Polisi Buru Pelaku Pembunuhan Presiden Haiti

Sejauh ini empat tersangka telah ditembak mati terkait pembunuhan presiden Haiti

EPA-EFE/Jean Marc Herve Abelard
Agen polisi bekerja di dekat rumah presiden Haiti yang terbunuh, Jovenel Moise, di Port-au-Prince, Haiti, 07 Juli 2021. Empat tersangka pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh oleh polisi dan dua lainnya ditangkap Rabu ini, kata Direktur Jenderal Polisi, Leon Charles. Presiden Moise ditembak mati pada dini hari selama serangan oleh orang-orang bersenjata di kediamannya, sebuah serangan di mana istrinya, Martine, juga terluka.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, PORT AU PRINCE -- Pasukan keamanan Haiti memburu pelaku pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Sejauh ini empat tersangka telah ditembak mati, dan dua orang lainnya berhasil ditangkap pada Rabu (7/7).

Baca Juga

Direktur Jenderal Polisi Leon Charles mengatakan, empat orang yang tewas adalah tentara bayaran. Dia menambahkan bahwa, pasukan keamanan terlibat baku tembak dengan para pelaku.

"Kami memblokir mereka dalam perjalanan saat mereka meninggalkan TKP. Sejak itu, kami telah bertarung dengan mereka. Mereka akan dibunuh atau ditangkap," ujar Charles.

Moise yang menjabat pada 2017, ditembak mati dan istrinya, Martine Moise terluka parah ketika pembunuh bersenjata berat menyerbu rumah mereka di Port-au-Prince pada Rabu sekitar pukul 01.00 waktu setempat.  

Duta besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS), Bocchit Edmond, mengatakan, orang-orang bersenjata itu adalah tentara bayaran asing yang terlatih baik. Dia menambahkan, pelaku menyamar sebagai agen Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA) saat mereka memasuki rumah Moise yang dijaga ketat. 

DEA memiliki kantor di ibu kota Haiti untuk membantu pemerintah dalam program kontranarkotika. Istri Moise, Martine, dalam kondisi stabil tetapi kritis dan telah dievakuasi ke Miami untuk perawatan lebih lanjut.

Perdana Menteri sementara Haiti, Joseph Claude, mengatakan, para pembunuh berbicara bahasa Inggris dan Spanyol. Padahal, mayoritas penduduk di Haiti berbicara bahasa Prancis dan Kreol Haiti.

“Saya menyerukan ketenangan. Semuanya terkendali. Tindakan barbar ini tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Joseph.

 

Pemerintah Haiti telah mengumumkan keadaan darurat selama dua minggu untuk memburu para pembunuh. Dalam wawancara  dengan kantor berita The Associated Press, Joseph menyerukan penyelidikan internasional atas pembunuhan tersebut. Dia mengatakan, kasus pembunuhan Moise tidak menjadi penghalang untuk menggelar pemilihan umum pada akhir tahun ini.

“Kami membutuhkan setiap orang untuk memajukan negara ini. Dia (Moise) adalah seorang pria pemberani yang telah menentang beberapa oligarki di negara ini. Kami percaya hal-hal itu bukan tanpa konsekuensi," kata Joseph.

Haiti telah berjuang untuk mencapai stabilitas sejak jatuhnya kediktatoran dinasti Duvalier pada 1986, dan telah bergulat dengan serangkaian kudeta dan intervensi asing. Sejak Moise menjabat sebagai presiden pada 2017, dia telah menghadapi seruan untuk mengundurkan diri dan aksi protes.

Moise menghadapi tuduhan korupsi dan pengelolaan ekonominya yang buruk. Cengkraman Moise pada kekuasaan dinilai semakin meningkat.

Akhir-akhir ini, Moise memimpin dalam keadaan paling buruk. Terjadi kekerasan geng yang diduga terkait dengan politik. Selain itu, para pemimpin bisnis menggunakan kelompok bersenjata untuk tujuan mereka sendiri. 

 
Berita Terpopuler