Cara Mengatur Keuangan untuk Hobi

Jangan sampai hobi baru membuat keuangan menjadi boncos.

www.freepik.com
Bersepeda cukup digemari saat pandemi (ilustrasi).
Rep: Farah Noersativa Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencari kegiatan baru selama di rumah saja karena pandemi menjadi hal yang lumrah. Sebab, kegiatan baru bisa membunuh kebosanan. Namun, hendaknya kita perlu berhati-hati dalam mengatur keuangan kita untuk memenuhi kebutuhan hobi. 

Baca Juga

Menurut pakar finansial dari Shila Financial, Ila Abdurrahman, aman atau tidaknya seseorang memiliki hobi baru di masa pandemi sangat bergantung dengan kondisi keuangan masing-masing. “Bagi yang selama pandemi tidak terpengaruh oleh kondisi pandemi, ya aman-aman saja. Tapi bagi yang keuangannya terpengaruh negatif, itu adalah kondisi yang tidak aman untuk memiliki hobi baru,” tutur Ila kepada Republika.co.id. 

Ila menekankan, cara mengatur keuangan saat memiliki hobi adalah pastikan terlebih dahulu kebutuhan pokok dan kewajiban harus terpenuhi terlebih dahulu. Usahakan investasi yang telah berjalan selama ini dan juga penyimpanan dana darurat tidak terganggu dengan hobi baru. 

Dia juga menyarankan, hobi baru yang digeluti sebaiknya merupakan hobi yang produktif dan dapat meningkatkan imunitas diri. Produktif itu, kata dia, tak hanya berhubungan dengan uang. Kita bisa memilih hobi yang bisa menaikkan imunitas dan menaikkan semangat bekerja. 

“Apalagi hobi baru yang mulai digeluti adalah hobi yang benar-benar produktif yang menghasilkan pundi-pundi baru,” jelas dia. 

Artinya, bisa dikatakan anggaran untuk hobi bisa diambil di luar porsi pengeluaran kebutuhan pokok dan kewajiban. Ila pun menyebut, kebutuhan hobi bisa dibajet dari pos biaya hidup. Hal itu berarti, ada pos pengeluaran hiburan pribadi yang masuk dalam pos biaya hidup selain pos sosial, cicilan utang, dan investasi. 

Ila mengatakan, ada tiga jalan yang bisa ditempuh untuk mengelola keuangan dalam rangka memiliki hobi baru. Yang pertama, kita bisa mengalokasikan dana dari pemasukan rutin per bulan. Kedua, kita bisa mengambil sisa pemasukan setelah semua pengeluaran terpenuhi. Dan yang ketiga, adalah menggabungkan cara pertama dan kedua. 

 

Cara lainnya adalah dengan merencanakan pemenuhan kebutuhan hobi. Misalnya, membeli sepeda setiap beberapa tahun sekali, mengganti kamera setiap beberapa tahun sekali, atau semacamnya. 

Kita juga bisa merencanakan pengumpulan uangnya. Misalnya investasi per berapa bulan dan menginvestasi ke sebuah produk keuangan.

“Misalnya, karena hobi fotografi, kita rencanakan ganti kamera setiap tiga tahun sekali. Harga kamera kita alokasikan Rp 100 juta. Jadi kita bisa mengabaikan return of investment atau hasil investasi. Maka investasi per bulan sebesar Rp 2,8 jutaan per bulan diinvestasikan di Reksadana Pendapatan Tetap,” kata  dia. 

Menurutnya, ada tantangan tersendiri jika kita tetap memilih untuk menggeluti hobi baru. Terkadang, orang yang memiliki hobi baru itu tak menyadari jika hobi barunya itu memakan keuangan yang banyak. Sebab, hobi baru dapat menggiurkan dan menggoda seseorang, terlebih jika dia melihat banyak temannya juga membeli banyak kebutuhan hobi. 

“Jangan mudah tergoda dengan hobi yang sifatnya membuat kita lebih boncos. Karena hobi, jadi tidak sadar bisa menghabiskan uang dan tidak merasa rugi dengan pengeluaran uang yang bahkan menghabiskan bajet keluarga,” jelas Ila. 

 

Ila menekankan, jika menjadikan hobi baru sebagai bisnis, dia juga menyarankan untuk waspada kerugian. Sebab, biasanya kerugian pada hobi tak dipermasalahkan oleh orang-orang yang menganggap itu sekadar hobi. Selain itu, dia juga menekankan, jangan pernah berhobi dari dana berutang. 

 
Berita Terpopuler