Jakarta tak Ada Lagi di Lima Besar Kematian Covid Nasional

Situasi pandemi Covid-19 di DKI Jakarta saat ini sudah lebih terkendali.

ANTARA/Hafidz Mubarak A/foc.
Petugas kepolisian dan Satpol PP berjaga di pos pemeriksaan ganjil-genap di kawasan Bundaran Senayan, Jakarta, Kamis (12/8). Pemprov DKI Jakarta menerapkan sistem ganjil genap di delapan ruas jalan di Jakarta pada pukul 06.00-20.00 WIB untuk mengendalikan mobilitas warga mengikuti perpanjangan PPKM Level 4 hingga 16 Agustus mendatang.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Dessy Suciati Saputri

Provinsi DKI Jakarta telah berhasil keluar dari peringkat lima besar dengan kasus kematian tertinggi Covid-19 secara nasional lebih dari seminggu terakhir ini. Dari data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 1-12 Agustus 2021, DKI Jakarta tercatat hanya dua kali masuk dalam peringkat lima besar pada kasus kematian tertinggi yakni pada tanggal 2 dan 5 Agustus.

Baca Juga

Pada 2 Agustus, provinsi ini berada di peringkat ketiga dengan penambahan kasus kematian yang sebesar 154 kasus. Sedangkan pada 5 Agustus, DKI Jakarta tercatat berada di peringkat keempat dengan 126 kasus kematian.  

Dalam paparannya Selasa (10/8), sore, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut kasus kematian nasional masih mengalami kenaikan selama tiga minggu terakhir. Pada minggu ini, kasus kematian meningkat 2,92 persen dengan lima provinsi penyumbang kenaikan kematian mingguan tertinggi yakni Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Jawa Tengah.

Wiku pun menekankan agar pemerintah juga fokus untuk menurunkan kasus kematian selama perpanjangan PPKM yang berlangsung hingga 16 Agustus mendatang. Dari catatan Satgas, sebanyak 24.496 orang telah meninggal akibat Covid-19 selama Juli, dengan rata-rata kematian harian di atas 1.000 orang.

“Kenaikan kematian yang telah berlangsung 3 minggu berturut-turut ini tentunya menjadi kehilangan besar bagi bangsa Indonesia. Dalam bulan Juli saja kita telah kehilangan 24.496 nyawa, dengan rata-rata kematian harian di atas 1.000 orang,” kata Wiku saat konferensi pers, Selasa (10/8).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengatakan, saat ini jumlah orang yang meninggal akibat terpapar Covid-19 di Ibu Kota mengalami penurunan. Dwi menyebut, kondisi ini berbanding terbalik dengan saat terjadi lonjakan kasus Covid-19 pada satu hingga dua bulan lalu.

“Dari sisi jumlah orang yang meninggal juga Alhamdulillah sudah mengalami penurunan,” kata Dwi dalam video yang diunggah pada akun Youtube BPSDM DKI Jakarta, Kamis (12/8).

Meski demikian, Dwi tidak menjelaskan secara terperinci mengenai hal tersebut. Dia hanya menyebut bahwa kini situasi pandemi virus corona di Jakarta sudah lebih terkendali dibandingkan beberapa bulan sebelumnya ketika kasus penyebaran Covid sempat meroket.

“Sudah lebih terkendali situasinya. Tingkat kematian juga Alhamdulillah bisa kita pertahankan tetap rendah,” ujarnya.

Ia juga menuturkan, saat ini penambahan kasus baru positif Covid-19 di DKI Jakarta berkisar antara angka 1.000-2.000 orang. Dwi berharap agar jumlah tersebut dapat terus makin menurun.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, per tanggal 12 Agustus 2021, jumlah kasus baru positif Covid-19 di Ibu Kota bertambah sebanyak 1.078 orang. Sedangkan jumlah kasus aktif di Jakarta mengalami penurunan sebanyak 1.220 kasus. Sehingga jumlah kasus aktif Covid-19 hingga hari ini mencapai 9.881 orang yang masih dirawat atau menjalani isolasi.

In Picture: Pembukaan 100 Titik Penyekatan di Jakarta dan Sekitarnya

Personel kepolisian membuka pembatas jalan penyekatan di kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta, Rabu (11/8/2021). Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menghapus penyekatan di 100 titik Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jadetabek) menyusul pemberlakuan uji coba kebijakan ganjil-genap di Ibu Kota pada 10-16 Agustus 2021. - (ANTARA/Reno Esnir)

Turunnya angka kematian Covid-19 di DKI Jakarta sejalan dengan berkurangnya angka keterisian rumah sakit (RS) rujukan Covid-19. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengungkapkan, terjadi konsistensi penurunan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) bagi pasien Covid-19 di 140 rumah sakit rujukan di Ibu Kota.

Ia menyebut, jumlah pasien Covid-19 dengan status sedang dan berat yang mendapat perawatan di rumah sakit menurun cukup signifikan. Dwi memerinci, berdasarkan data hingga 8 Agustus 2021, pihaknya mencatat ada sebanyak 10.559 tempat tidur isolasi yang disediakan. Dari jumlah ini, kata dia, 4.116 tempat tidur diisi oleh pasien Covid-19.

“Sudah terjadi penurunan yang cukup signifikan, sehingga keterisian tempat tidur (isolasi) saat ini juga ada di angka yang cukup rendah 39 persen,” kata Dwi dalam diskusi virtual yang disiarkan pada akun Youtube BPSDM DKI Jakarta, Kamis (12/8).

“Kita punya spare banyak tempat tidur untuk bisa memastikan semua orang yang membutuhkan perawatan di rumah sakit bisa ditangani, bisa mendapat akses ke rumah sakit,” tambahnya.

Sementara itu, sambung Dwi, hal serupa juga terjadi pada tempat tidur di ruang ICU. Ia menuturkan, tingkat keterisian tempat tidur ICU menurun menjadi 65 persen. Dwi menyampaikan, saat ini sebanyak 1.059 tempat tidur telah diisi oleh pasien, dari total 1.639 tempat tidur ICU yang disediakan.

“Kita harapkan tentunya dengan kondisi ini bisa memastikan orang yang membutuhkan perawatan ICU dapat dilayani,” ujarnya.

Lebih lanjut Dwi mengatakan, saat kasus Covid-19 di Jakarta mengalami lonjakan pada satu hingga dua bulan lalu, keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan mencapai 90 persen lebih. Sehingga pihak rumah sakit tidak mampu menampung pasien yang berdatangan.

Apalagi, kata dia, saat itu juga disediakan kapasitas untuk merawat bayi yang terpapar virus corona. “Waktu itu bahkan bisa mencapai 92 persen. Kenyataan di lapangan, walaupun ada selisih delapan persen, tapi it merupakan ICU untuk bayi atau untuk anak-anak, sehingga tentu tidak bisa diisi dengan (pasien) orang dewasa,” ungkap dia.

Selain itu, ia mengakui, saat terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Ibu Kota, banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bahkan dia menuturkan, saat itu terjadi antrean pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

“Saat itu, kondisinya sangat ketat, sehingga antrean (di ruang) gawat darurat pun bisa mencapai 60-90 orang hanya dalam satu hari,” ujarnya.

Meski demikian, Dwi mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan tidak merasa puas dengan situasi saat ini. Sebab, ia mengibaratkan kasus Covid-19 seperti permainan roller coaster yang sewaktu-waktu dapat meningkat dan menurun.

”Kita sudah punya pengalaman sejak tahun 2020, kita seperti main roller coaster, naik dan turun kasus itu seiring dengan mobilitas masyarakat. Jadi kita tetap harus terus mengingatkan dan mengatur mobilisasi masyarakat dan jangan sampai kemudian memberikan peluang untuk terjadinya peningkatan kasus,” jelas dia.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, menambahkan, Pemprov DKI Jakarta menyambut baik keputusan pemerintah pusat yang resmi memperpanjang PPKM hingga tanggal 16 Agustus 2021. Dia menuturkan, saat ini Jakarta masih berada pada level 4.

Oleh karena itu, ia berharap, melalui perpanjangan PPKM Level 4 tersebut, Pemprov DKI dapat semakin mengendalikan pandemi Covid-19. "Mudah-mudagan dengan ada perpanjangan seminggu kedepan, angka penurunan akan lebih signifikan lagi, lebih baik lagi, sehingga kita bisa memutus mata rantai penyebaran Covid di Jakarta," ungkapnya.

Separuh warga Jakarta pernah terinfeksi Covid-19 - (Republika)

 
Berita Terpopuler