Mengenal Istighotsah KH Romli Tamim (II-Habis)

KH Romli Tamim menyusun wirid istighotsah di kalangan warga Nahdliyin.

Republika/ Yasin Habibi
Warga mengikuti Istighotsah Qubro di halaman Masjid Raya KH Hasyim Asy
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  KH Muhammad Romli Tamim merupakan salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang produktif dalam menulis kitab. Bahkan, dia berhasil menyusun wirid istighotsah di kalangan warga nahdliyin. Kitab-kitab karangannya, antara lain, al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil-Bariyyah, Tsamratul Fikriyah, Risalatul Waqi 'ah, dan Risalatush Shalawat an-Nariyah.

Baca Juga

Tahun lalu, Republika bersama puluhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berkesem patan berziarah ke makam Kiai Romli Tamim di Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang. Pemakaman seluas lapangan sepak bola tersebut berada tidak jauh dari pintu masuk Pesantren Darul Ulum.

Ribuan santri Daru Ulum saat itu juga ikut membaca tahlil di makam para pendiri dan pengasuh Pesantren Darul Ulum dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap 22 Oktober. Ziarah tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj.

Para santrinya biasa memanggil beliau dengan sebutan Mbah Yai Ramli. Saat menanyakan ke beberapa santri Darul Ulum, belum ada buku khusus yang mengupas tentang biografi komprehensif sang alim. 

(Baca: Mengenal Istigotsah KH Romli Tamim bagian pertama)

 

 

 

Istighotsah berarti beberapa bacaan wirid (awrad) tertentu yang dilakukan untuk mohon pertolongan kepada Allah SWT atas beberapa masalah hidup yang dihadapi. Istighatsah ini mulai banyak dikenal oleh masyarakat, khususnya kaum nahdliyyin pada 1990-an.

Dosen Universitas Darul Ulum Jombang, Ishomuddin Ma'shum, menyebutkan dalam tulisannya, pelaksanaan istighatsah boleh dilakukan secara bersama-sama dan boleh juga dilakukan secara sendiri-sendiri. Demikian juga waktunya, bebas dilakukan, boleh siang, malam, pagi, atau sore.

Seseorang yang akan melaksanakan istighatsah, hedaknya sudah dalam keadaan suci, baik badan, pakaian, dan tempatnya, dan suci dari hadas kecil dan besar. Juga tidak kalah pentingnya, seseorang yang mengamalkan istighatsah menyesuaikan dengan bacaan dan urutan sebagaimana yang telah ditentukan oleh pemiliknya.

Bacaan istighotsah yang banyak diamalkan oleh warga nahdliyyin ini sekarang meluas ke seluruh penjuru negeri yang sebenarnya disusun oleh KH Muhammad Romly Tamim, seorang mursyid thariqah qadiriyah wan naqsyabandiyah dari Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang.

 

 

Hal ini dibuktikan dengan kitab karangan beliau yang ditulis pada 1951, yaitu kitab al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil- Bariyyah. Kemudian pada 1961, kitab tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh putranya sendiri, KH Musta'in Romli.

Diceritakan, sebelum membuat wirid istighatsah ini Kiai Romli sempat melaksanakan riyadhah dengan puasa selama tiga tahun. Dalam masa-masa riyadahhnya itulah Kiai Romli memperoleh ijazah wirid-wirid istighatsah dari para waliyullah.

Wirid pertama yang beliau terima adalah wirid berupa istighfar, dan karena itulah istighfar beliau letakkan di urutan pertama dalam istighatsah. Demikian juga urutan berikutnya adalah sesuai dengan urutan beliau menerima ijazah dari para waliyullah lainnya.

 

Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengamalkan istighotsah seseorang menyesuaikan urutan wirid-wirid istighatsah sesuai dengan aslinya. Setelah siap semuanya, barulah seseorang menghadap kiblat untuk memulai istighosah dengan terlebih dahulu menghaturan hadiah pahala membaca surah al-Fatihah untuk nabi, keluarga dan sahabatnya, tabiin, para wali, dan ulama khususnya sahibul istighatsah Hadratusy Syekh KH Muhammad Romly Tamim. 

(Baca: Mengenal Istigotsah KH Romli Tamim bagian pertama)

 

 
Berita Terpopuler