Terinfeksi Dua Varian Sekaligus, Kok Bisa?

Warga Belgia wafat setelah terinfeksi dua varian SARS-CoV-2 sekaligus.

www.freepik.com
Tes serologi (Ilustrasi). Belgia mencatat satu kasus koinfeksi pertama yang melibatkan dua varian virus penyebab Covid-19 secara simultan.
Rep: Farah Noersativa Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, AALST -- Seorang warga Belgia berusia 90 tahun meninggal setelah menderita infeksi simultan dari dua varian Covid-19. Perempuan yang belum divaksinasi itu dinyatakan positif setelah masuk ke rumah sakit OLV di Aalst pada Maret 2021 lalu.

Dilansir laman Fox News, Senin (12/7), nenek tersebut dibawa ke rumah sakit setelah terjatuh beberapa kali. Tingkat saturasi oksigennya tersebut pada awalnya baik. Akan tetapi, kondisinya memburuk dengan cepat.

Menurut laporan Guardian, nenek itu meninggal lima hari kemudian. Autopsi mengungkapkan, dia terinfeksi varian Alpha dan Beta sebelum kematiannya.

"Ini adalah salah satu kasus koinfeksi pertama yang terdokumentasi dengan dua varian SARS-CoV-2 yang menjadi perhatian (variant of interest)," kata pihak dari rumah sakit OLV yang diwakili oleh Anne Vankeerberghen. 

Baca Juga

Varian Alpha dan Beta memang tengah beredar di Belgia pada saat itu. Jadi, kemungkinan perempuan itu terinfeksi virus yang berbeda dari dua orang yang berbeda.

"Sayangnya kami tidak tahu bagaimana dia terinfeksi," tuturnya.

Varian Alpha pertama kali muncul di Inggris, sedangkan strain Beta awalnya terdeteksi di Afrika Selatan. Infeksi kemungkinan berasal dari orang yang berbeda.

Sebaran Varian Baru Corona di DKI Jakarta - (Infografis Republika.co.id)



Para peneliti di rumah sakit tidak dapat mengatakan apakah koinfeksi berperan dalam cepat turunnya kondisi perempuan tersebut. Pada Januari 2021, para ilmuwan di Brasil melaporkan dua orang telah terinfeksi secara bersamaan dengan dua jenis virus corona yang berbeda.

Menurut Medical Express, penelitian tentang pasien tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Vankeerberghen menduga, kurangnya pengujian untuk varian telah memungkinkan kasus koinfeksi serupa tidak terdeteksi.

"Karena koinfeksi dengan varian yang mengkhawatirkan hanya dapat dideteksi dengan analisis volatile organic compound (VOC) dari sampel positif, kami akan mendorong para ilmuwan untuk melakukan analisis VOC yang cepat, mudah, dan murah dengan PCR ((polymerase chain reaction) pada sebagian besar sampel positif mereka, bukan hanya whole genom sequensing dalam proporsi kecil," kata Vankeerberghen.

 
Berita Terpopuler