Detik-Detik Israel Mengebom Gedung Media di Gaza 

Para jurnalis mengatakan tidak ada Hamas di gedung tersebut.

REUTERS/Ashraf Abu Amrah
Ledakan terlihat di gedung yang merupakan apartemen hunian dan kantor media Associated Press dan Aljazirah di Gaza, Sabtu (15/5). Israel melancarkan serangan udara ke gedung tersebut.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kurang dari satu jam, jurnalis lepas Palestina, Youmna al-Sayed harus bergegas pindah ke tempat aman dari menara Al-Jalaa. Gedung 12 lantai tersebut menampung sekitar 60 apartemen hunian dan sejumlah kantor termasuk Aljazirah Media Network dan Associated Press.

Baca Juga

Lift hanya bisa digunakan untuk mengevakuasi anak-anak dan orang tua. Sementara yang lain, harus berlari menuruni setiap anak tangga.

“Siapa pun membantu anak-anak turun dan membawa mereka ke bawah. Kami semua berlari cepat,” kata al-Sayed.

Sebelumnya, tentara Israel memberi peringatan melalui telepon warga hanya memiliki waktu satu jam untuk evakuasi. Karyawan Aljazirah, Safwat al-Kahlout juga harus melarikan diri dengan cepat bersama rekan-rekannya. Dengan tergesa-gesa, mereka mengumpulkan peralatan kantor yang bisa diambil, terutama kamera.

Pemilik gedung, Jawad Mahdi mencoba meminta waktu tambahan 10 menit agar para karyawan bisa mengambil kamera. Namun, petugas Israel tidak bisa memberikan waktu lebih karena Israel telah memberikan waktu satu jam untuk evakuasi. 

“Saat mendengar jawaban petugas, saya mengatakan ‘kamu telah menghancurkan pekerjaan kami, kenangan, dan hidup kami,” kata Mahdi.

 

Tentara Israel mengklaim ada kepentingan militer intelijen Hamas di gedung itu dan menuduh kelompok yang menjalankan wilayah tersebut menggunakan jurnalis sebagai tameng. Akan tetapi, sampai saat ini tidak ada bukti yang mendukung klaim itu.

“Saya telah bekerja di kantor ini selama lebih dari 10 tahun dan saya tidak pernah melihat sesuatu yang mencurigakan. Kami memiliki banyak keluarga yang kami kenal lebih dari 10 tahun,” kata al-Kahlout.

Presiden dan CEO AP Gary Pruitt menyebut karyawannya telah berada di sana selama sekitar 15 tahun. Dia merasa tidak ada Hamas. 

Saat proses evakuasi dilakukan, wartawan AP Fares Akram mengaku tengah tidur. Dia tersadar ketika rekan-rekannya berteriak “Evakuasi! Evakuasi!”. Secepat kilat, dia mengambil apa yang ia bisa, seperti laptop, barang elektronik, dan beberapa barang di mejanya. Kemudian ia berlari menuruni tangga dan menuju mobilnya.

Ketika jarak Akram cukup jauh dari gedung, dia menghentikan mobilnya dan melihat serangan pesawat tak berawak menghantam gedung diikuti oleh tiga serangan kuat dari jet tempur F-16. 

“Asap dan debu menyelimuti segalanya. Langit bergemuruh. Bangunan yang menjadi rumah dan kantor bagi beberapa orang telah lenyap dalam selimut debu,” ujar dia.

 

Al-Sayed yang telah meliput pengeboman Israel untuk Aljazirah dan telah bekerja untuk AP mengatakan dia tidak dapat memahami ancaman apa yang dapat ditimbulkan oleh sebuah bangunan yang menampung keluarga dan kantor pengacara, dokter, dan pekerja media. Sampai saat ini belum ada laporan tentang korban jiwa. 

Namun, yang tersisa hanyalah puing-puing menara al-Jalaa dan kenangan. “Kenangan bertahun-tahun bekerja di gedung ini, tiba-tiba semuanya menjadi puing-puing. Lenyap begitu saja,” ucap al-Kahlout.

Dilansir Aljazirah, Ahad (16/5), al-Jalaa dibangun pada pertengahan 1990-an yang merupakan salah satu gedung tinggi tertua di Kota Gaza. Pengeboman al-Jalaa yang dikutuk banyak orang sebagai upaya membungkam wartawan yang meliput serangan Israel terjadi hanya beberapa jam setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati. 

Kejadian itu menewaskan 10 anggota keluarga yang terdiri dari delapan anak dan dua wanita. Setidaknya 145 warga Palestina, termasuk 39 anak-anak gugur di Jalur Gaza sejak serangan udara Israel di wilayah pesisir Palestina dimulai pada Senin. Sementara sekitar 950 lainnya terluka.

https://www.aljazeera.com/news/2021/5/15/give-us-10-minutes-how-israel-bombed-gaza-media-tower

 
Berita Terpopuler