat sambutan serta dukungan dari masyarakat.

 
Berita Terpopuler