Mengenal Berbagai Macam Kondisi Autisme

Gejala autisme tidak punya pola pakem.

Republika/Yasin Habibi
Autimaze: Anak autis dan ibunya melintas di poster Autimaze dalam kampanye peduli anak autis yang bertema
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang dengan autisme punya masalah berkomunikasi, berinteraksi dengan orang lain atau melakukan kontak mata.

Gejala autisme tidak punya pola pakem. Ada banyak perilaku khas yang beragam yang masuk dalam apa yang disebut spektrum gangguan autisme.

Orang dengan Sindroma Asperger, contoh figur paling beken adalah Elon Musk dan Greta Thunberg – bisa memiliki kemampuan atau bakat luar biasa. Kemampuan ini biasanya diangkat jadi sorotan media. Atau dijadikan basis untuk membuat film yang laku di pasaran. Salah satu contohnya film Rain Man dari 1988 yang dibintangi Dustin Hoffman dan Tom Cruise.

Dustin Hoffman yang memerankan Raymond seorang pengidap autisme, yang mampu mengingat banyak sekali rangkaian angka. Namun, dia tidak mampu menjalani kehidupan normal sehari-hari dan dirawat di panti untuk orang dengan gangguan mental.

Baca Juga

Filmnya berbasis kehidupan Kim Peek, warga AS yang menurut keterangan sendiri, punya kemampuan luar biasa, mengingat isi 12.000 di luar kepala.

Gangguan yang dikategorikan penyakit
Profesor Hannelore Ehrenreich, kepala bagian neurologi klinik di Max-Planck-Institut untuk kedokteran eksperimental di Göttingen melakukan riset dengan pasien yang memiliki kemampuan atau bakat luar basa semacam itu.

"Jika saya menanyakan, apa yang terdapat dalam buku telefon halaman 923 di bagian tengah, mereka bisa menjawab cepat dengan entengnya. Tapi, di pagi hari mereka mengalami kesulitan untuk memakai baju dan sepatu. Ada yang memakai seatu dulu, setelah itu baru memakai celana. Artinya, mereka perlu bantuan untuk mengerjakan hal normal sehari-hari", tutur prof. Ehrenreich.

Ganguan autisme ini, lebih jauh bisa dikategorikan sebagai penyakit. "Definisinya, penyakit dari orang dewasa, yang tidak bisa mengurusi diri sendiri dan harus mendapat pertolongan," kata pakar neurologi itu lebih lanjut.

Salah satu ciri khas penderita autisme adalah, memiliki kesulitan melakuan komunikasi dan interaksi dengan orang lain dan tidak bisa mengenali emosi.

 

Gejala tipikal
Pengidap autisme sangat sulit memahami orang lain, memahami aturan atau menyentuh orang lain secara intuitif. Juga pengidap autisme sangat sulit menyesuaikan diri pada perubahan atau pada situasi yang tidak biasa.

Mengenali dan mengerti isyarat tubuh atau mimik wajah orang lain, bagi pengidap autisme seringkali tidak memungkinkan. Cara komunikasi non-verbal semacam ini, bagi pengidap autisme berat, ibaratnya bahasa asing yang tidak dimengerti.

Yang terpenting bagi mereka, adalah mengikuti ritual yang ajeg. Misalnya, pensil harus selalu diletakkan di tempat yang sama dengan sudut tertentu pada penghapus. Ritual ini tidak boleh diubah oleh siapa pun.

"Ada yang mengidap spektrum gangguan autisme dalam kategori berat. Penyebabnya seringkai gangguan perkembangan berat, yang memunculkan simptoma khas autisme," ujar prof. Ehrenreich.

"Autisme adalah gangguan sangat kompleks. Riset harus dilakukan secara lintas keilmuan. Pilar terpentingnya adalah psikiatri dan neurologi, disamping genetika dan neurobiologi. Dengan begitu dimungkinkan pengembangan terapi untuk bentuk autisme tertentu," kata pakar neurologi dari Göttingen itu.

Tidak ada obat penyembuh autisme
Sejauh ini tidak ada obat untuk pengidap autisme dengan gangguan berat. Tidak ada kandidat obat potensial yang bisa melakukan terobosan besar. Misalnya Oxytocin yang merupakan unsur pembawa pesan dari tubuh. Hormon ini bereaksi langsung di dalam otak lewat pembuluh darah.

"Para peneliti mengamati, hormon ini bisa memperbaiki interaksi sosial pada pengidap autisme, namun hanya dalam jangka waktu singkat. Tidak ada efek menetap. Akan tetapi, lewat pengalaman baru, pengidap autisme bisa dirangsang agar memulai psikoterapi perilaku," ujar pakar neurologi Ehrenreich.

Kini sudah ada bank data cukup lengkap mengenai autisme, yang pengumpulan datanya dimulai 2004 oleh Prof.Ehrenreich. "Ketika saya memulai bank data, banyak orang yang tidak menganggap saya cukup serius. Banyak yang berpendapat, dengan bantuan pemeriksaan genetika atau analisa darah, mereka bisa menemukan semua penyebab gangguan," paparnya.

Prof.Ehrenreich juga menegaskan, ciri khas autisme tidak selalu berati penyakit, melainkan bagian dari perilaku manusia normal. Barulah pada kasus ekstrem, itu disebut gangguan atau penyakit.

"Jika kita mengukur setiap orang di dunia terkait ciri khas autisme ini, akan terdata sangat banyak orang yang memilikinya," ujar ilmuwan Jerman itu. Pasalnya spektrum ciri khas autisme itu amat luas dan tidak selalu berarti hal itu adalah gangguan.

sumber: https://www.dw.com/id/orang-dengan-autisme-memang-beda/a-57497869

 
Berita Terpopuler