Terinspirasi Mohamed Salah, Ben Bird Peroleh Hidayah Islam

Ben Bird mengaku terinspirasi pribadi Mohamed Salah

EPA-EFE/Juanjo Martin
Striker Liverpool Mohamed Salah merayakan setelah mencetak gol 2-1 selama pertandingan sepak bola leg pertama perempat final Liga Champions UEFA antara Real Madrid dan Liverpool FC yang diadakan di stadion Alfredo Di Stefano, di Madrid, Spanyol tengah, 6 April 2021.
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- Pesepak bola Liverpool asal Mesir, Mohamed Salah, telah memberikan pengaruh positif di Liga Primer Inggris. Dia telah menginspirasi salah seorang penggemar sepak bola Inggris yang menjadi pemegang tiket musiman di Nottingham Forest, Ben Bird.

Baca Juga

"Mohamed Salah benar-benar menginspirasiku. Aku sendiri adalah pemegang tiket musiman Nottingham Forest. Aku bisa menjadi diriku sendiri karena aku menyatakan keyakinan bahwa aku Muslim. Aku tetaplah diriku, dan itulah yang bisa dipetik dari seorang Mohamed Salah. Saya ingin sekali bertemu dengannya, hanya untuk menjabat tangannya dan mengucapkan 'Cheers' atau 'Syukran'," kata Bird dalam artikelnya yang dimuat di laman The Guardian.

Teman-teman Bird awalnya tidak terlalu percaya dia telah menjadi mualaf karena tidak ada yang berbeda dari sebelumnya. Namun, Bird merasa hatinya jauh lebih baik dan terus berupaya melakukan perubahan dalam dirinya, terutama pada hari pertandingan.

"Biasanya ke pub, bertaruh, lalu setelah pertandingan kembali ke pub dan sadar telah kehilangan banyak uang. Sulit bila sudah terbiasa dengan budaya seperti itu dan itu bagian dari sepak bola bagi banyak orang," tuturnya.

Bird dulunya menganggap Islam sebagai agama dan budaya dengan orang-orangnya yang terbelakang. "Mereka tidak terintegrasi dan ingin mengambil alih. Aku selalu memandang Muslim seperti gajah di ruangan dan saat itu aku membenci Muslim," ucapnya.

Baca juga : Semakin Banyak Mualaf di Selandia Baru

 

 

Dia juga sempat menyalahkan Islam atas kemalangan yang menimpanya. Dia menemukan sebuah laman website sayap kanan yang kian memperuncing kebenciannya terhadap Islam. Laman tersebut sampai mengiriminya propaganda yang panjang atau semacamnya.

Namun, Bird bukan tipikal orang yang ketika membenci sesuatu kemudian langsung disampaikan. Dia juga tidak pernah menyampaikannya kepada seorang Muslim mana pun tentang pemikirannya saat itu. Hingga akhirnya ia menemukan sesuatu yang mengubah segalanya saat mengenyam pendidikan tinggi untuk studi Timur Tengah di Universitas Leeds. 

"Kami harus membuat disertasi dan aku ingin bikin sesuatu yang agak berbeda. Aku juga ingat, guru disleksiaku berkata, 'bagaimana dengan lagu Mohamed Salah?'," ucapnya.

"Akhirnya aku mendapat pertanyaan, 'Mohamed Salah adalah pemberian dari Allah, lantas, apakah penampilan Mohamed Salah menimbulkan percakapan yang berlawanan terhadap Islamofobia di media dan ranah politik?'," kata Bird menerangkan.

Dalam lirik lagu fans Liverpool, Dodgy's hit Good Enough, ada kalimat "Jika dia mencetak beberapa gol lagi, maka saya akan menjadi Muslim juga". Bagi Bird, kata-kata ini telah merasuk ke dalam lubuk hatinya yang terdalam. "Aku benar-benar mencamkannya dalam hati," katanya.

 

 

Studi Timur Tengah, bagaimanapun, telah membuat Bird memperoleh gelar akademis. Gelar ini menjadi momentum pertama kali bagi dirinya belajar tentang Islam secara akademik. "Universitas memberiku kesempatan bertemu banyak mahasiswa dari Arab Saudi. Awalnya, aku pikir mereka orang jahat yang membawa pedang, tetapi mereka adalah orang-orang terbaik yang pernah aku temui. Konsepsi yang aku miliki tentang negara-negara Arab benar-benar hilang," ungkapnya.

"Mohamed Salah adalah Muslim pertama yang bisa aku kenal. Begitulah cara dia menjalani hidupnya, cara dia berbicara kepada orang lain. Suatu kali dia berfoto dengan seorang penggemar Liverpool yang menderita patah hidung karena mengejarnya. Aku tahu beberapa pesepak bola lain akan melakukan itu, tetapi Anda mengharapkannya sekarang dari Salah," kata Bird.

Di kampus, untuk keperluan penelitiannya, Bird mewawancarai mahasiswa Mesir soal 'Mohamed Salah, Anugerah dari Allah'. Mahasiswa Mesir itu kemudian bicara panjang lebar tentang Salah selama berjam-jam dan berbagai hal luar biasa yang telah dilakukan untuk negaranya. Bahkan, ada satu juta orang Mesir yang merusak surat suara mereka dan memilih Salah menjadi presiden pada tahun lalu.

"Salah satu orang Mesir yang kuajak bicara mengatakan, Salah mencakup seperti apa Muslim itu. Dia percaya Salah membuat orang-orang kembali mencintai Muslim," kata Bird.

 

 

Bird sempat berpikir, Salah mencetak gol karena iman. Ketika dia memenangkan Liga Champions, itu adalah kemenangan bagi Islam. "Setelah mencetak gol, Salah sujud dan memperlihatkan simbol yang sangat Islami kepada dunia. Berapa banyak orang yang menonton Liga Inggris setiap pekan? Jutaan secara global!" ucapnya.

"Salah menunjukkan kepadaku bahwa aku bisa menjadi normal dan Muslim. Aku bisa menjadi diri sendiri. Dia pemain hebat dan dihormati oleh komunitas sepak bola dan politik, agama, dan bagi saya itulah yang bisa dilakukan sepak bola," paparnya.

"Ketika orang membaca Alquran, atau membaca tentang Islam, mereka melihat sesuatu yang berbeda yang tidak selalu digambarkan di media. Aku baru mengenal komunitas Islam dan masih belajar. Memang susah dan ini adalah perubahan gaya hidup," katanya menambahkan. 

Bird menyesalkan sikap dirinya yang dulu, ketika masih membenci Islam. "Sejujurnya, aku memukul sosok diriku yang dulu dan berkata, 'Hei, berani-beraninya berpikir seperti itu. Kamu perlu berbicara dengan orang lain dan harus berkata bahwa kita hidup dalam masyarakat multikultural, multiagama, dan multinasional'," ucapnya.

Bird juga teringat musim lalu, ketika fan Chelsea menyanyikan "Salah is a bomber". Dia sangat marah karena Muslim adalah saudara baginya. "Sekarang, aku akan berkata kepada anak-anak Muslim, 'Jangan takut pergi ke pertandingan sepak bola.' Aku takut dipisahkan dan tidak ingin kehilangan teman karena aku memandang mereka sebagai saudara."

"Sekarang aku memiliki seperlima dari populasi dunia sebagai saudara laki-laki dan perempuan. Dan, komunitas ini memang harus beragam, ada yang bermain sepak bola, dan pergi ke sepak bola. Sadari bahwa kita berada dalam keadaan ini bersama-sama. Dan juru bicara terbaik untuk itu adalah Mohamed Salah," tuturnya.

 

 
Berita Terpopuler