Kisah Umroh yang Tertunda

Setahun setelah perjanjian Hudaibiyah, umat Islam akhirnya memiliki kesempatan umroh.

onislam
rombongan umrah (Ilustrasi)
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Setahun setelah perjanjian Hudaibiyah, umat Islam akhirnya memiliki kesempatan untuk melaksanakan umrah.  Kesempatan ini dijalani dengan penuh rasa syukur. Karenanya, umrah ini dinamai Umrah Qadha.

Baca Juga

Umat Islam yang mengikuti umrah Qadha mencapai 2,000 orang. Jumlah tersebut tidak termasuk anak-anak dan perempuan. Sebagian besar yang berangkat umrah adalah mereka yang menghadiri Perjanjian Hudaibiyah. (HR Muslim).

Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam memimpin langsung rombongan umrah. Beliau telah mengenakan pakaian ihram sejak dari Zulhulaifah. Beliau pun memimpin kalimat talbiyah, yang diikuti rombongan.

Sebanyak 60 ekor unta dibawa dalam rombongan yang nantinya akan dijadikan hewan kurban. Sepanjang perjalanan ini, umat Islam waspada dengan kemungkinan berkhianatnya kaum musyrik Makkah. Mendekati Ujaj, perlengkapan pengamanan ditinggalkan, sebagai bentuk komitmen pelaksanaan Perjanjian Hudaibiyah.

Rombongan mulai mendekat Makkah. Kaum Muslimini begitu bahagia. Suara talbiyah tak berhenti menggema. Sautan para sahabat menambah suara talbiyah mengguncang sukma.

 

Rencana kedatangan umat Islam untuk umrah sudah diketahui sebelumnya oleh kaum musrik Makkah. Mereka lalu mengeluarkan desas-desus yang intinya menyatakan, umat Islam membawa penyakit dari Madinah.

Mendengar itu, Rasulullah memberikan perintah kepada rombongan untuk memperlihatkan kekuatan mereka. Umat Islam berjalan cepat sebanyak tiga putaran. Rasulullah juga memerintahkan membuka bahu sebelah kanan dan menyelendangkan kedua ujung selendang ke bagian kiri. Rasulullah pun berdoa "Ya Allah, berikanlah rahmat kepada orang-orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya."  (HR Bukhari dan Muslim).

Kemudian beliau menyentuh sudut Hajar Aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil (thawaf) yang diikuti para sahabat dan kaum Muslimin yang lain. Pada saat bersamaan, pihak Quraisy menyaksikan semua itu dari atas bukit Abu Qubais. Pemandangan ini sangat mempesonakan mereka. Tadinya orang bicara tentang Rasulullah dan para sahabatnya, bahwa mereka berada dalam kesulitan dan kepayahan. Tetapi apa yang mereka saksikan kini ternyata menghapus segala anggapan tentang kelemahan beliau.

Selesai berthawaf mengelilingi Ka'bah, Rasulullah memimpin mereka berpindah ke bukit Shafa dan Marwa yang dilalui dari atas kendaraannya sebanyak tujuh kali, seperti halnya orang Arab dahulu. Kemudian mereka menyembelih ternak kurban dan bercukur. Dengan demikian selesailah ibadah umrah tersebut.

Keesokan harinya Rasulullah memasuki Ka'bah dan tinggal di sana hingga waktu Zhuhur. Pada waktu itu berhala-berhala masih banyak memenuhi tempat itu. Meskipun begitu, Bilal naik ke atap Ka'bah lalu menyerukan adzan shalat Zhuhur.   Kemudian Rasulullah bertindak sebagai imam, memimpin shalat 2.000 kaum Muslimin di Rumah Suci itu. Selama tujuh tahun sebelumnya, mereka terhalang melakukan shalat di tempat itu.

 

Kaum Muslimin tinggal di Makkah selama tiga hari sebagaimana telah ditentukan dalam Perjanjian Hudaibiyah, sesudah kota itu dikosongkan dari penduduk. Selama tinggal di sana, kaum Muslimin tidak mengalami sesuatu gangguan. Kalangan Muhajirin menggunakan kesempatan menengok rumah-rumah mereka dan mengajak pula para sahabat dari kalangan Anshar.

Setiap hari kaum Muslimin menjalankan kewajiban kepada Allah dengan melakukan shalat dan menghilangkan sikap tinggi hati. Yang kuat membimbing yang lemah, yang kaya membantu yang miskin. Nabi sendiri bertindak sebagai seorang ayah di tengah-tengah, seorang ayah yang penuh cinta dan dicintai.

Sementara itu, orang-orang Quraisy dan penduduk Makkah lainnya, menyaksikan sendiri pemandangan yang luar biasa dalam sejarah itu. Mereka melihat orang-orang dengan akhlak yang demikian rupa—tidak minum minuman keras, tidak melakukan perbuatan maksiat, tidak mudah tergoda oleh makanan dan minuman.

Kehidupan duniawi tidak sampai memengaruhi mereka. Mereka tidak melanggar apa yang  dilarang, mereka menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Alangkah besarnya pengaruh yang ditinggalkan oleh pemandangan demikian itu, yang sebenarnya telah mengangkat martabat umat manusia ke tingkat yang paling tinggi.

Tidak terlalu sulit orang menilai kiranya bila sudah mengetahui, bahwa beberapa bulan kemudian Rasulullah telah kembali lagi dan dapat membebaskan Makkah dengan kekuatan sebanyak 10.000 orang Muslimin.

Di Makkah, Rasulullah SAW bersama rombongan menetap tiga hari. Hal tersebut merujuk pada perjanjian Hudaibiyah. Rasullullah dan rombongan akhirnya meninggalkan Makkah dan sempat tinggal di Sarf.

 

Para peneliti mengungkap dua alasan terkait umrah Qadha ini. Pertama, umrah Qadha ini umrah yang tertunda pelaksanaannya tahun sebelumnya. Kedua, umrah ini merupakan salah satu klausul perjanjian Hudaibiyah. Namun, para peneliti lebih menerima alasan kedua. (Zad al-maad dan Fathul Bari).

 
Berita Terpopuler