Satu Syawal yang Pilu di Gaza

Serangan di Gaza mengusik nurani kita.

.
Rep: Yudha Manggala P Putra Red: Retizen

Sumber: republika.co.id

Suara ledakan, gedung bergetar. Itulah 'ingar-bingar' malam satu Syawal 1442 Hijriah di Jalur Gaza, Palestina. Sejak petang hingga pagi, nyaris seluruh masyarakat kawasan ini terus terjaga. Sulit membayangkan mereka dapat tidur nyenyak. Dentuman demi dentuman terus menyalak. Dinding tidak henti bergemeretak.

Lupakan kegembiraan malam Idul Fitri yang semarak. Itu dapat terjadi di negara lain seperti Indonesia. Namun, tidak untuk Gaza. Suasananya jauh dari serupa. Jalanan sepi. Pilu menyelimuti. Orang-orang memilih bertahan di kediamannya. Bersama keluarga, sebagian mungkin hanya bisa menunggu dan berdoa dalam hati. Agar ujian berat ini segera teratasi, kezaliman runtuh dari muka bumi.

Sudah berhari-hari, Gaza, kawasan yang berbatasan dengan Israel timur dan utara, dibombardir. Militer Israel melancarkan serangan udara di mana-mana. Tak sedikit bangunan rata dengan tanah dihantam peluru jet. Gedung tinggi dekat pusat belanja di pusat gaza pun runtuh digasaknya. Sasarannya pejuang Hamas, klaim tentara. Namun faktanya, wanita, ibu hamil, dan anak-anak ikut menjadi korbannya.

Laporan terakhir dari Menteri Kesehatan Gaza, korban jiwa akibat serangan Israel mencapai 69 orang. Dari jumlah itu, terdapat 17 anak dan delapan wanita. Lebih dari 390 orang lainnya terluka.

Letusan kekerasan ini dimulai di Yerusalem. Polisi Israel melakukan tindakan keras selama Ramadhan. Ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi memicu protes dan bentrokan dengan polisi. Serangan kemudian terjadi di kompleks Masjid Al-Aqsa. Di lokasi suci itu, polisi Israel menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah pengunjuk rasa. Pemrotes hanya bisa bertahan dengan melemparkan kursi dan batu ke arah mereka.

Dari situ serangan demi serangan meluas. Hamas kemudian turun tangan, mengaku untuk membalas. Pasukan Israel makin beringas. Pertempuran berlangsung hingga hari ini. Ia diperkirakan akan terus berlangsung lama.

Kamis tadi, di tengah situasi mencekam, ribuan warga Palestina akhirnya tetap berupaya menunaikan shalat Idul Fitri secara khusyu. Tidak hanya di lapangan-lapangan sederhana di Gaza, juga di kompleks Al-Aqsa. Meski berbeda dari sebelumnya. Tidak banyak kegembiraan terasa sesudahnya. Mungkin, hanya tersisa harapan dan doa.

Kecamuk di Gaza, seperti seharusnya, mengusik nurani kita. Bukan hanya Muslim, juga bagi setiap manusia. Bagaimana kesedihan banyak mengalir darinya. Uluran tangan tentu dibutuhkan untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang terdampak di sana. Berikan doa terbaik kita. Semoga kedamaian segera hadir di Gaza dan seluruh Palestina.

Referensi: Aljazeera, The Telegraph, Republika.co.id

 
Berita Terpopuler