Kelompok Anak yang Dominan Alami MIS-C Saat Kena Covid-19

MIS-C mengusik anak-anak yang positif Covid-19.

Newsflash / Consejo Jenderal De Colegios Ofic
Lesi ungu sangat mirip dengan cacar air, campak, atau bengkak akibat kedinginan dihubungkan dengan sindrom peradangan multisistem pada anak yang positif Covid-19.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak yang terinfeksi SARS-CoV-2 berisiko mengembangkan sindrom inflamasi multisistem (MIS-C). Gejala MIS-C termasuk peradangan berbagai organ, yang bisa ditangani, namun dapat juga berakibat fatal.

Sebuah studi dari Children’s National Hospital di Washington DC, Amerika Serikat, menemukan bahwa MIS-C secara tidak proporsional memengaruhi anak-anak kulit hitam dan Latin. Anak kulit hitam, menurut studi tersebut, paling berisiko mengembangkan MIS-C.

Baca Juga

Dilansir laman Medical News Today pada Kamis (1/7), sekitar 49 persen kasus MIS-C pada pasien cilik positif Covid-19 dialami oleh anak berkulit hitam. Sebanyak 45 persen lainnya merupakan anak keturunan latin.

Masih banyak yang harus dipelajari tentang MIS-C, termasuk cara terbaik untuk mengobatinya. Sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C) adalah salah satu ancaman paling parah dan membingungkan yang terkait dengan infeksi SARS-CoV-2.

Kondisi yang berpotensi mengancam jiwa ini terutama memengaruhi orang di bawah 21 tahun. Hal ini ditandai dengan peradangan pada jantung, paru, otak, ginjal, mata, kulit, atau organ pencernaan.

MIS-C bisa ditangani jika terdeteksi cukup dini. Namun, ini adalah penyakit eksklusi hingga diagnosisnya menjadi sulit. Apalagi, anak-anak positif Covid-19 yang mengalami MIS-C terkadang tidak menunjukkan gejala, tanpa memperlihatkan tanda-tanda bahwa infeksi telah terjadi.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat melaporkan bahwa 3.724 anak di negaranya telah didiagnosis MIS-C pada Mei 2021. Studi ini menemukan bahwa komplikasi jantung, termasuk disfungsi miokard sistolik dan regurgitasi katup, sering terjadi di anak-anak sakit kritis yang mengalami MIS-C.

Studi ini menunjukkan bahwa deteksi dini dan pengobatan standar hampir dapat menghilangkan kematian jangka pendek sebagai akibat dari kondisi tersebut.

Studi ini menemukan pasien MIS-C dengan dan tanpa infeksi aktif. Para peneliti juga menemukan bahwa pasien MIS-C dengan virus yang terdeteksi memiliki viral load lebih rendah daripada anak-anak dengan diagnosis utama Covid-19. Viral load mereka kira-kira sebanding dengan anak-anak dalam kelompok kontrol yang dites positif SARS-CoV-2.

Dr. Roberta DeBiasi, penulis utama studi dan kepala divisi penyakit menular pediatrik di Children's National Hospital mengatakan bahwa data seperti ini akan sangat penting untuk pengembangan uji klinis seputar implikasi jangka panjang MIS-C. Studi tersebut dipublikasikan di The Journal of Pediatrics.

"Studi kami menyoroti fitur demografis, klinis, dan biomarker penyakit ini, viral load, serta sekuensing virus." ujar Dr. DeBiasi.

Studi observasional ini meneliti pengalaman 124 pasien anak di Children's National Hospital. Dari jumlah tersebut, 63 didiagnosis dengan MIS-C dan 61 akhirnya didiagnosis dengan kondisi yang berbeda, meskipun gejalanya serupa, dan disajikan sebagai kelompok kontrol.

Usia rata-rata pasien adalah 7,25 tahun. Dari mereka yang mengalami MISC sebanyak 2,52 persen sakit kritis. Pengujian positif melalui RT-PCR, serologi, atau tes antigen untuk infeksi SARS-CoV-2 saat ini atau sebelumnya adalah salah satu persyaratan untuk diagnosis MISC-2.

Konsisten dengan pemikiran saat ini bahwa MIS-C terjadi beberapa pekan setelah terinfeksi virus penyebab Covid-19. Lebih banyak anak dengan MIS-C yang dites positif untuk antibodi SARS-CoV-2, menunjukkan paparan pada masa lalu virus corona tipe baru tersebut.

 
Berita Terpopuler