Kisah Umar, Penjual Kuda, dan Hakim yang Adil

Umar dan penjual kuda terlibat perkara yang diselesaikan lewat pengadilan.

pxhere
Kisah Tegaknya Keadilan dalam Islam (ilustrasi)
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Suatu kali, Khalifah Umar bin Khattab berjalan kaki pulang dari Makkah ke Madinah. Di tengah perjalanan itu, Amirul Mukminin mendapati seorang Yahudi berjualan kuda. Barang datanganya itu tersisa satu, Umar kemudian membeli hewan tersebut.

Baca Juga

Dalam perjalanan ke Madinah, tiba-tiba Kuda yang baru dibeli itu tak bisa lari kencang bahkan tertatih-tatih. Ternyata salah satu kaki kuda tersebut sakit sehingga jalannya pincang. Merasa dibohongi, Umar kembali menemui si Yahudi sembari menuntun kudanya.

Kepada si Yahudi, Umar langsung komplain. Umar ingin pedagang kuda itu mengembalikan uangnya. Namun, si Yahudi menolaknya. Menurut dia, barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan. Karena sama-sama bertahan dengan pendapatnya, keduanya sepakat membawa masalah ini ke meja hijau.

 

Kebetulan hakim setempat adalah Syuraih Ibn Alharits Alkindi.Banyak orang yang ingin menyaksikan pengadilan ini. Karena salah satu yang berperkara adalah Amirul Mukimin. Tentu keduanya baik Syuraih dan Umar sudah saling kenal.

Selanjutnya, Umar dan pedagang kuda itu menceritakan masalah yang mereka perkarakan. Sementara, Syuraih mendengarkan secara seksama. Tetapi apa yang diputuskan pada sidang itu mengejukan. Pengadilan memenangkan si Yahudi.

Umar tidak bisa berbuat apa-apa. "Wahai Amirul Mukminin, jikalau berkeras mengembalikan kuda itu, Anda seharusnya mengembalikannya dalam keadaan tidak cacat. Sebab, seperti itulah keadaannya. Itupun dengan catatan jika pedagang ini mau menerima pengembalian tersebut. Sebab, sejatinya, Anda tidak bisa komplain, dengan alasan apapun, apalagi Anda sudah berpisah dengan penjual kuda ini. Rasulullah SAW bersabda, bahwa khiyar hanya bisa dilakukan jika antara penjual dan pembeli belum terpisah," papar Syuraih.

 

Umar akhirnya pulang ke Madinah dengan menuntun kuda pincang. Umar bahagia karena menemukan sosok Syuraih yang adil, tidak peduli status sosial yang meminta keadilan kepadanya.

 
Berita Terpopuler