TGH Muhammad Shaleh Hambali, Sang Pendidik (I)

Tuan Guru Bengkel, ulama yang kerap mentranformasikan pemikirannya melalui pendidikan

blogspot.com
Madrasah (ilustrasi)
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Shaleh Hambali, lahir dengan nama Muhammad Shaleh. Ayahnya bernama Hambali, sedangkan ibunya adalah Halimah alias Inaq Fatimah. Saudara- saudara kandungnya ialah Abu, Fatimah, Amsiah, Rukiyah, Selamin, Syamsiyah, dan Khadijah. Dirinya merupakan anak bungsu.

Baca Juga

Dikutip dari buku Biografi TGH Shaleh Hambali karya Ahmad Zahroni, Tuan Guru Bengkel lahir di Desa Bengkel, Lombok Barat, NTB, pada Jumat 7 Ramadhan 1313 Hijriyah--bertepatan dengan 1893 M. Nama belakangnya itu--Bengkel--merujuk pada desa tempat kelahirannya.

Saat masih dalam kandungan, tutur Zahroni, ayahanda Tuan Guru Bengkel meninggal dunia.Allah SWT juga menakdirkan, ibundanya wafat saat lelaki ini masih berusia bayi, sekira enam bulan.

Sebagai anak yatim-piatu, Muhammad Shaleh kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Haji Ab dul lah. Saat menginjak usia tujuh tahun, ia belajar agama Islam kepada seorang dai, Guru Sumbawa alias Ramli, di Desa Bengkel. Lima tahun lamanya ia menuntut ilmu kepada ustaz tersebut.

 

 

Sesudah itu, Shaleh berkesempatan mengikuti rihlah ke Makkah al-Mukarramah. Di Tanah Suci, dirinya tidak hanya menunaikan ibadah haji, tetapi juga meneruskan perjalanan menuntut ilmu-ilmu agama. Waktu itu, dirinya masih berusia belasan tahun. Di Hijaz, ia belajar sekira sembilan tahun, yakni sejak 1912 hingga 1921. Berbagai ilmu dipelajarinya. Di antaranya adalah fikih, tafsir Alquran, dan tasawuf.

Selama di Makkah, ia banyak belajar kepada sejumlah ulama terkemuka. Sebut saja, Syekh Said al-Yamani dan putranya, Syekh Hasan; Syekh Alawi Maliki al-Makki; Syekh Hamdan al-Maghrabi; Syekh Abdussatar Hindi;Syekh Said al-Hadrawi Makki, dan Sykeh Muhammad Arsyad.

Selain itu, ia juga belajar kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Tanah Suci. Misalnya, TGH Umar (Sumbawa), TGH Muhammad Irsyad (Sumbawa), TGH Haji Utsman (Serawak), KH.Muchtar (Bogor), KH Misbah (Banten), TGH Abdul Ghani (Jemberana-Bali), dan TGH Abdurrahman (Jemberana- Bali). 

Muhammad Shaleh mengkaji banyak kitab tasawuf, termasuk yang ditulis Imam al-Ghazali. Misalnya, Minhaj al-Abidin, Bidayat al-Hidayat, dan Ihya' Ulum ad-din. Selain itu, ia juga mempelajari kitab Kifayat al- Atqiya'karangan Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Syata al-Dimyathi.

 

 

Melihat betapa banyak gurunya dalam berbagai disiplin keislaman tersebut, tidak heran jika ia menjadi orang yang sangat mencintai ilmu agama.Bahkan, pada gilirannya sang alim kemudian berupaya mengajarkan ilmu- ilmu itu kepada para santrinya di Tanah Air. Hal ini di kemudian hari mem buatnya dikenal luas sebagai seorang ulama besar di Pulau Seribu Masjid.

Dalam masa studinya di Makkah, per golakan politik lokal terjadi. Keluarga Abdul Aziz bin Saud memberontak terhadap kekuasaan Syarif Husain.Konflik itu membuat situasi tak lagi kondusif bagi para pelajar di Haramain, termasuk yang berasal dari Indonesia.

Seperti kawan-kawan seangkatannya, Muhammad Shaleh pun kembali ke Tanah Air. Di Lombok, dirinya langsung terjun ke tengah masyarakat untuk ikut menggerakkan dakwah melalui pendidikan. 

Mendirikan pesantren Salah satu kiprah TGH Muhammad Shaleh Hambali adalah merintis dan mendirikan sebuah pondok pesantren. Nama lembaga ini ialah Yayasan Perguruan Darul Qur'an. Terletak di Desa Bengkel, pesantren tersebut dari tahun ke tahun selalu diminati orang tua Muslim.

Sejak 1921 hingga akhir hayat nya, TGH Shaleh membina dan mengasuh institusi tersebut. Para santrinya tidak hanya berasal dari Lombok (NTB), tetapi juga dari luar daerah, semisal Bali.

 

 

Selain itu, sebagian muridnya yang pernah diajari di Makkah dulu juga kembali ke Indonesia untuk belajar lagi kepadanya. Dalam mendidik mereka, tokoh yang bergelar Tuan Guru Bengkel itu mengajarkan Alquran dan kitab- kitab yang berhaluan ahlussunnah wal jama'ah (aswaja), baik yang berbahasa Arab maupun Melayu.

Strategi yang dipergunakan untuk menyampaikan buah pikirannya tidak hanya melalui ceramah-ceramah. Di samping mengajarkan ilmu pengetahu an secara langsung kepada para muridnya, ia juga menggunakan medium tulis. Kitab-kitabnya umumnya berbahasa Melayu. Dengan demikian, masyakarat bisa memahami ajaran Islam dengan mudah.

Tuan Guru Bengkel merupakan salah satu ulama yang kerap mentranformasikan pemikirannya melalui pendidikan Islam.Pemikiran-pemikiran Tuan Guru Bengkel setidaknya dibagi menjadi tiga tema bidang pemikiran, yaitu bidang tauhid, fikih dan bidang tasawuf.

 

 

 

 

 
Berita Terpopuler