KH Abdul Hamid Mendakwahkan Islam dengan Lembut (I)

Bagi Kiai Hamid, kegiatan mengajar di pesantren adalah dakwah.

Dakwah/ilustrasi
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar ini lahir di Lasem, Jawa Tengah, pada 1914 M, tepatnya di Dukuh Sumurkepel, Desa Sumbergirang. Bayi itu pun diberi nama Abdul Mu'thi, tapi setelah remaja diganti menjadi Abdul Hamid.

Baca Juga

Hamid kecil kemudian tumbuh sebagai anak yang lincah dan nakal. Namun, kenakalan Hamid tidak seperti anak-anak zaman sekarang, yang sampai mabuk-mabukan atau melakukan perbuatan asusila. Nakalnya Hamid masih dalam batas wajar.

Sehari-hari, Hamid kecil jarang di rumah. Hobinya adalah bermain sepak bola dan layang-layang. Bahkan, Hamid kecil bisa disebut bolamania alias gila sepak bola, dan ayahandanya tak bisa membendung hobi itu.

Setelah berusia 12 tahun, Hamid kecil kemudian belajar ke Pondok Pesantren Kasingan Rembang yang diasuh oleh KH Cholil bin Harun, mertua dari KH Bisri Mustofa.

Setelah belajar agama di pesantren tersebut, Kiai Hamid pindah ke Pondok Pesantren Tremas di Pacitan yang didirikan oleh KH Abdul Manan. Santri-santri di sana banyak yang datang dari berbagai pelosok negeri.

Selama 12 tahun usianya dihabiskan di sana. Setelah itu, Kiai Hamid langsung menikah dengan putri KH Ahmad Qusyairi yang bernama Nafisah. Kiai Hamid menikah di Pasuruan pada 12 September 1940 M. Kemudian, pada 1951 M, dia menjadi pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan, Jawa Timur.

 

 

 

Buku 50 Pendakwah Pengubah Sejarah menjelaskan Kiai Hamid sempat menggunakan cara-cara konfrontatif untuk mengubah segala bentuk kemungkaran. Namun, kemudian beliau berubah menjadi ulama yang sangat sabar.

Pada masa dewasanya, Kiai Hamid lebih lembut dalam berdakwah dan lebih mengutamakan harmoni. Jika pun akan melakukan perubahan, berusaha agar tidak menimbulkan kegaduhan.

Saat menjadi pengasuh Pesantren Salafiyah Pasuruan, Kiai Hamid juga tak segera melakukan perubahan yang radikal. Bagi Kiai Hamid, kegiatan mengajar di pesantren adalah dakwah dan bukan sekadar transfer ilmu dari guru ke murid. Kiai Hamid memandang mengajar sebagai ke giatan untuk mengubah anak santri yang sebelumnya menyalahi syariat menjadi sesuai syariat.

Karena itu, pada 1960, Kiai Hamid juga sangat aktif menggelar pengajian di desadesa, terutama yang masyarakatnya kurang tersirami ajaran Islam. Tidak hanya berdakwah, Kiai Hamid juga turut memelopori perbaikan masjid, mushala, dan madrasah yang sudah ada.

 

 

 
Berita Terpopuler