Sulitnya Menemukan Qari Perempuan di Barat

Butuh beberapa tahun bahkan lebih untuk berlatih menjadi qari

Republika/Agung Supriyanto
Alquran
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi qari tidaklah mudah. Butuh beberapa tahun bahkan lebih untuk berlatih menjadi qari

Baca Juga

Madinah Javed, 25 tahun, aktivis dari Glasgow, Skotlandia misalnya, memulai menjadi qari sejak usia dini. Di awal, Javed berlatih tajwid, yakni hukum baca Alquran. Sekitar 20 tahun mempelajari cara membaca Alquran yang baik dan benar, Javeb pun menjadi qari.

Ia bahkan sempat diundang untuk membacakan ayat-ayat suci Alquran pada 2017. Banyak audiens yang memuji keindahan cara Javed membaca Alquran. Namun, ketika video itu diunggahnya di media sosial, Javed justru bukan mendapatkan pujian melainkan makian dan bahkan mengarah teror.

Beberapa bulan Javed mendapat pesan teror bernada kebencian. Ia merasa tertekan bahkan sempat terpikir untuk mengganti nama.Banyak muslimah di Inggris mengirimkan simpati kepada Javed atas apa yang dialaminya. Mereka merasa terinspirasi apa yang dilakukan Javed. 

Di sejumlah negara Muslim seperti Indnesia, Aljazair, Nigeria, Malaysia, dan Bosnia-Hezergovina tidak mempersoalkan muslimah menjadi qari. Namun, di Barat dan negara berpenduduk Muslim lainnya masih ada yang melarang karena suara perempuan termasuk aurat yang harus dijaga. Karenanya, mereka tidak diperkenankan untuk membaca Alquran di depan umum.

"Saya fokus pada seluruh kemampuan saya untuk membuat sesuatu yang bermanfaat. Saya menyadari tidak ada qari perempuan di sini, jadi saya seperti melempar gelas dari ketinggian,"kata dia seperti dilansir aljazirah.

Javed bersama komunitas qari perempuan coba untuk mematahkan tradisi tersebut. "Visi saya komunitas ini menjadi tempat bagi seluruh perempuan untuk berbagi untuk menghidupkan tradisi bersama sebagai seorang saudara,"katanya.

 

Ramadhan

Pada bulan suci Ramadhan, membaca Alquran merupakan ibadah yang dianjurkan. Menariknya, sejumlah aplikasi Alquran di Barat tidak menampilkan qari perempuan.

Pada tahun 2015, Jerus Tanner Rhodes, Profesor Islam dan Keterlibatan Antaragama di Union Theological Seminary yang berbasis di New York, meluncurkan petisi online bernama #Addafemalereciter yang menyerukan kepada QuranExplorer untuk menambahkan Qari perempuan ke aplikasi dan situs webnya.

Enam tahun kemudian hanya ada satu aplikasi, Android QAT yang diketahui memiliki qari'ah Maria Ulfa yang terkenal di Indonesia.

Selain perbedaan pendapat, alasan kedua mengapa aplikasi Alquran tidak menambahkan suara perempuan adalah karena hanya sedikit qari perempuan.

“Perlu ada upaya terkonsentrasi untuk itu. Membaca Alquran, bahkan jika Anda tidak menjadi qari adalah wajib dan Muslim harus tahu bagaimana membaca Alquran. Memiliki keragaman suara adalah bagian dari kewajiban itu," katanya.

Bagi Javed, usai mengunjungi Bosnia selama Ramadhan pada tahun 2019, dia mendengar qari perempuan di masjid untuk pertama kalinya.

“Saya hanya berhenti sejenak untuk menikmatinya. Seberapa sering kita mendengar seorang perempuan membaca Alquran, apalagi dari masjid. Saya mendengar pembacaan ayat-ayat suci itu begitu indah, dan jelas. Itu luar biasa, ”kata Javed.

Menurut Javed, pada 1.400 tahun yang lalu di masa Nabi Muhammad SAW, adalah normal mendengar perempuan membaca Alquran untuk semua kalangan baik laki-laki maupun perempuan. Bacaan mereka terdengar menggema sehingga terdengar banyak orang. Salah satu qarinya adalah Ummu Waraqa. Dia adalah seorang sahabat Nabi yang hafal Alquran.

"Dia akan mengajarkan Alquran kepada orang lain dan bacaannya dapat didengar oleh orang-orang yang melewati rumahnya di luar," kata Javed.

Teman Javed, Fazeela Selberg Zaib, mencatat beberapa tahun yang lalu tidak menemukan qari perempuan di Spotify. Karenanya, ia begitu emosional ketika menemukan qari perempuan asal Mesir pada aplikasi musik tersebut. 

"Kita seharusnya memiliki banyak qari perempuan. Itu adalah tradisi kita, harusnya ini tidak terjadi di Inggris dan Amerika,"katanya.

 

 

Hadiah

Asma Elbadawi dari Inggris, salah seorang qari perempuan yang mengunggah pengajian secara online. Asma mengungkap, dirinya sejak kecil didik untuk mempelajari Alquran. Ia juga kerap mengikuti kompetisi membaca Alquran di komunitasnya. 

"Itu adalah sesuatu yang dipandang sebagai hak istimewa untuk belajar dan membaca Alquran," kata Elbadawi kepada Aljazirah.

“Bagi saya, saya tumbuh dengan mendengarkan Alquran. Untuk beberapa alasan, selama bertahun-tahun, qari perempuanmenjadi sesuatu yang tidak sering saya lihat. Itu hampir seperti dilarang, tapi sebenarnya tidak. Ada pemahaman bahwa perempuan tidak diperbolehkan menjadi qari. Padahal ketika perempuan berbagi bacaan Alquran, itu menginspirasi perempuan lain untuk meluangkan waktu untuk belajar, membaca dan menikmati Alquran,"katanya.

Tanner Rhodes mengungkap, kini di negara-negara seperti Amerika Serikat, banyak hal mulai berubah karena organisasi Islam memperbolehkan qari perempuan membaca Alquran di depan umum.  “Bagi perempuan, khususnya, belajar Alquran sangat berharga dan merupakan hal yang indah untuk dilakukan dan berkomitmen pada diri sendiri untuk mempelajarinya, itu adalah salah satu bentuk ibadah. Itu hal yang sangat berharga, "kata Tanner Rhodes.

“Membaca Alquran adalah hal yang baik dan bermanfaat,” katanya lagi.

 

 
Berita Terpopuler