Bahan Kimia dalam Produk Tingkatkan Risiko Kanker Payudara

Risiko kanker payudara meningkat karena paparan bahan kimia dalam produk.

Pixabay
Setiap hari orang terpapar berbagai bahan kimia sintetis melalui produk yang mereka gunakan atau makanan yang dikonsumsi. Paparan tersebut dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bahan kimia umum, termasuk bahan dalam produk konsumen, pestisida, aditif makanan, dan kontaminan air minum, dapat menyebabkan sel-sel di jaringan payudara memproduksi lebih banyak hormon estrogen atau progesteron. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker payudara. 

Baca Juga

Temuan studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspectives. Menurut peneliti, setiap hari orang terpapar berbagai bahan kimia sintetis melalui produk yang mereka gunakan atau makanan yang dikonsumsi. Penelitian tersebut telah menemukan efek buruk dari bahan kimia dan bagaimana mereka dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

"Hubungan antara estrogen dan progesteron dan kanker payudara sudah sangat jelas," kata rekan penulis Ruthann Rudel, seorang ahli toksikologi dan direktur penelitian di Silent Spring Institute, dikutip dari Times Now News, Senin (26/7).

Rudel menyebut, masyarakat harus sangat berhati-hati dengan bahan kimia dalam produk yang dapat meningkatkan kadar hormon estrogen atau progesteron dalam tubuh. Kejadian pada tahun 2002 dapat menjadi contoh kasusnya.

Ketika itu, studi Women's Health Initiative menemukan terapi kombinasi penggantian hormon dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Begitu para perempuan berhenti minum obat tersebut, tingkat kejadian kanker payudara pun turun.

"Tidak mengherankan, salah satu terapi paling umum untuk mengobati kanker payudara adalah kelas obat yang disebut inhibitor aromatase yang menurunkan kadar estrogen dalam tubuh. Ini merampas sel kanker payudara dari hormon yang mereka butuhkan untuk tumbuh," kata Rudel.

Untuk mengidentifikasi faktor risiko bahan kimia ini, Rudel dan Silent Spring Bethsaida Cardona menyisir data lebih dari 2.000 bahan kimia yang dirilis oleh program ToxCast Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA). Tujuan dari ToxCast adalah untuk meningkatkan kemampuan para ilmuwan untuk memprediksi apakah suatu bahan kimia akan berbahaya atau tidak. 

Program tersebut menggunakan teknologi penyaringan kimia otomatis untuk mengekspos sel hidup ke bahan kimia dan kemudian memeriksa berbagai perubahan biologis yang disebabkannya. Dilaporkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives, Rudel dan Cardona mengidentifikasi 296 bahan kimia yang ditemukan untuk meningkatkan estradiol (suatu bentuk estrogen) atau progesteron dalam sel di laboratorium. 

Sebanyak 71 bahan kimia ditemukan meningkatkan kadar kedua hormon tersebut. Melalui penelitian itu ditemukan bahwa bahan kimia tersebut termasuk bahan dalam produk perawatan pribadi, seperti pewarna rambut, bahan kimia penghambat api dalam bahan bangunan dan perabotan, dan beberapa pestisida.

Para peneliti belum tahu bagaimana bahan kimia ini menyebabkan sel memproduksi lebih banyak hormon. Bisa jadi, bahan kimia tersebut bertindak sebagai aktivator aromatase, misalnya, yang akan menyebabkan tingkat estrogen yang lebih tinggi, menurut Cardona. 

"Apa yang kami ketahui adalah bahwa perempuan terpapar berbagai bahan kimia dari berbagai sumber setiap hari dan paparan ini bertambah," jelas Rudel.

Para peneliti di Silent Spring berharap penelitian ini akan menjadi peringatan bagi regulator dan produsen tentang cara mereka menguji bahan kimia untuk keamanan. Apalagi, tes keamanan saat ini pada hewan gagal melihat perubahan kadar hormon di kelenjar susu hewan sebagai respons terhadap paparan bahan kimia. 

"Studi ini menunjukkan bahwa sejumlah bahan kimia yang digunakan memiliki kemampuan untuk memanipulasi hormon yang diketahui berdampak buruk terhadap risiko kanker payudara," kata Dr Sue Fenton, associate editor untuk penelitian sekaligus ahli dalam pengembangan kelenjar susu di National Institute of Environmental.

"Yang paling memprihatinkan adalah jumlah bahan kimia yang mengubah progesteron, aktor potensial yang buruk dalam terapi penggantian hormon. Bahan kimia yang meningkatkan kadar progesteron di payudara harus diminimalkan," kata Dr Fenton.

Para peneliti menguraikan beberapa rekomendasi dalam studinya untuk meningkatkan pengujian keamanan bahan kimia demi membantu mengidentifikasi karsinogen potensial bagi payudara sebelum berakhir di produk. Mereka juga menyarankan penemuan cara untuk mengurangi paparan pada manusia, terutama selama periode kritis perkembangan, seperti selama masa pubertas atau kehamilan ketika payudara mengalami perubahan.

Proyek ini merupakan bagian dari Program Kimia Aman Silent Spring Institute yang mengembangkan cara baru yang hemat biaya untuk menyaring bahan kimia dalam efeknya pada payudara. Pengetahuan yang dihasilkan dari upaya tersebut akan membantu instansi pemerintah Amerika Serikat mengatur bahan kimia secara lebih efektif dan membantu perusahaan dalam mengembangkan produk yang lebih aman.

 
Berita Terpopuler