Brigid Aylward Nikmati Jadi Muslimah Irlandia Berjilbab

Pada November 2008, Brigid Aylward menerima Islam.

onislam.net
Mualaf tengah membaca literatur Islam/ilustrasi
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, WATERFORD -- Brigid Aylward, namanya. Dia perawat anak di University Hospital Waterford, yang tumbuh sebagai seorang Kristen, tetapi tidak terlalu memikirkan apa artinya itu. Setelah dia meninggalkan rumah, dia mulai lebih memikirkan ke mana dia akan pergi dan untuk tujuan apa dia ada di sini.

Baca Juga

Dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke negara Muslim di mana dia akan bekerja sebagai perawat dengan harapan bahwa dalam kesendirian itu dia dapat berhubungan kembali dengan Tuhan, menegaskan keyakinannya.

"Ketika saya tiba di Arab Saudi, saya menyadari bahwa saya memiliki pola pikir yang sangat barat, budaya barat. Saya memiliki begitu banyak pertanyaan, 'Ada apa dengan wanita yang menutupi kepala ini, Saya pikir itu menyedihkan untuk dilihat, dan bahwa wanita tidak memiliki tempat dalam masyarakat," kata dia dilansir dari laman The Journal.

Brigid mengatakan, bekerja sebagai perawat anak di negara Muslim, membuatnya mengenal "ibu di balik cadar", dan menghilangkan mitos yang dia miliki tentang cadar. "Mereka tidak harus menutupi, itu pilihan mereka, mereka lebih suka. Mereka manusia, mereka normal," tuturnya.

 

 

"Saya mulai membaca tentang Islam semata-mata untuk melakukan pekerjaan saya dengan lebih baik dan untuk memahami wanita-wanita ini dengan lebih baik. Dan itu mulai masuk akal bagi saya, membuat saya bersemangat. Itu bukanlah hal yang saya pikirkan sebelumnya."

Pada November 2008, Brigid menerima Islam. Ada beberapa ketakutan yang dia miliki yang terkait dengannya, tentang apa yang akan dikatakan ibunya dan apa yang akan dikatakan keluarganya. Suaminya, yang dia temui saat bekerja di rumah sakit di Saudi membantunya mengatasi ketakutannya.

"Saya hanya mendapatkan reaksi positif. Saya tahu orang-orang akan terkejut dengan perubahan besar. Saya hanya mengalami kebaikan, itulah semangat orang Irlandia," ucapnya. 

Misalnya soal jilbab. Bagi Brigid, memakai jilbab akan terasa manfaatnya jika sudah mengenakannya. "Wanita yang ingin memakai jilbab, saat Anda benar-benar memakainya maka Anda menyadari manfaatnya."

 

"Selain memenuhi persyaratan agama, bagi saya saya menjadi lebih percaya diri ketika saya berbicara, mereka tidak melihat saya seperti apa rambut saya, saya memiliki kepercayaan diri," kata Brigid.

Dr Rachel Woodlock adalah seorang akademisi Muslim Australia yang tinggal di Clonmel, Co Tipperary. Dia telah mempelajari sikap tentang Muslim dan pendapat tentang Muslim itu sendiri, dan mengatakan bahwa ada banyak kesalahpahaman seputar Islam, salah satunya adalah tidak semua Muslim benar-benar religius.

"(Dalam Katolik) Anda dimaksudkan untuk berpuasa selama Prapaskah, tetapi tidak semua umat Katolik berpuasa, tidak semua umat Katolik pergi ke gereja, dan itu sama dengan Islam. Muslim jauh lebih heterogen, tidak ada padanan Vatikan yang mengatur apa yang Anda lakukan," katanya.

Woodlock mengatakan bahwa survei yang dilakukan terhadap populasi di Victoria, Australia yang menunjukkan tingkat 'religius' pada populasi umum sama dengan yang terjadi pada Muslim. "(Beberapa Muslim) pergi ke masjid dengan cara yang sama seperti beberapa orang Kristen pergi ke gereja pada waktu Natal," ujarnya.

Lebih lanjut, Woodlock juga mengulas soal jilbab. Di kekaisaran Ottoman, wanita adalah representasi dunia Muslim dan jilbab dipandang sebagai batas terakhir pertahanan mereka. "Jadi cadar mengambil arus politik yang tidak terjadi di era sebelumnya," katanya.

 

Terlebih lagi sekarang, dengan larangan burkini di Prancis menyebabkan perdebatan tentang bagaimana menghadapi ketakutan akan terorisme. Juga keputusan baru-baru ini oleh Pengadilan Tinggi Swiss yang berarti gadis Muslim harus belajar berenang dengan anak laki-laki sebagai bagian dari pendidikan mereka. Karena itu, masalah bagaimana memberi ruang bagi tradisi dalam suasana modern menjadi semakin rumit.

"Kebanyakan wanita Muslim di barat memilih memakai kerudung sebagai bagian dari identitas mereka. Ini bukan tindakan fundamentalis. Itu adalah bagian dari agama dan ada banyak arti yang berbeda di dalamnya, tetapi itu semua diurai menjadi satu simbol agama," tutur Woodlock.

Woodlock sendiri mengenakan jilbab setiap hari. Ketika mengunjungi negara Muslim, dia mendapat pemahaman yang lebih dalam tentang mengapa wanita memakai jilbab. "Saya benar-benar merasakan privasi itu, saya merasa saya dapat melihat dunia. Tetapi saya tidak akan memakainya di Barat, kalau itu menimbulkan ketakutan," tuturnya.

Brigid dan Woodlock mengambil bagian dalam satu-satunya acara terdaftar di Irlandia untuk memperingati Hari Hijab Sedunia pada Rabu lalu di Waterford Institute of Technology. Acara global tahunan itu didirikan oleh New Yorker Nazma Khan pada 2013 untuk melawan prasangka dan diskriminasi terhadap wanita Muslim.

 

 

 
Berita Terpopuler