MUI Minta Aparat Pastikan Penyerangan Dai Tidak Terulang

Aparat juga diminta mengusut secara tuntas penyerangan terhadap dai baru-baru ini

MUI
Gedung MUI
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meminta aparat memastikan penyerangan terhadap tokoh agama dan dai jangan terulang. Aparat juga diminta mengusut secara tuntas penyerangan terhadap dai baru-baru ini untuk menjawab kecurigaan publik.

Baca Juga

"Kita berharap kepada pemerintah untuk memastikan agar peristiwa yang sama tidak lagi terulang pada masa yang akan datang, ini penting agar para tokoh agama, ulama, dai termasuk tokoh agama lain, ketika menyampaikan pesan-pesan keagaman mendapat kepastian keamanan dalam melakukan tugasnya," kata  Wakil Ketua Komisi Hukum dan HAM MUI, Manager Nasution kepada Republika, Rabu (22/9).

Ia mengatakan, pemerintah khususnya aparat keamanan diminta secara terbuka menyampaikan kepada publik kalau ada kasus penyerangan terhadap tokoh-tokoh agama. Aparat diminta betul-betul memastikan pelakunya harus bertanggung jawab.

Setelah terjadi penyerangan terhadap tokoh agama, ia menegaskan, jangan kemudian ada dugaan publik yang menyerang ulama biasanya dianggap orang gila. Karena dalam hukum di Indonesia, orang dengan gangguan kejiwaan itu tidak bisa dituntut secara hukum. Sehingga kasusnya menguap dan terjadi pengulangan lagi.

"Itu yang kemudian kita minta untuk secara terbuka kepada publik mengumumkan siapa sesungguhnya pelakunya, kalau pelakunya tertangkap kalau ada dugaan orang dengan gangguan kejiwaan, maka yang punya kewenangan untuk memastikan itu dokter jiwa, supaya tidak ada kecurigaan publik," ujarnya.

 

 

Manager juga berharap kepada tokoh agama, para ulama, termasuk tokoh agama lain untuk menyampaikan pesan keagamaan dengan damai. Kalau dalam konteks Islam, umat Islam di Indonesia sudah memilih mainstream keagamaannya Islam wasathiyah. Yakni Islam yang ramah dengan kemajemukan, kemanusiaan, kemajuan dan keindonesiaan. Karena faktanya masyarakat Indonesia hidup dalam suasana majemuk.

"Saya meyakini umat Islam di Indonesia mayoritas ideologi keagamaannya Islam wasathiyah," jelasnya.

Ia berharap agar publik jangan terpancing dengan peristiwa penyerangan tokoh agama ini. Jangan ada yang memanas-manasi, percayakan kepada aparat penegak hukum untuk mengusutnya secara tuntas. Publik mengawasi dan pastikan aparat bekerja secara profesional, tapi publik jangan terprovokasi.

"Karena tidak ada kekerasan yang bisa diselesaikan dengan cara kekerasan, kekerasan pasti menimbulkan kekerasan baru," kata Manager. 

 

Sebelumnya, terjadi penembakan terhadap Ustaz Arman di depan rumahnya selepas melaksanakan Sholat Maghrib berjamaah pada Ahad (19/9). Ustaz Abu Syahid Chanigo juga mengalami penyerangan pada Senin (20/9) saat menyampaikan ceramah di depan jamaah pengajian. Tahun lalu terjadi peristiwa penusukan kepada Syekh Ali Jaber di Lampung.

 
Berita Terpopuler