Kiprah Peretas Korut dalam Kejahatan Dunia Maya

Peretas Korut mendapatkan reputasi sebagai inovator dalam membobol ponsel cerdas.

www.freepik.com
Peretas (ilustrasi).
Rep: Fergi Nadira Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada era digital seperti sekarang, tak hanya cara bersosialisasi, belanja, atau bekerja yang mengalami perubahan. Konsep berperang pun kini tak bisa dilepaskan dari dunia maya.

Pertahanan negara kini tak lagi sebatas bicara tentang perleng kapan perang atau senjata. Namun, juga kemampuan melindungi data berharga dari serangan peretasan pihak lain.

Baca Juga

Dikutip dari The New Yorker, Ahad (25/4), saat ini Pemerintah Korea Utara (Korut) ternyata telah menghasilkan beberapa peretas paling ahli di dunia. Seperti banyak negara lainnya, termasuk Amerika Serikat (AS), Korut saat ini telah melengkapi militernya dengan senjata siber ofensif dan pengumpulan intelijen.

Banyak peretas Korut yang mahir menggunakan bahasa Inggris atau menyematkan bahasa lain ke dalam pengodean untuk membuatnya tampak seperti peretasan berasal dari negara lain. Para tentara siber ini juga telah mendapatkan reputasi sebagai inovator dalam membobol ponsel cerdas, menyembunyikan malware di dalam aplikasi, atau menggunakan Facebook untuk membantu menginfeksi target.

"Seluruh dunia perlu memperhatikan," kata John Hultquist selaku direktur analisis intelijen di perusahaan keamanan siber AS, FireEye Inc. Menurut dia, saat ini Korea Utara merupakan salah satu negara dengan operasi peretasan paling matang di dunia.

Pada 2016, pembuat kode militer dari Pyongyang berhasil mencuri lebih dari dua ratus gigabyte data Angkatan Darat Korea Selatan (Korsel). Termasuk dokumen yang dikenal sebagai Rencana Operasi 5015 yang merupakan analisis mendetail tentang bagaimana perang dengan tetangga utara negara itu dapat berlangsung.

Korut juga menjadi satu-satunya negara di dunia yang pemerintahnya diketahui melakukan peretasan kriminal untuk keuntungan moneter. Unit dari divisi intelijen militer, Biro Umum Pengintaian, dilatih khusus untuk tujuan ini.

Pada 2013, Pemimpin Korut Kim Jong-un mendeskripsikan program kejahatan dunia maya Korut berkepala dingin. Berbagai jenis kejahatan siber juga telah dilakukan.

Mulai dari taktik pencurian bank, penyebaran ransomware, hingga pencurian mata uang kripto dari bursa daring, semuanya pernah dilakukan. Pada 2005, sebuah buku Tentara Rakyat Korea sempat mengutip perkataan Kim Jong-un, "Jika internet seperti senjata, serangan siber seperti bom atom."

Dalam dekade terakhir fokus Korut untuk memperderas aliran uangnya adalah melalui internet......

Kini, dalam dekade terakhir fokus Korut untuk memperderas aliran uangnya adalah melalui internet. Jangkauan dan kreativitas pesta kejahatan digital Korut juga sempat membuat banyak orang lengah.

Sebelum era digital, operasi kriminal paling menguntungkan yang disponsori Korut, antara lain, mencakup penyelundupan rokok, pembuatan uang palsu, perdagangan spesies yang terancam punah, serta pembuatan dan distribusi obat-obatan terlarang buatan laboratorium seperti metamfetamin.

Ia pun melihat besarnya potensi komersial dari teknologi digital saat ini. Menurut Kim, kecakapan dunia maya saat ini adalah pedang serbaguna yang mampu menjamin kemampuan serangan Angkatan Bersenjata Rakyat Korea Utara, bersama dengan senjata nuklir dan rudal.

Direktur di perusahaan keamanan siber Cybereason Inc dan mantan analis Departemen Pertahanan, Ross Rustici, menjelaskan, kemampuan para cyber army dari Korut ini memberi mereka ke kuatan yang signifikan di meja perundingan.

Pada 2019, panel ahli PBB menge luarkan laporan yang memperkirakan, negara tersebut telah mengumpulkan dua miliar dolar AS melalui kejahatan dunia maya. Sejak laporan itu ditulis, terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa kecepatan dan kecerdikan ancaman daring para tentara siber Korut memang makin cepat.

Banyak dana yang dicuri oleh peretas Korea Utara dihabiskan untuk program senjata Tentara Rakyat Korea, termasuk pengembangan rudal nuklirnya. Aksi kejahatan dunia maya juga menjadi cara yang murah dan efektif untuk menghindari sanksi keras yang telah lama diberlakukan di negara tersebut.

 
Berita Terpopuler