Kepala Intelijen Israel Kunjungi Bahrain, Apa Agendanya?

Kepala Badan Intelijen Israel akan membahas sejumlah isu termasuk soal Iran

Mossad
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA – Kepala badan intelijen Israel, Mossad, Yossi Cohen melakukan kunjungan ke Bahrain pada Kamis (6/5). Dia disebut bakal membahas beberapa isu dengan sejumlah pejabat di sana, termasuk soal Iran.

Baca Juga

Dalam laporannya, Bahrain News Agency (BNA) mengatakan Cohen bertemu dengan kepala intelijen nasional dan keamanan strategis Bahrain. “Mereka membahas topik keamanan yang paling menonjol, perkembangan regional, dan masalah yang menjadi kepentingan bersama,” kata BNA tanpa memberikan penjelasan lebih terperinci.

Bahrain adalah satu dari empat negara Muslim yang melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel tahun lalu. Tiga negara lain yang melakukan hal serupa adalah Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, dan Maroko.

Kunjungan Cohen ke Bahrain berlangsung saat Amerika Serikat (AS) dan Iran sedang melakukan pembicaraan tak langsung mengenai pemulihan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) di Wina, Austria. Pada Oktober 2018, mantan presiden Donald Trump diketahui menarik AS dari kesepakatan tersebut.

Israel dan negara-negara Teluk Arab sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan atas pemulihan pendekatan AS yang lunak terhadap Iran. Sebab, Washington tidak membahas program rudal balistik dan dukungan Iran untuk proksi regional.

 

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut AS dan Iran telah menyatakan tujuan untuk kembali mematuhi JCPOA. "Kami telah terlibat secara konstruktif dalam proses diplomatik untuk mencapai tujuan itu, dan pada akhir pekan lalu kami mengeksplorasi pendekatan konkret yang dapat kami ambil, langkah-langkah yang akan diambil oleh AS dan Iran untuk kembali pada kepatuhan," ujarnya pada 14 April lalu.

Menurut Blinken, negaranya menunjukkan dengan sangat jelas kepada pihak lain soal keseriusan tujuannya. "Masih harus dilihat apakah Iran memiliki keseriusan tujuan yang sama," ucapnya.

Kala itu, Blinken turut mengecam langkah Iran melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen. Dia menilai hal itu sebagai tindakan provokatif. 

 
Berita Terpopuler