Kiai Miftah, Ulama Tawadhu dari Tegal (III-Habis)

Kiai Miftah mewanti-wanti umat Islam agar tidak meninggalkan ilmu agama.

Antara/Retno Esnir
Umat Islam melaksanakan shalat (ilustrasi).
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Semasa hidupnya, Kiai Muhammad Miftah mencurahkan seluruh ilmunya untuk membimbing umat Islam, khususnya yang di Tegal, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Ulama tersebut juga menjadi tempat banyak orang untuk meminta nasihat. Beberapa petuah sang alim ditulis Abdul Fatah dalam bukunya yang berjudul Kiai Miftah Tegal (2012).

Baca Juga

Misalnya, dalam pandangan Kiai Miftah, orang boleh belajar apa saja asalkan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena itu, ia pun mendirikan sejumlah sekolah yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, tetapi juga umum kepada para murid. Mereka mendapatkan banyak bekal untuk menempuh masa depan, seperti ilmu matematika, ekonomi, politik, dan lain-lain.

Bagaimanapun, Kiai Miftah tetap mewanti-wanti umat Islam agar tidak meninggalkan ilmu agama. Sebab, lanjutnya, ilmu apa saja yang dijiwai oleh agama akan membawa kemaslahatan umum. Sebaliknya, ilmu apa pun yang bertentangan dengan ajaran Islam akan membawa kemudharatan dan kerusakan di atas muka bumi.

Karena itu, jauh-jauh hari sebelum lembaga pendidikan umum didirikan bersama tokoh masyarakat, Kiai Miftah selalu berpesan agar tidak meninggalkan pelajaran agama. Baginya, siswa yang belajar di sekolah-sekolah umum sangat perlu untuk dibekali ilmu agama.

Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tegal KH Hambali Usman mengatakan, Kiai Miftah adalah seorang mubaligh yang mewariskan ilmu dan keteladanan. Ulama yang lahir pada 1920 ini dikenal sebagai seorang tokoh yang gemar bersilaturahim, zuhud, serta meluangkan waktu bertafakur mengingat Allah SWT.

 

 

Kiai Miftah selalu menghargai dan menghormati yang lebih muda, tidak banyak bicara kecuali yang bermanfaat, tawaduk. Dirinya menerapkan pola hidup sederhana, kata Kiai Hambali. Dia meneruskan, Kiai Miftah adalah orang yang santun. Tak banyak bicara, tetapi sekali bicara maka kata-katanya selalu bermanfaat dan mengandung mutiara hikmah.

Kebanyakan ulama pewaris nabi memang mempunyai sifat pendiam seperti itu. Artinya, ia akan diam kalau memang tak perlu berbicara. Dalam bukunya, Abdul Fatah menjelaskan, Kiai Miftah memang tak banyak bicara bila tak diperlukan.

Namun, ketika ditanya hukum agama, ia mampu menjelaskannya secara gamblang. Ketika ditanya soal hukum Islam, biasanya Kiai Miftah akan membuka kitab untuk ditunjukkan kepada si penanya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa fatwanya tidak asal-asalan, tapi ada dasar pengambilannya.

Walaupun Kiai Miftah merupakan sosok ulama yang alim dan menguasai berbagai bidang ilmu keislaman, seperti fikih, tauhid, tasawuf, ilmu falak, dan ilmu alat, kedalaman ilmunya tidak menjadikannya sombong. Sebaliknya, ia justru lebih tawaduk, rendah hati, dan merasa belum alim. 

 

Banyak yang bisa diteladani dari sosok Kiai Miftah. Apalagi, di zaman sekarang ini banyak orang yang baru alim sedikit dan berjasa pada umat, sudah merasa paling hebat dan merasa ditokohkan. Bahkan, menuntut orang lain untuk menghormatinya. 

 
Berita Terpopuler