Taliban Tutup Unit Antipencucian Uang Afghanistan

Penutupan dinilai akan mengganggu hubungan Afghanistan dengan sistem keuangan global.

AP/Felipe Dana
Taliban Tutup Unit Antipencucian Uang Afghanistan. Pejuang Taliban, beberapa mantan tahanan, mengobrol di area kosong penjara Pul-e-Charkhi di Kabul, Afghanistan, Senin, 13 September 2021. Pul-e-Charkhi sebelumnya adalah penjara utama pemerintah untuk menahan Taliban yang ditangkap. lama terkenal karena pelanggaran, kondisi yang buruk dan kepadatan yang parah dengan ribuan tahanan. Sekarang setelah pengambilalihan negara itu, Taliban mengendalikannya dan membuatnya kembali berjalan, saat ini menahan sekitar 60 orang, terutama pecandu narkoba dan tersangka penjahat.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebuah unit anti pencucian uang di bank sentral Afghanistan berhenti operasi. Penutupan unit tersebut dinilai akan mengganggu hubungan Afghanistan dengan sistem keuangan global.

Baca Juga

Pusat Analisis Transaksi dan Laporan Keuangan Afghanistan (FinTRACA) sejak 2006 telah mengumpulkan informasi intelijen tentang ribuan transaksi mencurigakan dan membantu penegak hukum dalam kasus penyelundupan dan pendanaan terorisme. Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan kelompok Taliban yang kini memerintah Afghanistan telah meraup ratusan juta dolar dari perdagangan narkotika dan transaksi ilegal lain. 

Taliban telah berjanji tidak akan ada lagi pembudidayaan tanaman narkotika di Afghanistan. Informasi di situs FinTRACA mengindikasikan Taliban termasuk di antara mereka yang menjadi target pengawasan.

Empat anggota staf yang berbicara dengan Reuters juga mengatakan kelompok tersebut telah menjadi target sejak unit itu dibentuk. Mereka menolak disebut namanya karena takut dengan pembalasan Taliban.

Sejumlah ahli memperingatkan ketiadaan unit intelijen keuangan (FIU) dapat mengganggu hubungan Afghanistan dengan sistem keuangan internasional dan pemberi pinjaman di luar negeri. Unit semacam itu yang memeriksa aliran uang dari aktivitas mencurigakan sangat penting bagi sebuah negara yang ingin bergabung dalam komunitas keuangan global.

 

Pendiri dan kepala eksekutif perusahaan pengukur risiko Sigma Ratings Stuart Jones, Jr. mengatakan terhubung kembali dengan sistem keuangan global bisa diperumit oleh sanksi terhadap Taliban dan fakta seorang menteri senior pemerintah Afghanistan mengepalai organisasi teroris.

"Afghanistan dianggap berisiko tinggi oleh hampir semua lembaga keuangan global sebelum pengambilalihan oleh Taliban," kata Jones yang pernah menjadi atase Departemen Keuangan AS untuk Afghanistan pada 2008-2010.

Dia memperkirakan lembaga keuangan asing akan bertindak dengan sangat hati-hati. Taliban menginginkan akses ke cadangan yang ditahan di luar negeri, juga bantuan dan pembiayaan lainnya, setelah ekonomi Afghanistan terguncang akibat perang, kekeringan, kekurangan pangan, dan eksodus ribuan pekerja profesional.

Taliban mengatakan mereka ingin para profesional kembali bekerja untuk membantu memulihkan ekonomi. Kelompok itu bersumpah tak akan ada dendam terhadap musuh-musuh lama mereka.Namun, banyak pejabat pemerintahan yang mereka gulingkan telah meninggalkan negara itu atau bersembunyi.

Tiga anggota staf FinTRACA mengatakan dari sekitar 60 karyawan, beberapa di antaranya telah meninggalkan Afghanistan atau bersembunyi dalam beberapa pekan terakhir. Seorang anggota staf yang masih berada di Afghanistan mengeluh bahwa mitra internasional gagal mengeluarkan mereka dan keluarga mereka selama evakuasi besar-besaran dari Kabul akhir Agustus. Seorang juru bicara Taliban belum menanggapi permintaan untuk memberi komentar tentang status staf FinTRACA dan apakah unit itu akan beroperasi kembali.

 
Berita Terpopuler