Kota Merv, Ibu Kota Kawasan Timur Dinasti Abbasiyah (II)

Sebagai pusat peradaban, Merv juga menjadi sumber ilmuwan-ilmuwan Muslim yang mumpuni

www.wmf.org/
Merv
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Sebagai pusat peradaban, Merv juga menjadi sumber ilmuwan-ilmuwan Muslim yang mumpuni, seperti Ahmad bin 'Abdallah al- Marwazi yang dikenal sebagai Habash al-Hasib.

Baca Juga

Ia adalah seorang astronom, ahli geografi, dan ahli matematika yang pertama kali menggambar rasio trigonometrik, sinus, kosinus, garis singgung, dan kototen. Habash juga menjadi salah satu ilmuwan yang terlibat dalam pengamatan astronomi yang berhubungan dengan gerhana matahari.

Al-Saghani, astronom, sejarawan, dan ahli matematika, juga lahir dan besar di Merv. Ia mengikuti jejak Banu Musa yang mendalami segitiga dan merumuskannya sebelum dilakukan ilmuwan Yunani. Ada pula Ibnu Ahmad al-Kharaqi yang juga dikenal sebagai al- Marwazi dari Kharaq, dekat Kota Merv.

Beberapa karya Ibnu Ahmad al-Kharaqi, antara lain, kitab Muntaha al-Idrak fi Taqsim al-Aflak, Al-Tabsira fi 'Ilm al-Haya', Al-Ri sala al-Shamila, dan Al-Risala al-Maghri biya. Sayang, dua kitab terakhir tak berhasil diselamatkan. Salah satu bagian kitab Mun taha mendeskripsikan lima samudra yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Ilmuwan Muslim lain yang lahir di bumi Merv adalah sejarawan Al-Tamimi al-Sam'ani. Ia lahir di Merv pada 1113 dan wafat di Merv pula pada 1166. Al-Tamimi melanjutkan penulisan sejarah Baghdad yang sudah dimulai al-Khatib. Ia juga melakukan studi tentang marga-marga Arab beserta silsilahnya yang ditulis ke dalam delapan volume buku.

 

Marga-marga dari orang-orang terkenal ia kumpulkan saat ia melakukan perjalanan. Kitab bernama An-Ansab itu mencakup marga Persia, Tran soxiana (Uzbekistan dan Ka zakhstan), dan Asia Tengah. Kitab Al-Ansab yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan The Lubab kemudian dikompilasi oleh seorang sejarawan bernama Ibnu al-Athir.

Sayangnya, tak ada kitab Ansab yang lengkap. Penelusuran karya lengkap al-Tamimi seharusnya bisa dilakukan melalui karya Ibnu al-Athir dan al-Su yuti. Karya-karya Ibnu al-Athir dan al- Suyuti juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman.

Ulama besar atau mungkin terbesar dari Merv adalah Abderahman al-Khazini. Al Khazini ada lah seorang praktisi matema tika di bawah perlindungan pengadilan Seljuk.

Dia adalah seorang pertapa dan menolak segala macam bentuk hadiah. Hidupnya sangat bersahaja, cukup hanya dengan tiga dinar dalam setahun. Prestasinya dalam bidang astronomi meliputi deskripsi tentang pembangunan jam air yang dirancang untuk tujuan astronomi.

Al-Khazini juga dikenal karena bukunya Kitab Mizan al-Hikma (/Kitab Keseimbangan Kebijaksanaan) menjadi ensiklopedi rujukan fisika Muslim. Ia juga menulis Kitab Mizan al-Hikma. Kitab ini menerangkan, antara lain, tentang keseimbangan hidrostatik, teori statika dan hidrostatik, serta topik lainnya.

 

 

 

Usai Perang Salib (1095- 1291), dunia Islam harus pula mengalami serangan dari kerajaan di Timur, yakni Mongol. Pada 1220 Genghis Khan dan pasukannya menyerang wilayah kekuasaan Muslim. Hanya dalam setahun, pasukan yang dikomandani anak Genghis, Jagtai, memorak-porandakan wilayah Islam dan membunuh tak kurang dari 30 ribu Muslim.

Bukhara dibumihanguskan, Samarkand dan Balkh diacak-acak. Pasukan Mongol juga merusak bendungan Laut Aral yang menyebabkan kekeringan hebat seratus tahun kemudian.

Merv juga tak luput dari sentuhan keji Pasukan Mongol. Merv dibakar, akibatnya banyak perpustakaan hangus. Kejayaan ilmu pengetahuan di Merv menjadi abu setelahnya. Masjid, fasilitas umum, dan makam Suntan Sanjar juga ditelan api. Sebanyak 1,3 juta orang kehilangan nyawa.

Ibnu al-Athir menuliskan serial penyerangan Pasukan Mongol ini dalam catatannya. Ia menggambarkan betapa mengerikannya serangan yang dilakukan Bangsa Mongol. "Ini bencana besar yang tak pernah terjadi sebelumnya. Pasukan Mongol tak membiarkan tiap kota yang mereka lalu. Mereka membunuh perempuan dan lelaki, anak-anak, dan dewasa,'' tulis al-Athir.

Ketika Merv dikunjungi pada abad ke-14 oleh Ibnu Batutah, kehancuran itu masih terlihat sangat menyakitkan. Mustawli juga melihat bahwa sebagian besar kota masih dalam bentuk reruntuhan dan debu pasir beterbangan memedihkan mata.

Hafiz Abru menambahkan, Bangsa Mongol telah merobohkan semua bendungan dan tanggul besar yang dulu menjadi sumber kehidupan. Kini, sebagian Merv menjelma sebagai rawa-rawa gurun. 

 

Pembantaian yang menghancurkan Merv dan sejumlah kota lain, seperti Bukhara, Samarkand, Nishapur, dan Baghdad merupakan titik terendah dalam sejarah Timur Tengah. Penderitaan dan keterpurukan itu bahkan terus berlanjut hingga berabad-abad kemudian. 

 
Berita Terpopuler