Jejak Budaya Arab di Masjid Qingjing

Masjid Qingjing mencerminkan kuatnya jalinan persahabatan bangsa Arab dan China

Wikipedia
Bagian Depan Masjid Qingjing,China.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Qingjing atau yang dikenal sebagai Masjid Ashab terletak di Jalan Tumen, Kota Quanzhou, Provinsi Fujian, Cina. Masjid Qingjing merupakan salah satu dari masjid utama di sepanjang pesisir yang menghadap Laut Cina Selatan.

Baca Juga

Sejarahnya merentang sejak zaman Dinasti Song (960-1279). Adanya rumah ibadah ini menandakan betapa strategisnya Quanzhou sebagai salah satu kota pelabuhan utama di Cina tenggara.

Berabad-abad silam, para pelaut Arab singgah dan berniaga di sana.Di antara mereka juga menetap, sehingga ikut menyebarluaskan agama Islam di sana.

Wilayah Quangzhou, Fujian, China - (Wikipedia)

Pada masa Dinasti Song, penguasa setempat memang banyak berinteraksi dengan para pedagang Arab. Oleh karena itu, kaisar Cina waktu itu membolehkan mereka untuk men dirikan permukiman dan tempat ibadah.

Masjid Qingjing mencerminkan kuatnya jalinan persahabatan antara Cina zaman itu dengan bangsa Arab.

 

Corak arsitektur Masjid Qingjing mengikuti masjid-masjid pada umum nya di Damaskus, Suriah. Pendirian masjid tersebut tuntas dikerjakan pada awal abad ke11 atau sekitar 1009.

Bangunan utamanya menempati area seluas 2.500 meter persegi. Hingga saat ini, Masjid Qingjing menjadi masjid bergaya Arab tertua di seluruh Negeri Tirai Bambu.

Kompleks Masjid Qingjing terdiri atas bangunan utama, gerbang, serta dua aula bernama Fengtian dan Mingshan. Rumah ibadah ini menghadap ke arah selatan, sejalan dengan datangnya para saudagar Arab yang berlabuh di Quanzhou. Tembok masjid tersebut berbahan dasar granit hijau dan granit pu tih. Gerbangnya memiliki empat lengkungan yang indah.

Bagian dalam Masjdi Qingjiang - (Wikipedia)

Banyak kubah gerbang diukir dengan gambar teratai yang tampak menggantung. Bentuk ini melambangkan besarnya penghormatan terhadap kesucian dan kemurnian rumah ibadah dalam budaya Cina. Setiap ukiran bunga teratai itu dikelilingi jejaring liernes. 

Masjid Qingjing juga dilengkapi menara khusus di dekat gerbang utama. Fungsinya, untuk kaum Muslimin mengamati hilal bulan. Dengan begitu, mereka dapat memutuskan kapan dimulainya waktu Ramadhan atau Idul Fitri.

Di sebelah timur gerbang tersebut, ada dua loh batu yang merekam bagaimana rekonstruksi masjid tersebut pada masa Dinasti Yuan (1271-1368) dan Dinasti Ming (1368-1644).

 

 

Tablet batu lain terletak persis di dekat gerbang. Batu itu tampak menawan dengan ukiran beraksara Cina. Isinya menunjukkan dekret Kaisar Zhu Di, raja ketiga dari Dinasti Ming.

Dia memaklumkan pengumuman agar masyarakat melindungi masjid dan umat Islam di Cina. Pesan ini menunjukkan besarnya toleransi antaraumat agama pada zaman tersebut. Masjid ini diketahui pernah direnovasi pada 1309 oleh Ahmed dari Iran.

Ada perbedaan antara kondisi dahulu dengan sekarang. Sebagai contoh, Aula Fengtian yang luas itu mulanya merupakan tempat shalat bagi jamaah. Desain aula tersebut menunjukkan gaya arsitektur yang populer dari ruang-ruang shalat pada umumnya sebelum abad ke-10.

Sayangnya, atap aula yang megah itu runtuh karena gempa bumi. Kini, di sana hanya menyisa kan dinding granit. Alhasil, ruangan untuk shalat dipindahkan ke bagian yang lebih dalam.

 

 

Bangunan utama terdiri atas dua lantai.

Dindingnya terbuat dari granit dan tertanam dengan dua batu yang diukir dengan Alcoran. Pada tiap sisinya, terdapat jendela besar dengan berbagai ukiran di keseluruhan bagian.

Aula Mingshan berada di sebelah utara Aula Utama. Area ini dibangun pada 1609.

Awalnya, Masjid Qingjing boleh dikatakan didominasi gaya Arab. Akan tetapi, belakangan, corak tradisional Cina lebih tampak, terutama usai masjid tersebut direkonstruksi.

Setelah gempa bumi merusak Aula Fengtian, Aula Mingshan menjadi aula shalat utama masjid. Terletak di bagian barat laut Masjid, Aula Mingshan dibangun dengan gaya khas Cina dan lebih kecil dari Aula Fengtian. Aula Mingshan dibangun pada 1567, ketika Dinasti Ming masih berkuasa.

Bentuknya segi empat atau menyerupai kompleks perumahan tradisional Cina. Di sana-sini, terdapat tembok-tembok batu yang diukir prasasti beraksara Arab. Menurut dugaan, inskripsi itu berasal dari era Dinasti Song dan Yuan.

 

 

Di Paviliun Zhusheng, terdapat be berapa prasasti yang berisi informasi penting bagi mereka yang hendak mempelajari budaya Islam setempat. Prasasti itu, antara lain, menuturkan, Nabi Muhammad SAW pernah mengirimkan empat orang untuk misi dakwah di Cina sekitar 628.

Prasasti itu merupakan salah satu bukti pening galan Dinasti Ming. Seorang arkeolog juga telah mem verifikasi, di makam Quanzhou terdapat kuburan dua juru ceramah Muslim yang telah ada sejak era Dinasti Tang (618-907).

Masjid Qingjing hingga kini masih dimanfaatkan oleh umat Islam setempat, termasuk para turis. Jamaah masjid tersebut yang rutin datang mencapai seribu orang, baik jamaah lelaki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tiap waktu shalat Jumat, masjid ini biasanya didatangi sekitar 200 orang.

 
Berita Terpopuler