Syekh Abdurrahman Al-Khalidi, Cahaya dari Batuhampar (I)

Abdurrahman muda mengadakan rihlah intelektual ke berbagai pusat keagamaan Islam.

Blogspot.com
Sosok(ilustrasi).
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Nama lengkapnya adalah Maulana Syekh Abdurrahman bin Abdullah al-Khalidi Batuhampar. Seperti tampak dari gelar maulana tersebut, tokoh ini merupakan seorang ahli tarekat. Namun, keahliannya tidak hanya di sana, tetapi juga meliputi bidang fikih, syariat, ilmu Alquran, dan lain-lain.

Baca Juga

Berdasarkan literatur yang ada, Syekh Abdurrahman disebutkan lahir pada 1777 M di Desa (Nagari) Batuhampar, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Akan tetapi, keterangan yang berbeda tertera pada nisan makamnya. Tergurat di sana, ulama besar ini lahir pada 1783 M dan wafat pada 23 Oktober 1899.

Ayahnya adalah Abdullah, bergelar Rajo Intan. Ada pun ibundanya dikenal sebagai Ibu Tuo Tungga. Sebagai anak satu-satunya, Abdurrahman sangat disayang oleh kedua orang tuanya. Dia dididik dengan pengetahuan agama agar kelak menjadi seorang mubaligh.

Dalam tulisannya yang termuat di buku Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat(1981), Mansur Malik menuturkan profil sang penyebar Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyah itu.Sejak kecil, Abdurrahman sudah menunjukkan tanda- tanda kecerdasan. Selain itu, dirinya juga bermental baja serta berkemauan keras.

 

 

Dalam menuntut ilmu, ia sangat gigih. Abdurrahman muda mengadakan rihlah intelektual ke berbagai pusat keagamaan Islam. Puluhan tahun lamanya perjalanan itu dilakukannya, mulai dari daerah Minangkabau sampai ke Aceh. Bahkan, pada akhirnya langkah kakinya tiba di Makkah al-Mukarramah.

Abdurrahman pertama kali berpamitan kepada ibundanya untuk pergi menuntut ilmu saat berusia 15 tahun. Setelah mendapat restu dari sang ibu, ia pun berangkat ke Batusangkar untuk belajar kepada Syekh Galogandang. Bekal yang ia bawa saat itu hanya berupa sedikit beras, uang sepiak, dan satu buah mushaf Alquran.

Setelah bertahun-tahun belajar kepada Syekh Ga logandang, Abdurrahman kemudian pamit. Ia lalu berjalan kaki ke Tapak Tuan, Aceh. Di kota berjuluk Serambi Madinah ini, dirinya berguru ke pada Syekh Abdurrauf Singkil. Ulama dari Singkel tersebut berpengaruh besar dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya Pulau Sumatra.

Setelah delapan tahun belajar kepada Syekh Abdurrauf, Abdurrahman kemudian memutuskan berangkat ke Makkah. Niat awalnya adalah untuk menunaikan ibadah haji. Usai musim haji, dirinya menjadi murid sejumlah masyayikh termuka di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW itu. Hingga tujuh tahun lamanya, putra daerah Batuhampar tersebut menuntut ilmu di sana.

 

 
Berita Terpopuler